oleh pasien asma melalui aktivitas menjaga kesehatan mayoritas responden berkategori cukup yaitu sebanyak 25 61 responden.
Aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan aktivitas menjaga kebersihan lingkungan mayoritas berkategori baik yaitu 39 95,1 responden.
Aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan aktivitas menghindarkan faktor pencetus serangan asma mayoritas berkategori baik yaitu
3175,6 responden. Aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan aktivitas
menggunakan obat-obat antiasma mayoritas berkategori baik yaitu 30 73,2 responden.
2. Pembahasan
Penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia madya 41-59 tahun, berjenis kelamin perempuan, beragama
islam, berasal dari suku batak, berpendidikan SMU, bekerja sebagai PNS, dan memperoleh informasi mengenai asma dari petugas kesehatan.
Penelitian ini membagi usia menjadi tiga tingkatan usia dimana usia responden yang paling yang paling banyak adalah usia dewasa madya 41-59
tahun sebanyak 21 51,2 responden, dewasa muda 18-40 tahun sebanyak 16 39 responden, dan usia lanjut 60 tahun sebanyak 4 9,8 reponden. Asma
dapat terjadi pada sembarang golongan usia; sekitar setengah dari kasus terjadi pada anak-anak, dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Hampir 17
dari semua rakyat Amerika mengalami asma dalam suatu kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka. Smeltzer, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 25 orang 61. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khoman 2011 di Poli asma di bagian paru RSUP Haji Adam Malik Medan bahwa mayoritas pasien asma berjenis kelamin perempuan.
Sebanyak 19 orang 46,3 responden beragama islam, beragama kristen sebanyak 17 orang 41,5 dan katolik sebanyak 5 orang 12,2. Menurut hasil
penelitian Tobing 2013 di RSUP Haji Adam Malik Medan ditemukan bahwa mayoritas pasien asma beragama islam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berasal dari suku Batak yaitu sebanyak 26 orang 63,4, hasil yang sama ditemukan
dalam penelitian Tobing 2013 di RSUP Haji Adam Malik bahwa mayoritas pasien asma berasal dari suku batak. Namun hal ini terjadi karena penelitian
dilakukan di Medan di mana terdapat banyak penduduk yang berasal dari suku batak.
Pasien asma mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 18 orang 43,9. Hal ini juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Harahap 2012 di
Ruang Penyakit dalam Rumah Sakit Umum dr. Fauziah Bireuen yaitu bahwa mayoritas pasien asma berpendidikan SMA.
Diperkirakan 2 sampai 15 penderita asma bronkial pencetusnya adalah lingkungan kerja dan hal ini harus segera diketahui agar tidak memberikan
penderitaan yang berkepanjangan. Keluhan yang terjadi setelah penderita berkontak terpapar dengan zat-zat yang sering terjadi seperti bulu dan serpih
kulit binatang, enzim bakteri subtilis, debu kopi dan teh, debu kapas, garam
Universitas Sumatera Utara
platina, dan lain-lain, namun ada kalanya gejalanya baru akan timbul setelah 6 sampai 12 jam terpapar. Sehingga bila penderita bekerja dipagi hari, gejala baru
timbul sore atau malam hari, setelah penderita di rumah. Sundaru, 2007. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien asma bekerja sebagai PNS
yaitu sebanyak 16 orang 39 kemudian diikuti oleh pasien yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga yaitu sebanyak 11 orang 26,8.
Sumber informasi mengenai asma yang diperoleh pasien mayoritas berasal dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 37 orang 90,2. Menurut Mangunnegoro
2006, edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti, menjaga penderita agar tetap masuk sekolah atau kerja dan mengurangi biaya pengobatan
karena kurangnya serangan akut terutama bila membutuhkan kunjungan ke unit gawat darurat atau perawatan rumah sakit.
Aktivitas pencegahan kekambuhan asma merupakan usaha yang dilakukan oleh pasien asma sebagai upaya untuk mencegah kekambuhan asma. Aktivitas
pencegahan kekambuhan asma yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus
serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma Sundaru, 2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh
pasien asma mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 34 82,9 responden, berkategori cukup sebanyak 7 17,1 responden dan tidak ada responden yang
berkategori buruk. Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan asma. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan
Universitas Sumatera Utara
makanan yang bernilai gizi baik, minum yang banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Semua penderita asma bronkial dianjurkan
banyak minum kecuali bila selain menderita asma bronkial, ia juga mengalami penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan
dahak, sehingga dahak mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi semakin kental, liat dan sukar dikeluarkan. Selain itu
juga sebagai pengganti cairan karena pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat
bernapas cepat dan dalam. Sundaru, 2007. Penelitian ini menunjukkan aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma berdasarkan aktivitas menjaga
kesehatan mayoritas berkategori cukup yaitu sebanyak 25 61 responden. Lingkungan di mana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan asma. Keadaan rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari, saluran pembuangan air harus lancar, kamar tidur
sedikit mungkin berisi barang-barang Sundaru, 2007. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma
berdasarkan aktivitas menjaga kebersihan lingkungan mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 39 95,1 responden.
Faktor pencetus bermacam-macam dan tiap-tiap penderita mungkin mempunyai faktor pencetus yang berlain-lainan. Faktor pencetus yang sering
dijumpai antara lain alergen, infeksi saluran napas, tekanan jiwa, olahraga dan kegiatan jasmani, obat-obatan, polusi udara, dan lingkungan kerja. Hewan
peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk atau semprotan rambut, juga dapat
Universitas Sumatera Utara
mencetuskan asma bronkial Sundaru2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma berdasarkan
aktivitas menghindarkan faktor pencetus serangan asma mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 31 75,6 responden.
Seorang pasien yang melakukan berbagai aktivitas pencegahan kekambuhan asma namun gejala masih tetap timbul barulah dianjurkan untuk
menggunakan obat-obat antiasma. Pada asma yang ringan apalagi frekwensinya jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul
maupun sirup. Tetapi bila ingin gejala asmanya cepat hilang dan sedikit efek sampingnya obat aerosol lebih baik.
Pasien yang mengalami serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, seperti mengkombinasikan dua atau tiga macam obat.
Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tabletsirup simpatomimetik, kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan
kortikosteroid. Asma kronik atau asma bronkial yang sering timbul diperlukan
pengobatan jangka waktu yang lama bahkan mungkin sampai bertahun-tahun. Sehingga sering timbul kekuatiran apakah obat-obat tadi tidak berbahaya bagi
tubuh penderita. Obat memang mempunyai efek samping, tetapi efek samping ini dapat dikendalikan atau dikurangi jika pemakaiannya di bawah pengawasan
dokter. Sundaru, 2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma berdasarkan aktivitas
menggunakan obat-obat antiasma mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 30 73,2 responden.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan terhadap 41 orang responden pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan data demografi menyatakan
bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma mayoritas responden berusia madya 41-59 tahun, berjenis kelamin perempuan, beragama
islam, berasal dari suku batak, berpendidikan SMU, bekerja sebagai PNS, dan memperoleh informasi mengenai asma dari petugas kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 34 82,9
responden, sebanyak 7 17,1 responden berkategori cukup, dan tidak ada responden yang berkategori buruk dalam aktivitas pencegahan kekambuhan asma.
Pasien asma melakukan aktivitas pencegahan kekambuhan asma dengan menjaga kesehatan mayoritas berkategori cukup sebanyak 25 61 responden,
dengan menjaga kebersihan lingkungan mayoritas berkategori baik yaitu 39 95,1 responden, dengan menghindarkan faktor pencetus serangan asma
mayoritas berkategori baik yaitu 3175,6 responden, dan dengan menggunakan obat-obat antiasma mayoritas berkategori baik yaitu 30 73,2 responden.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma yang paling baik dilakukan adalah aktivitas menjaga kebersihan
lingkungan.
Universitas Sumatera Utara