reseptif karena peneliti juga berperan sebagai pendengar dan menyadap pembicaraan subjek ketika subjek penelitian berdialog dengan para terapis dan gurunya.
Adapun teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam digunakan untuk mendapatkan data yang
akurat melalui kalimat yang diucapkan penyandang spektrum autisme. Teknik catat adalah pengambilan data yang dilakukan peneliti dengan cara mencatat pada kartu
data Sudaryanto 1999:135. Teknik catat dilakukan dengan mencatat hal-hal yang penting dari hasil penelitian saat menyimak percakapan.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan adalah sebuah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi
bagian dari bahasa yang bersangkutan Sudaryanto 1993:13. Metode padan digunakan untuk menyeleksi bahasa lisan yang diucapkan penderita spektrum
autisme. Teknik dasar yang digunakan untuk menganalisis data tersebut adalah teknik pilah unsur penentu yang memiliki suatu daya pilah yang bersifat mental yang
dimiliki oleh peneliti Sudaryanto, 1993:21. Peneliti akan memadankan dan memilah-milah kalimat dasar yang diucapkan
oleh manusia normal dan penyandang spektrum autisme sebagai berikut. Subjek diberi suatu pertanyaan oleh peneliti maupun terapis dengan jawaban yang
seharusnya menunjukkan satu tipe dari beberapa pola kalimat dasar bahasa Indonesia,
Universitas Sumatera Utara
dalam hal ini jawaban subjek menyimpang dari jawaban yang diinginkan peneliti. Hal ini dapat kita lihat pada contoh di bawah ini:
Peneliti : Adik mempunyai saudara?
1 Penyandang : Punya kuu..ciii..
P Pel Peneliti
: Siapa nama papa ? 2
Penyandang : Pak To..us.. P
Beberapa dari kalimat dasar yang diucapkan subjek penelitian tersebut tidak mempunyai maksud atau pengertian yang sama dengan yang diinginkan oleh peneliti.
Pada data 1 Penyandang spektrum autisme menjawab pertanyaan dengan pu..nya ku..u.ci yang berpola S Pel. Seharusnya Ia menjawab saya mempunya saudara S P
Pel. Pada data 1 ini telah terjadi penghilangan unsur saya pada awal kalimat yang berfungsi sebagai Subjek. Pada data ini dianggap terjadi ganguan berbahasa, yaitu
adanya substitiussionpenggantian unsur bahasa yaitu mengganti kata saudara dengan kata kucing yang diucapkan secara terputus-putus dan omission penghilangan unsur
bahasa yaitu subjek karena penderita tidak menjawab sesuai dengan jawaban orang normal.
Pada data 2 Penyandang spektrum autisme menjawab dengan Pak To..us P dengan suara yang tidak jelas. Seharusnya, sang anak harus menjawab dengan nama
ayah saya Pak Torus S P. dalam hal ini telah terjadi pelesapan unsur S yaitu nama
Universitas Sumatera Utara
ayah saya. Kemudian, seharusnya Ia menjawab dengan nama asli sang ayah, misalnya Amir. To..us yang berarti Sitorus bukanlah nama dari sang ayah melainkan
salah satu marga yang ada pada suku batak. Pada data ini terjadi gangguan berbahasa, yaitu distortionpenggantian unsur bahasa. Subjek mengganti nama sang ayah dengan
marga sang ayah tersebut. Dari hasil percakapan tersebut dapat dilihat bahwa bahasa yang diucapkan
penyandang spektrum autisme cenderung terputus-putus. Selain itu, bahasa yang dikeluarkan juga mengalami gangguan berbahasa secara umum, yaitu substitiussion
penggantian unsur bahasa, distortion perubahan bentuk unsur bahasa, omission penghilangan unsur bahasa, dan addition penambahan unsur kalimat dasar bahasa
Indonesia. Dari sudut neurolinguistik otak memegang peranan penting dalam berbahasa.
Pusat ucapan berdomisili di hemisfer kiri otak. Daerah hemisfer kiri terbagi menjadi Medan Broca dan Medan Wernicke. Medan Broca mempunyai spesialisasi untuk
komponen ekspresi motor bahasa, terutama ucapan dan parameter artikulasi, juga mempunyai tanggung jawab utama untuk menukar bahasa kepada ujaran-ujaran
artikulasi. Ujaran-ujaran yang dihasilkan dari artikulasi ini harus diucapkan secara tepat dan benar agar pendengar dapat memahami informasi yang disampaikan
pembicara. Medan Wernicke lebih berperan terhadap pemahaman makna. Percakapan yang dilakukan antara peneliti dengan penyandang spektrum autisme pada data di atas
menunjukkan adanya gangguan berbahasa pada Medan Broca dan Medan Wernicke. Gangguan berbahasa pada Medan Broca ditunjukkan dengan adanya kecacatan
Universitas Sumatera Utara
artikulasi yang ditunjukkan oleh subjek penelitian yaitu berbicara dengan terputus- putus dan kalimat yang diucapkan tidak tuntas. Gangguan berbahasa pada Medan
Wernicke ditunjukkan dengan perbedaan pemahaman antara keinginan peneliti dengan jawaban yang diberikan oleh subjek penelitian.
Teknik lanjutan yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh dari penderita spektrum autisme yaitu teknik hubung banding memperbedakan atau
teknik HBB. Peneliti akan menganalisis data yang diperoleh dengan menghubung- hubungkan kalimat yang diucapkan penyandang Spektrum Autisme dengan kalimat
yang diucapkan manusia normal dan menemukan perbedaan diantara kedua bahasa itu
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN