Tinjauan Pustaka KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

29 Harimau itu buas. NFN Adjektiva Pola 8 adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur predikat itulah yang membedakan pola 8 dari pola 7 dan pola 6. Jadi, pola 6, pola 7, dan pola 8 sebenarnya mempunyai kesamaan, yaitu terdiri atas subjek dan predikat tidak ada objek ataupun pelengkap. Perbedaan ketiga pola itu terletak pada unsur pengisi predikat. Pengisi predikat kalimat dasar pola 6 adalah verba intransitif, pengisi predikat kalimat dasar pola 7 adalah nomina, dan pengisi predikat kalimat dasar pola 8 adalah adjektiva.

2.2.4 Gangguan Berbahasa

Haron 1997 mengelompokkan gangguan berbahasa kecacatan artikulasi yang dihasilkan oleh para penderita gangguan berbahasa ke dalam empat macam tipe, yakni substitiussion pertukaran unsur bahasa, distortion salah urut unsur bahasa, omission pelesapan atau penghilangan unsur bahasa, dan addition penambahan unsur bahasa.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, dan pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari. Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon KBBI 2007:912. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini. Adapun sumber tersebut adalah: Universitas Sumatera Utara Rajagukguk 2012, dalam skripsinya yang berjudul “Kalimat Inti Bahasa Indonesia pada Penderita Afasia Broca”, menyimpulkan bahwa kalimat inti bahasa Indonesia penderita Afasia Broca berbeda dengan kalimat inti bahasa Indonesia pada manusia normal. Kalimat inti yang diucapkan oleh penderita tidak sempurna. Penderita Afasia Broca mengucapkan kalimat inti dengan mengucapkan hanya bagian yang paling “inti” dari sebuah kalimat yang hendak diucapkan, sehingga apabila kalimat yang diucapkan adalah kalimat yang lebih dari dua kata, penderita akan memilih untuk mengucapkan kata pada bagian tengah kalimat yang biasanya merupakan inti dengan menghilangkan kata pada bagian awal dan akhir kalimat. Gustianingsih 2009 dalam judul disertasi “Produksi dan Komprehensi Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia pada Anak Penyandang Autistic Spectrum Disorder ” menyimpulkan bahwa anak autistik sering melakukan penyimpangan pada awal dan akhir kata, mengindikasikan bahwa anak autistik mengalami gangguan inisiasi initiation disorder dan mengalami kesulitan untuk menuntaskan ujaran. Anak autistik ini sering mengulang-ulang ujarannya dan akhirnya tidak tuntas. Rastika 1992, dalam skripsinya yang b erjudul “Kemampuan Berbahasa Lisan Siswa- Siswi Tunarunggu di SLB Bagian B YPPLB” menyimpulkan bahwa kemampuan berbicara memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Di samping berfungsi sebagai alat komunikasi, dengan bahasa kita juga dapat melihat kepribadian seseorang dan latar belakang pendidikannya. Kemampuan berbahasa lisan akan dapatberkembang dengan baik apabila sarana-sarana yang diperlukan untuk berbahasa lisan dapat berfungsi dengan semestinya tanpa suatu Universitas Sumatera Utara ketidaksempurnaan. Namun bukan berarti mereka yang menderita gangguan khusus tertutup kemungkinan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa lisannya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa penelitian terhadap gangguan berbahasa pada penyandang spektrum autisme sudah pernah dilakukan sebelumnya. Akan tetapi penelitian tentang kalimat dasar pada Penyandang Spektrum Autisme belum pernah dilakukan. Dari pernyataan di atas terlihat jelas bahwa seseorang yang mengalami gangguan pada otaknya akan mengalami kesulitan dalam mengeluarkan setiap kata-kata yang akan disampaikan kepada orang lain. Sebaliknya, orang lain juga mengalami kesulitan untuk memahami bahasa lisan yang diucapkan oleh penderita tersebut karena keduanya memiliki hubungan timbal balik. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gangguan berbahasa terjadi pada seseorang, baik dewasa maupun anak-anak, yang tadinya dapat bercakap dengan baik menjadi tidak baik dan dapat pula terjadi pada seorang anak sejak kelahiran anak tersebut. Gangguan berbahasa bisa menyerang siapa saja, suku apa saja, di mana saja, tanpa memandang usia dan status sosial. Gangguan berbahasa ini pada dasarnya disebabkan keretakan atau kelainan medan-medan bahasa di korteks yang mendasari bahasa Simanjuntak 2009: 143. Gangguan berbahasa dapat terjadi pada gangguan fonologi, morfologi, sintaksis, bahkan dapat terjadi pada bentuk leksikal. Gangguan fonologi berkaitan dengan gangguan bunyi ujaran vokal, konsonan, diftong, atau pada gangguan artikulasi. Gangguan morfologi adalah gangguan pada bentuk-bentuk afiksasi, reduplikasi, atau sistem pemajemukan. Gangguan sintaksis adalah gangguan pada kata, frasa, klausa, atau kalimat. Gangguan berbahasa merupakan kajian neurolinguistik dan patalogi linguistik. Neurolinguistik adalah sebuah ilmu dari hasil kerjasama di antara neurologi dan linguistik. Neurologi ialah ilmu yang mengkaji fungsi dan kerusakan saraf-saraf otak. Linguistik ialah ilmu yang mengkaji struktur bahasa. Kerjasama ini muncul karena ternyata pemerolehan bahasa dan kerusakan bahasa penyakit bertutur, seperti afasia, gagap, autisme, stroke, dan sebagainya, termasuk dalam bidang neurologi dan linguistik. Dikatakan demikian karena hal ini sejalan dengan Universitas Sumatera Utara