Gangguan Penggunaan Kalimat Dasar Bahasa Indonesia pada Penyandang Spektrum Autisme

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gangguan Penggunaan Kalimat Dasar Bahasa Indonesia pada Penyandang Spektrum Autisme

Para ahli mengatakan bahwa penyandang Spektrum Autisme mengalami gangguan berbahasa yang spesifik. Mereka tidak berhasil menguasai bahasa. Mereka hanya mampu menguasai bahasa orang lain dan mengulang-ulangnya. Hal semacam ini disebut dengan ekolalia. Ekolalia ialah penyakit bertutur dimana penderita cenderung mengulang-ulang kata-kata atau frase-frase yang sering didengarnya atau baru saja didengarnya Simanjuntak, 2009: 257. Sejalan dengan hal yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, peneliti juga menjumpai hal yang sama pada penelitian yang telah dilakukan. Para penyandang Spektrum Autisme cenderung menggunakan kata-kata yang diajarkan oleh guru terapi. Mereka tidak mampu menjawab dengan kata-kata baru yang baru saja didengarnya. Untuk berkomunikasi dengan orang lain, terlebih dengan orang yang baru pertama kali dijumpainya, mereka membutuhkan bimbingan dari guru terapinya. Para penyandang spektrum autisme sering sekali menirukan kata-kata yang diucapkan oleh Universitas Sumatera Utara gurunya. Hal ini terjadi karena adanya gangguan pada Medan Broca dan Medan Wernicke pada penyandang Spektrum Autisme. Pada subjek penelitian yang telah diteliti, ditemukan bahwa kerusakan yang terjadi lebih parah pada Medan Wernicke dibandingkan dengan Medan Broca. Medan Wernicke berperan penting untuk memahami kalimat-kalimat yang didengar dari telinga kanan. Medan Broca berperan penting dalam pengucapan atau artikulasi pengujaran. Kerusakan pada Medan Wernicke menyebabkan kurangnya pemahaman anak akan kalimat-kalimat yang didengarnya, sedangkan kerusakan pada Medan Broca menyebabkan terganggunya produksi ujaran berupa kalimat pada penyandang Spektrum Autisme. Data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti di lapangan menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi pada subjek penelitian lebih cenderung terhadap pemahaman makna. Ada beberapa data yang dimiliki oleh peneliti yang menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak mampu memahami pernyataan yang diajukan peneliti. Subjek penelitian tidak konsisten dengan jawaban yang dimilikinya. Pada jenis pertanyaan yang berupa pilihan, subjek penelitian selalu menjawab dengan pilihan yang terakhir. Untuk lebih jelasnya, berikut ini data yang diperoleh peneliti. Peneliti : Apa cita-cita adik? Guru, Dokter, Pilot, atau polisi? 3 Rizky RZ : Poli..ci Polisi Peneliti : Ayo, kakak Tanya lagi cita-citanya apa? Polisi, Guru, atau dokter? 4 Rizky RZ : Dokte.. Dokter Peneliti : Siapa ibu guru yang paling baik di tempat ini? Universitas Sumatera Utara Rizky RZ : menggeleng ke kanan dan kiri sambil bergumam tanpa memperdulikan peneliti Ibu guru : Ayo Rizky, siapa yang paling baik ibu gurunya? Ibu cici, ibu endang, ibu eni? 5 Rizky RZ : Ibu eni.. Peneliti : Ibu eni, ibu cici, atau ibu Endang? 6 Rizky RZ : Ibu nda.. Ibu Endang Tidak hanya pada RZ, subjek penelitian lain juga melakukan hal yang sama. Peneliti : Kamu suka binatang apa? Gajah, Kucing, atau Anjing? 7 Nicolas NC : Anjing Peneliti : suka yang mana? kucing, anjing, atau gajah? 8 Nicolas NC : Gajah Bila dibandingkan dengan anak normal, reaksi tersebut sangat jauh berbeda. Rizky dan Nicolas adalah anak yang berusia 9 dan 11 tahun. Apabila pertanyaan tersebut diajukan kepada anak yang berusia serupa, mereka mampu konsisten dengan hal-hal yang sudah menjadi kegemarannya. seperti pada data 7 yang muncul adalah kata terakhir yaitu anjing dan ditanya kembali dijawab dengan gajah data 8. Dari data-data di atas dapat dikatakan bahwa kerusakan daerah hemisfer kiri pada subjek penelitian cenderung pada Medan Wernicke, sedangkan pada Medan Broca tidak terlalu parah. Hal ini disebabkan ketiga subjek penelitian tersebut sudah bertahun-tahun bersekolah di Yayasan Tali Kasih. Latihan serta terapi yang dilakukan mampu mengobati dan meminimalkan gangguan-gangguan yang terjadi pada anak Universitas Sumatera Utara penyandang spektrum autisme. Dapat dikatakan bahwa spektrum autisme ini dapat diobati dengan cara sering mengajak mereka berkomunikasi dan mencoba memahami setiap kalimat yang mereka sebutkan, bukan sebaliknya. Gangguan berbahasa disebabkan oleh adanya gangguan yang terdapat pada otak manusia. Tanpa memperhatikan bagian-bagian lain, secara garis besar otak manusia terbagi atas dua bagian atau daerah. Kedua daerah tersebut masing-masing diberi nama Medan Wernicke dan Medan Broca sesuai dengan nama penemunya. Haron 1997 mengelompokkan gangguan berbahasa kecacatan berbahasa yang dihasilkan oleh para penderita gangguan berbahasa ke dalam empat macam tipe, yakni substitiussion pertukaran unsur bahasa, distortion salah urut unsur bahasa, omission pelesapan atau penghilangan unsur bahasa, dan addition penambahan unsur bahasa. Berikut ini deskripsi gangguan berbahasa pada penyandang Spektrum Autisme. 4.1.1 Substitussion Pertukaran Unsur Bahasa Kalimat Dasar Bahasa Indonesia pada Penyandang Spektrum Autisme Berikut percakapan peneliti dengan penyandang Spektrum Autisme di lapangan. Percakapan ini dilakukan di ruang terapi anak penyandang Spektrum Autisme Yayasan Tali Kasih Medan. Michael Ardian MA Peneliti : Halo, selamat siang Siapa nama Adik? Universitas Sumatera Utara 9 MA : Kakak P Dibantu oleh ibu guru karena anak tidak menjawab dengan benar Ibu Guru : Nama Kamu siapa? MA : Mika Dian Michael Ardian P Peneliti : Siapa nama adik Kamu? 10 MA : Adik… adik… Pesisi Ibu Cici - Guru Terapi si Anak S Pel Peneliti : Tadi, makan siangnya pakai lauk apa? 11 MA : Tas O Ibu gurunya menjelaskan bahwa makanan si anak ada di dalam tas Peneliti : Adik suka makan jeruk? 12 MA : Mangga Pel Dari percakapan yang telah dilakukan, terdapat data-data yang menunjukkan adanya gangguan berbahasa yang terjadi pada penyandang Spektrum Autisme. Pada data 9 dapat dilihat pada jawaban subjek penelitian atas pertanyaan yang diajukan peneliti. Subjek Penelitian menjawab Kakak atas pertanyaan siapa nama adik? Seharusnya MA menjawab dengan nama dirinya, tetapi si anak tidak menjawab demikian. Hal ini disebabkan penyandang baru pertama kali bertemu dengan peneliti. Universitas Sumatera Utara Saat itu, sebelum dilangsungkan tanya jawab ibu guru terapi Subjek penelitian memperkenalkan peneliti kepada MA dengan kalimat Ini Kakak. Setelah dibantu oleh ibu guru, MA dapat menjawab pertanyaan peneliti dengan benar. Disini dapat dikatakan adanya pertukaran bahasa yang dilakukan oleh MA yaitu menukar kata Michael Ardian dengan kata Kakak. Pada data 10 Subjek penelitian yaitu MA juga tidak menjawab sesuai dengan jawaban yang diinginkan oleh peneliti. MA menjawab pertanyaan peneliti dengan mengucapkan kata adik…adik… yang diucapkan secara terputus-putus kemudian diakhiri dengan Pesisi, yang artinya Ibu Cici guru terapi MA di Yayasan Tali Kasih. Seharusnya MA menjawab pertanyaan peneliti dengan nama dari adik MA tersebut, tetapi MA menukar nama si adik dengan nama guru terapinya, dapat dikatakan bahwa telah terjadi pertukaran bahasa pada data ini. Setelah MA menjawab pertanyaan peneliti dengan kalimat adik…adik… pesisi, peneliti menanyakan ke guru terapi apakah MA memiliki adik. Ibu guru tersebut mengatakan bahwa anak tersebut memiliki adik dan kakak. Itu berarti, MA sering bertemu dengan adiknya dan seharusnya mampu mengucapkan nama adiknya dengan benar. Kemudian pada data 11 dapat pula ditemukan terjadinya pertukaran bahasa. Hal tersebut dapat dilihat pada jawaban MA atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. MA menjawab tas atas pertanyaan adik makan apa tadi?. Seharusnya MA menjawab dengan salah satu jenis makanan, misalnya nasi, mie goreng, bakso, dan lain-lain. Dari jawaban ini, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pertukaran Universitas Sumatera Utara unsur bahasa, yaitu menukar nama salah satu jenis makanan dengan kata tas. Itu artinya anak penyandang spektrum autisme ini juga tidak sama bahasanya dengan anak normal. Apa yang ada pada pikiran anak normal tidak dimiliki anak penyandang spektrum autisme, begitu juga sebaliknya apa yang ada dalam pikiran anak penyandang spektrum autisme, tidak ada dalam pikiran anak normal. Jika kita logikakan anak makan tas sangat riskan manusia makan tas, padahal makanan si anak yang ada di dalam tas. Dalam kasus ini anak juga tidak memahami dan tidak mampu membedakan antara makanan dengan makan. Lalu pada data 12, jawaban MA menyimpang dari jawaban yang diinginkan peneliti. Jawaban dari pertanyaan adik suka makan jeruk? harusnya dijawab dengan persetujuan atau pengingkaran. Misalnya, suka atau ya, saya suka bila MA setuju dengan apa yang ditanyakan peneliti dan dapat pula berupa pengingkaran apabila MA tidak menyukainya. Yaitu tidak, atau saya tidak suka. Tetapi pada data tersebut, MA menukar unsur suka atau tidak suka dengan unsur mangga. Peneliti juga menemukan kasus yang sama dengan kasus di atas pada sumber data yang kedua. Berikut ini hasil percakapan yang telah dilakukan peneliti di lapangan. Nicolas NC Peneliti : apa yang sedang dilakukan oleh ibu guru? menunjuk kepada guru terapi yang mendampingi si anak Universitas Sumatera Utara 13 NC : Lagi terapi Ibu guru sedang duduk mengawasi si anak P Peneliti : Apa pekerjaan Ibu? 14 NC : Ke kembit Ke Cambridge K Peneliti : Setiap pagi adik pergi kemana? 15 NC : Pergi ke kem P K Peneliti : di mana kamu membeli baju itu? menunjuk kepada baju yang sedang digunakan si anak 16 NC : Beli mi pangsit ke kembit P O K Dari data di atas, dapat dilihat bahwa NC sebagai subjek penelitian mengutarakan jawaban-jawaban yang sangat tidak sesuai dengan jawaban yang diinginkan peneliti. Pada data 13 NC menjawab dengan kalimat lagi terapi, padahal si ibu guru sedang mengawasi NC yang sedang diwawancarai oleh peneliti. NC menukar unsur bahasa Ibu guru sedang duduk dengan kalimat lagi terapi. Dapat dikatakan telah terjadi pertukaran unsur bahasa. Pertukaran unsur bahasa ini dikatakan karna sangat berbeda situasi yang sedang berlangsung ketika dilakukan wawancara dengan situasi biasa yang dihadapi NC ketika melakukan terapi. Setelah peneliti menanyakan mengapa NC menjawab pertanyaan yang dilakukan peneliti Universitas Sumatera Utara dengan jawaban terse but, ibu guru menjawab „mungkin karena sedang berada di ruangan terapi tempat NC dan ibu guru biasanya melakukan terapi‟. Data 14 juga menunjukkan kasus yang sama dengan data sebelumnya. NC menjawab pertanyaan peneliti dengan ke kembit yang berarti Cambridge, yaitu salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kota Medan. Disini, NC telah menukar unsur bahasa yang seharusnya salah satu dari profesi pekerjaan seorang ibu, misalnya Guru, dosen, dokter, wiraswasta, ibu rumah tangga menjadi ke kembit. penulis melakukan perbincangan kepada guru terapi Nicolas mengenai pekerjaan ibu Nicolas. Ibu guru tersebut mengatakan bahwa ibu Nicolas adalah seorang ibu rumah tangga. Jawaban yang diutarakan NC jauh berbeda dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Ke Cambridge bukan merupakan sebuah pekerjaan atau profesi yang dijalani oleh ibu Nicolas. Pada data 15 terjadi pula kasus yang sama, yaitu tidak sesuainya tuturan yang diucapkan anak penyandang spektrum autisme yang berperan sebagai subjek penelitian dengan jawaban yang diinginkan peneliti. Harusnya Subjek Penelitian tersebut menjawab pertanyaan peneliti dengan kalimat saya pergi ke sekolah karena berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada guru terapi, NC sudah bersekolah dan sekarang duduk di bangku kelas 5 di SD Negeri Kompleks Medan. Data ini menunjukkan adanya pertukaran unsur kalimat yang dilakukan oleh NC, yaitu menukar kalimat saya pergi ke sekolah dengan kalimat pergi ke kembit. Bagi anak normal yang sudah duduk di bangku kelas 5 SD, tentulah telah mengerti dan Universitas Sumatera Utara memahami apa yang dilakukan mereka pada pagi hari, tetapi hal demikian tidak terjadi pada NC. Pada data 16, terlihat juga kasus yang sama. Ketika peneliti bertanya dimana kamu membeli baju itu, NC menjawab pertanyaan peneliti dengan kalimat beli mi pangsit ke kembit. NC menukar kata baju dengan kata pangsit. Informasi yang didapat peneliti dari guru terapi yang mengawas NC ialah bahwa NC sering diajak oleh ibunya ke salah satu pusat perbelanjaan di kota Medan, yaitu Cambridge. Subjek penelitian pada data ini ialah seoarang anak yang bertubuh gemuk dan sangat suka makan. Si ibu, yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga selalu membelikan mie pangsit setiap kali mereka pergi ke Cambridge. Karena kebiasaan inilah, si anak senantiasa mengingat Cambridge jika dihubungkan dengan kegiatan bepergian dan berbelanja. Percakapan yang dilakukan oleh peneliti dengan subjek penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa Penyandang Spektrum Autisme ini juga mengalami gangguan bahasa substitussion, yaitu pertukaran unsur bahasa. Berikut data yang diperoleh peneliti yang menunjukkan bahwa adanya pertukaran unsur bahasa yang terjadi. Rizky RZ Peneliti : Siapa nama adik? 17 RZ : Ayu P Ibu guru : Siapa nama kamu? Ibu guru bertanya dengan suara yang Universitas Sumatera Utara keras RZ : Ihiii … Rizky P Peneliti : Berapa umur kamu? 18 RZ : Ihi tuju tahu.. Sembilan tahun S P Peneliti : Dimana adik membeli pensil itu? menunjuk kepada pensil yang dipegang oleh si anak 19 RZ : Pegii makalah beli di sekolah P K Peneliti : Apakah ibu guru disini baik? 20 RZ : enak P Seperti yang terjadi pada kasus sebelumnya, data di atas juga menunjukkan adanya gangguan berbahasa yang terjadi pada kalimat-kalimat yang diucapkan penyandang spektrum autisme. Data 17 menunjukkan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan peneliti. Anak penyandang spektrum autisme RZ menjawab pertanyaan peneliti dengan jawaban Ayu. Ayu adalah nama yang sering ditujukan kepada seseorang yang berjenis kelamin wanita. Rizky, subjek penelitian adalah seorang anak yang berjenis kelamin laki-laki. Lalu setelah ibu guru terapi Universitas Sumatera Utara mengulang kembali pertanyaan yang diajukan peneliti, barulah si anak menjawabnya dengan namanya sendiri yang diucapkan dengan artikulasi yang kurang jelas, yaitu Ihi... Jawaban ini juga diutarakan dengan mengikuti atau mencontoh kata-kata yang diucapkan oleh ibu guru. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pertukaran bahasa pada data 17, yaitu pertukaran unsur Rizky dengan kata Ayu. Kemudian pada data 18, anak penyandang spektrum autisme menjawab pertanyaan peneliti dengan Ihi.. tuju.. tahu. ‟ yang diucapkan dengan cara terputus- putus. Rizky adalah seorang anak yang berjenis kelamin laki-laki berusia Sembilan tahun. Pada dasarnya, anak normal sudah mampu menghitung usianya atau mengingat usianya jika sudah berada pada usia sembilan tahun atau sederajat dengan kelas 3 atau 4 SD. Tetapi data ini menunjukkan bahwa Rizky tidak mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Terjadi pertukaran unsur bahasa dari yang seharusnya sembilan tahun menjadi tujuh tahun. Tidak jauh berbeda dari data sebelumnya, data 19 dan 20 juga menunjukkan adanya pertukaran unsur bahasa, pada data 19 yang terjadi yaitu pertukaran unsur kalimat saya membelinya di sekolah dengan kalimat pegii makala…. Pertanyaan peneliti membutuhkan jawaban berupa letak atau lokasi sebuah tempat yang menunjukkan keberadaan dimana subjek penelitian membeli barang yang dipegangnya. Tetapi jawaban yang diberikan oleh subjek penelitian menyimpang dari jawaban yang diinginkan peneliti. Subjek penelitian menjawab Universitas Sumatera Utara pertanyaan peneliti dengan pegii makala... yang berarti pergi ke sekolah. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pemahaman yang terjadi pada subjek penelitian. Pada data 20 terjadi pertukaran unsur kalimat senang atau tidak senang dengan unsur kalimat enak. Kata senang atau tidak senang biasanya ditujukan untuk menunjukkan sebuah ungkapan perasaan terhadap suatu keadaan atau peristiwa, sedangkan kata enak ditujukan untuk mengungkapkan rasa dari sebuah masakan ataupun makanan. Dari data-data yang telah dikumpulkan di atas, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi gangguan pemahaman pada subjek penelitian. Subjek penelitian sering sekali memberikan jawaban-jawaban yang tidak sesuai dengan yang diinginkan penulis, atau yang diutarakan anak normal pada umumnya. Sejalan dengan teori neurolinguistik yang digunakan dalam penelitian ini, gangguan pemahaman pada seseorang disebabkan adanya gangguan pada Medan Wernicke . 4.1.2 Distortion Salah Urut Unsur Bahasa Kalimat Dasar Bahasa Indonesia pada Penyandang Spektrum Autisme Selain gangguan pertukaran unsur kalimat dasar bahasa Indonesia, terjadi pula gangguan salah urut unsur kalimat dasar bahasa Indonesia pada penyandang Spektrum Autisme. Berikut ini data-data penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan. Penelitian ini dilakukan di ruang terapi sumber data. Michael Ardian MA Peneliti : Kamu suka bermain apa? Universitas Sumatera Utara 21 MA : Umah … main..nokia dirumah bermain nokia K P Pel Peneliti : Dian sayang Ibu Cici? 22 MA : Sayang tidak P Peneliti : Siapa nama mama kamu? 23 MA : Mama nama Ibu Sicapa S P Berdasarkan data 21, dapat disimpulkan bahwa gangguan berbahasa lainnya yang terjadi pada Subjek Penelitian adalah salah urut. MA menjawab pertanyaan penulis dengan kalimat umah.. main nokia yang berarti di rumah bermain game yang ada diaplikasi nokia. Kalimat ini berpola K P Pel. Pola seperti ini tidak terdapat dalam kedelapan pola kalimat dasar bahasa Indonesia yang disebutkan oleh Sugono. Seharusnya MA menjawab pertanyaan penulis dengan jawaban saya bermain nokia di rumah dengan pola S P Pel K. pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia selalu diawali dengan Subjek. Apabila Subjek tidak lagi terletak di awal, kalimat tersebut bukan lagi disebut kalimat dasar. Salah satu syarat kalimat dasar ialah belum mengalami pertukaran. Kemudian pada data 22 MA menjawab pertanyaan peneliti dengan sayang tidak. Dalam kalimat bahasa Indonesia, setiap kata pengingkaran yang berupa kalimat berita, kata pengingkaran selalu terletak di awal dan bukan setelahnya. Maka seharusnya MA menjawab tidak sayang. Universitas Sumatera Utara Jawaban dari pertanyaan yang diajukan peneliti pada data 23 tidak sesuai dengan jawaban yang diucapkan anak normal. Pada data tersebut, subjek penelitian menjawab dengan mama nama ibu sicapa. Seharusnya subjek penelitian menjawab pertanyaan peneliti dengan nama mama Ibu Sijabat. Hukum frasa yang digunakan dalam bahasa Indonesia ialah hukum DM, yaitu diterangkan menerangkan dimana D berperan sebagai inti, dan M berperan sebagai atribut. Nama mama terdiri dari unsur DM dimana kata mama menerangkan atau menjelaskan kata nama. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi gangguan salah urut unsur bahasa yaitu unsur nama mama menjadi mama nama terhadap kalimat yang diucapkan subjek penelitian. Berikut ini data lain yang ditemukan peneliti pada subjek penelitian yang kedua yang menandakan adanya salah urut unsur bahasa Rizky RZ Peneliti : Siapa yang menjemput adik? 24 RZ : Joput om Ihi.. Jemput om Rizky P O S Peneliti : Adik sekolah dimana? 25 RZ : Tali kai.. setola. Tali kasih sekolah K S Peneliti : Adik suka main apa? 26 RZ : Ihii sawat main. Rizky pesawat bermain S Pel P Nicolas NC Universitas Sumatera Utara Peneliti : Apa yang sedang kamu kerjakan? 27 NC : Nico PR tulis-tulis S O P NC sedang mengerjakan tugas yang diberikan guru terapi yaitu menyusun kata Joput om ihi memiliki pola P Pel S. Tidak terdapat pola tersebut dalam kedelapan pola kalimat dasar bahasa Indonesia yang disebutkan oleh Sugono. Subjek penelitian menukar urutan unsur bahasa pada kalimat tersebut. Agar kalimat tersebut menjadi tepat, urutan unsur kalimat harus diganti dengan Rizky dijemput Om. Om adalah panggilan kekerabatan yang ditujukan kepada adik atau kakak laki-laki dari orangtua kita. Data 24 ini menunjukkan adanya salah urut unsur bahasa yang disebutkan oleh RZ. Seharusnya RZ menjawab dengan menyebutkan subjek di awal kalimat, yaitu kata Ihi... karena pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia selalu diawali dengan subjek . RZ pada data 25 juga salah mengurutkan unsur bahasa pada jawaban dari pertanyaan adik sekolah dimana? seharusnya RZ menjawab dengan sekolah di tali kasih tetapi RZ menjawabnya dengan membalikkan unsur bahasa tersebut menjadi tali kasi setola. Hal ini sangat tidak sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Selain salah mengurutkan unsur bahasa, subjek penelitian juga menghilangkan subjek dari pola jabatan kalimat yang disebutkan oleh subjek penelitian. Universitas Sumatera Utara Ihiii sawat main sebagai jawaban yang disebutkan subjek penelitian pada data 26 terhadap pertanyaan adik suka bermain apa? oleh peneliti menunjukkan adanya salah urut unsur kebahasaan pada subjek penelitian. Ihiii sawat main memiliki pola S Pel P. Sesuai dengan pola dari teori sintaksis mengenai kalimat dasar yang disebutkan oleh Sugono tidak terdapat pola S Pel P. Urutan yang benar dari pola kalimat tersebut seharusnya Rizky bermain pesawat. Jika pola S Pel P tersebut diutarakan kepada orang lain, kemungkinan besar orang-orang yang belum mengenal dengan baik subjek penelitian pasti tidak mengerti akan kalimat yang diucapkan oleh subjek penelitian. Untuk itu, pada data ini telah terjadi salah urut unsur bahasa. Subjek penelitian menukar letak jabatan pelengkap dan predikat pada pola kalimat data 26 di atas. Hal serupa juga terjadi pada data 27. Subjek penelitian menjawab pertanyaan peneliti dengan Nico PR tulis-tulis yang berpola S O P. Seharusnya NC menjawab pertanyaan peneliti dengan jawaban Nico menulis PR. Pada jawaban yang diutarakan subjek penelitian, NC menghilangkan afiks me- pada kata menulis dan mengulang kata dasar dari menulis. Bila dibandingkan dengan anak normal yang seusia dengan NC, mereka sudah dapat menggunakan afiks dengan baik. Di samping itu, sebenarnya NC tidak sedang mengerjakan PR pada saat peneliti mewawancarai NC. Subjek penelitian pada saat itu sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru terapinya pada saat itu. Seperti yang kita ketahui, PR yang berupa singkatan dari Pekerjaan Rumah memiliki arti tugas yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan di rumah dan akan dikumpulkan atau diserahkan pada waktu yang telah Universitas Sumatera Utara ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian tidak memahami pengertian tugas dengan PR. Subjek penelitian beranggapan bahwa semua tugas merupakan PR. Hal yang dilakukan NC pada data 27 juga hamper sama seperti apa yang dilakukan RA seorang anak penyandang spektrum autisme yang berumur 7 tahun dalam penelitian Gustianingsih 2012:272. Jawaban RA oya.. poto.. i..bo.. ‘ular pukul ibu ’. Secara logika ular adalah seekor binatany yang tidak mungkin melakukan pukulan pada manusia. Seharusnya yang terjadi adalah manusia memukul ular sebagai jawaban dari pertanyaan gambar apakah ini? menunjuk kepada sebuah gambar yangh berisi gambar orang, pukulan yang terbuat dari kayu, dan gambar ular. RA mengalami gangguan pada dua medan bahasa yaitu Medan Wernicke dan Medan Broca. Hal tersebut dapat dilihat pada jawaban yang diberikan RA serta artiklulasi produksi ujaran bahasa yang diucapkannya secara terputus-putus. Dari data-data yang telah dikumpulkan di atas, dapat dikatakan bahwa selain pertukaran unsur bahasa, terdapat pula salah urut unsur bahasa pada penyandang spektrum autisme. 4.1.3 Ommission Pelesapan atau Penghilangan Unsur Bahasa Kalimat Dasar Bahasa Indonesia pada Penyandang Spektrum Autisme Dalam Teori sintaksis mengenai kalimat dasar yang dikemukakan oleh Sugono, kalimat dasar merupakan kalimat yang memenuhi syarat gramatikal mempunyai subjek, predikat, atau dan objek, serta pelengkap dan kalimat itu belum Universitas Sumatera Utara mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur Subjek, Predikat, Objek, ataupun Pelengkap. Perubahan itu dapat juga berupa penukaran unsur S-P -P-S; atau berupa perubahan bentuk dari aktif ke pasif. Di samping itu, perubahan yang dimaksud itu termasuk peniadaan unsur tertentu, seperti kalimat yang terdiri atas subjek saja, predikat saja, atau objek saja, bahkan keterangan saja. Dari keterangan di atas, dapat dilihat adanya pelesapan unsur bahasa yang terdapat pada data di bawah ini yang dihasilkan oleh anak Penyandang Spektrum Autisme. Michael Ardian MA Peneliti : Mangga rasanya apa? 28 MA : Mangga..enis mangga manis S P Nicholas NC Peneliti : Apa pekerjaan ayah kamu? 29 NC : Ke..ja sakit Bekerja di Rumah Sakit P K Sugono membagi pola kalimat dasar bahasa Indonesia ke dalam empat tipe, yaitu

1. S P O K

: Diana mengirimkan makalah kepada panitia. 2. S P O Pel : Ratna meminjami saya sepeda.

3. S P O

: Manusia mengenal kebudayaan. Universitas Sumatera Utara

4. S P Pel

: Negara kita berdasarkan pancasila. 5. S P K : Dia berasal dari Malang. 6. S P Verba : Bumi berputar. 7. S P Nomina : Kami seniman. 8. S P Adjektiva : Bumi ini bulat. Struktur kalimat pada data 28 menunjukkan bahwa adanya pelesapan salah satu unsur bahasa pada kalimat yang diucapkan MA. MA Menjawab pertanyaan peneliti dengan jawaban mangga enis yang berarti mangga manis. Terjadi pelesapan unsur bahasa yaitu kata rasanya. Harusnya MA menjawab pertanyaan peneliti dengan jawaban mangga rasanya manis. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pada data ini telah dianggap terjadinya gangguan berbahasa, yaitu pelesapan unsur kata rasanya. Begitu pula pada data 29. Pada data ini, NC menjawab pertanyaan penulis dengan ke..ja sakit yang berpola P K. Apabila dihubungkan dengan kedelapan pola kalimat dasar yang telah disebutkan Sugono di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada pola P K dalam struktur kalimat dasar bahasa Indonesia. Untuk itu, dianggap terjadinya pelesapan unsur kalimat pada data 29, yaitu unsur S dan kata di rumah. Seharusnya NC menjawab pertanyaan penulis dengan jawaban ayah saya bekerja di rumah sakit yang berpola S P K. Jawaban yang diberikan NC juga kurang sesuai dengan apa yang diharapkan penulis. Seharusnya NC menjawab pertanyaan penulis Universitas Sumatera Utara dengan salah satu profesi pekerjaan, misalnya, dokter, guru, perawat bidan, dan lain sebagainya. Terdapat pula data lain yang menunjukkan kesamaan dengan data di atas. Contoh dari data tersebut adalah sebagai berikut Michael Ardian MA Peneliti : Siapa yang menjemput kamu? 30 MA : Dian.. dian.. tante ia Dian dijemput tante Nina S O Nicholas NC Peneliti : Setiap pagi Adik pergi kemana? 31 NC : Pe..gi ke kem Pergi ke Cambridge P K Peneliti : Tadi makan siangnya pake apa Nico? 32 NC : Makan sayu.. bayam makan sayur bayam P O Data di atas menunjukkan bahwa adanya pelesapan unsur kalimat dasar pada tuturan kalimat yang diucapkan oleh subjek penelitian. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan membandingkan jawaban yang diberikan oleh para penyandang Spektrum Autisme dengan pola yang dikemukakan oleh Sugono. Pola kalimat dasar bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Sugono adalah setiap kalimat dasar diawali Universitas Sumatera Utara dengan Subjek. Sementara pada data di atas, dapat dilihat bahwa kalimat-kalimat yang diutarakan dimulai dengan Predikat. Pada data 30 MA menjawab pertanyaan yang diajukan penulis dengan dian… dian.. tante ia yang berpola S O. Sesuai dengan pola kalimat dasar yang dikemukakan oleh Sugono, kalimat tersebut harusnya berbentuk Dian dijemput oleh tante Nina. Tidak ada pola S O dalam delapan pola sintaksis. MA juga tidak dapat menyebutkan nama tantenya panggilan kekerabatan yang ditujukan untuk adik peremppuan dari ayah dan ibu kitadengan baik. Selanjutnya pada data 31 NC menjawab pertanyaan peneliti dengan pergi ke kem yang berpola P K. dianggap terjadi pelesapan unsur kalimat yaitu unsur S. Jawaban dari pertanyaan tersebut harusnya Saya pergi ke kem yang berpola S P K. Struktur kalimat pada data 32 mengalami pelesapan salah satu unsur kalimat yaitu unsur subjek. NC melesapkan kata saya yang berperan sebagai Subjek pada jawaban yang diberikannya atas pertanyaan yang diajukan peneliti. Kemudian, bayam bukan merupakan lauk yang disantap oleh NC pada siang hari tersebut. NC selalu mengucapkan kata bayam untuk menu makan siangnya meskipun saat itu NC tidak memakan sayur bayam. Hal ini terjadi karena pengenalan si anak akan hal-hal yang sering dilihat dan ditemuinya sehingga sulit untuk memberikan perubahan yang signifikan seperti yang dapat dilakukan terhadap anak normal. Nicolas NC Peneliti : Kapan kamu lahir? 33 NC : Tanggal oktobe.. dua ibu satu oktober dua ribu satu Universitas Sumatera Utara P Peneliti : Dimana rumah kamu? 34 NC : Jalan Butu.. Jalan Sei Berutu P Mikael Ardian MA Peneliti : Bapak itu sedang apa? menunjuk guru terapi yang sedang mempersiapkan latihan fisik untuk kekuatan otot bagi subjek penelitian 35 MA : Bapak eman bola bapak Herman mengangkat bola S O Peneliti : Siapa yang beli baju kamu? 36 MA : Baju.. Mama S O Rizky RZ Peneliti : Siapa yang menulis buku ini? 37 RZ : tulis.. tulis … baba yang menulis buku Rizky P Pel Data-data di atas juga menunjukkan adanya pelesapan unsur kalimat dasar bahasa Indonesia yang diucapkan oleh subjek penelitian. Data 33 menunjukkan subjek penelitian menghilangkan unsur kalimat serta makna dari kalimat yang diucapkan subjek penelitian. Subjek penelitian menjawab pertanyaan peneliti berupa Universitas Sumatera Utara Kapan kamu lahir? dengan jawaban Tanggal oktobe.. dua ibu satu oktober merupakan bulan dan bukan tanggal. Pada kalimat tersebut, subjek penelitian menghilangkan unsur tanggal pada kalimatnya yang berperan penting menunjukkan waktu yang tepat kelahiran subjek penelitian tersebut. Seharusnya NC menyebutkan salah satu tanggal yang ada di bulan oktober, misalnya satu, dua, tiga, dan seterusnya. Kemudian NC juga tidak dapat menyebutkan tahun kelahirannya dengan benar. Perlu diketahui bahwa NC pada dasarnya sudah dapat mengucapkan artikulasi dengan benar. Tetapi NC tidak menjawab pertanyaan peneliti dengan artikulasi dan jawaban yang benar. Data 34 juga hampir sama dengan data 33 di atas. NC menghilangkan salah satu unsur kata yang terdapat pada nama alamat rumahnya. NC juga tidak dapat mengucapkan alamatnya dengan benar. Bila dihadapkan pada realitas, kesalahan penyebutan nama dan penghilangan salah satu unsur kata pada alamat akan menyebabkan kesalahan pada tujuan. Untuk itu, alamat harus dapat disebutkan dengan lengkap dan benar. Tetapi pada data ini, NC tidak dapat menjawab dengan benar. Anak normal yang sudah berusia sebelas tahun tentu dapat menyebutkan nama alamat jalan yang sering dilewati atau sudah diketahui dengan tepat dan benar. Berbeda dengan anak normal, anak penyandang spektrum autisme tidak dapat melakukan hal tersebut dengan baik. Data selanjutnya juga terdapat pelesapan unsur kalimat. Subjek penelitian menjawab pertanyaan peneliti dengan bapak eman bola. Bila kalimat tersebut diberikan kepada manusia normal, tentulah mereka tidak memahami apa yang Universitas Sumatera Utara disebutkan oleh MA. Orang normal dapat saja memaknai kalimat tersebut dengan bapak eman berbentuk bola, atau bapak eman bermain bola. Maksud dari subjek penelitian adalah Bapak Herman mengangkat bola. Hal ini sangat jauh berbeda dengan tanggapan yang akan diutarakan oleh orang normal. Dapat dikatakan bahwa pada data 35 telah terjadi pelesapan unsur kebahasaan, yaitu kata mengangkat. Kemudian pada data 36 subjek penelitian menjawab pertanyaan peneliti dengan baju..Mama.. Subjek penelitian melesapkan unsur predikat yang sangat berperan penting untuk membentuk makna utuh dari kalimat tersebut. Seharusnya subjek penelitian menjawab pertanyaan pada data 36 tersebut dengan baju dibeli oleh mama. Bila data tersebut hanya berbentuk seperti data 36, manusia normal dapat beranggapan bahwa „baju yang dipakai MA adalah baju mama‟. Pelesapan predikat yaitu kata dibeli dapat mengubah makna dari kalimat serta maksud yang ingin diutarakan subjek penelitian. Selanjutnya pada data 37 subjek juga menghilangkan salah satu unsur kalimat pada kalimat yang diutarakan subjek penelitian. RZ menjawab pertanyaan peneliti dengan tulis.. tulis… baba. Seharusnya RZ menjawab pertanyaan peneliti dengan yang menulis buku ini Rizky atau saya yang menulis buku ini. Hal yang dilakukan RZ hamper sama dengan penelitian Gustianingsih 2012: 268 yaiut pada data atu pita I banana ‘aku pisang’. Penghilangan unsur P „makan‟ dapat menimbulkan salah pengertian pada orang secara umum. Jika ada orang yang disebut sebagai manusia, tetapi dikatakan sebagai pisang adalah sangat Universitas Sumatera Utara tidak logis. Padahal maksud sesungguhnya dari si anak adalah aku makan pisang tetapi si anak hanya mengatakan atu pita „aku pisang‟.

4.2 Pola Kalimat Dasar Bahasa Indonesia Penyandang Spektrum Autisme