Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma oleh Penderita Asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan

(1)

AKTIVITAS PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ASMA

OLEH PASIEN ASMA DI POLIKLINIK RSUD DR. PIRNGADI

MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Diva Petrina Purba 111121038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma oleh Penderita Asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak – pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:

1. Kedua orang tua peneliti, terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda Drs J. Purba dan ibunda M. Pandiangan, S.pd serta adik-adik dan semua keluarga yang menjadi motivasi dalam menggapai kesuksesan.

2. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns., MNS selaku dosen pembimbing akademik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Nunung F Sitepu, S.Kep, Ns., MNS selaku dosen pembimbing skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku dosen penguji skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Cholina T Siregar, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku dosen penguji skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(4)

8. Teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan 2011 Ekstensi Sore atas dukungan dan motivasi yang diberikan. Semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan meraih kesuksesan.

Akhir kata kiranya semua pihak yang turut memberi bantuan, bimbingan, dan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan proposal ini mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Februari 2013 Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Pengesahan... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar isi... v

Daftar Tabel... ... vii

Daftar Lampiran... viii

Abstrak... ix

BAB 1 Pendahuluan... 1

1. Latar Belakang... ... 1

2. Tujuan Penelitian... ... 2

3. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 Tinjauan Pustaka... 5

1. Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma... 5

2. Asma Bronkial... 5

2.1 Defenisi Asma... 5

2.2 Jenis-Jenis Asma... 6

2.3 Etiologi... 7

2.4 Manifestasi Klinis... 8

2.5 Patofisiologi... 9

2.6 Diagnosis Asma... 10

2.7 Pencegahan Asma... 11

2.8 Edukasi mengenai Asma... 13

3. Aktivitas pencegahan kekambuhan asma ... 14

BAB 3 Kerangka Penelitian... 20

1. Kerangka penelitian... 20

2. Definisi operasional... 21

BAB 4 Metodologi Penelitian... 22

1. Desain penelitian... 22

2. Populasi, sampel penelitian dan teknik Sampling... 22

2.1 Populasi... 22

2.2 Sampel penelitian... . 22

2.3Teknik sampling... 22

3. Lokasi dan waktu penelitian... 24

4. Pertimbangan etik... 24

5. Instrumen Penelitian... 24

6. Uji Validitas dan Reliabilitas... 26

6.1 Uji Validitas... 26

6.2 Uji Reliabilitas... 26

7. Pengumpulan Data... 27


(6)

BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 29

1. Hasil Penelitian... 29

1.1 Data Demografi... 29

1.2 Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma... 31

2. Pembahasan... 32

BAB 6 Kesimpulan dan Saran... 38

1. Kesimpulan... . 38

2. Saran... 39

2.1 Praktek Keperawatan... 39

2.2 Pendidikan keperawatan... 39

2.3 Penelitian Keperawatan... 39 Daftar Pustaka


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karateristik Demografi

Responden... 30 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Aktivitas Pencegahan

Kekambuhan Asma (N=41)... 31 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Crosstabs Data Demografi dengan


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian 2. Instrumen penelitian

3. Permohonan izin survey pendahuluan dari PSIK USU 4. Selesai survey pendahuluan

5. Permohonan izin penelitian Dari PSIK USU 6. Selesai penelitian dari RSUD Dr. Pirngadi Medan 7. Lembar bukti bimbingan

8. Daftar riwayat hidup 9. Anggaran biaya penelitian 10.Jadwal penelitian


(9)

ABSTRAK

Judul :Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma oleh Pasien Asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan

Penulis : Diva Petrina Purba

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Ekstensi S-1 Tahun : 2012/2013

Abstrak

Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang. Prevalensi asma di dunia cukup tinggi. Di Indonesia Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Penderita asma masih dapat hidup produktif jika mereka dapat mengendalikan asmanya dengan melakukan aktivitas pencegahan asma. Aktivitas pencegahan asma antara lain: menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma melalui 4 aktivitas yaitu : menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat anti asma. Desain yang digunakan adalah deskriptif dengan populasi 180 orang, sampel 41orang, teknik pengambilan sampel yang digunakan sampling aksidental, di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan Juli s/d Oktober 2012. Kuesiner berisi data demografi dan 19 pertanyaan mengenai aktivitas pencegahan kekambuhan asma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma mayoritas berkategori baik sebanyak 34 (82,9%), sebanyak 7 (17,1%) responden berkategori cukup, dan tidak ada responden yang masuk dalam kategori buruk dalam aktivitas pencegahan kekambuhan asma. . aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma yang paling baik dilakukan adalah aktivitas menjaga kebersihan lingkungan. Penelitian ini menemukan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia madya (41-59 tahun), berjenis kelamin perempuan, beragama islam, berasal dari suku batak, berpendidikan SMU, bekerja sebagai PNS, dan memperoleh informasi mengenai asma dari petugas kesehatan. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas responden berasal dari suku batak kemungkinan besar karena penelitian ini di lakukan di Medan di mana banyak penduduk yang berasal dari suku batak tinggal di daerah ini, Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memperhatikan teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik pengambilan sampel random sampling.


(10)

ABSTRAK

Judul :Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma oleh Pasien Asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan

Penulis : Diva Petrina Purba

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Ekstensi S-1 Tahun : 2012/2013

Abstrak

Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang. Prevalensi asma di dunia cukup tinggi. Di Indonesia Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Penderita asma masih dapat hidup produktif jika mereka dapat mengendalikan asmanya dengan melakukan aktivitas pencegahan asma. Aktivitas pencegahan asma antara lain: menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma melalui 4 aktivitas yaitu : menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat anti asma. Desain yang digunakan adalah deskriptif dengan populasi 180 orang, sampel 41orang, teknik pengambilan sampel yang digunakan sampling aksidental, di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan Juli s/d Oktober 2012. Kuesiner berisi data demografi dan 19 pertanyaan mengenai aktivitas pencegahan kekambuhan asma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma mayoritas berkategori baik sebanyak 34 (82,9%), sebanyak 7 (17,1%) responden berkategori cukup, dan tidak ada responden yang masuk dalam kategori buruk dalam aktivitas pencegahan kekambuhan asma. . aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma yang paling baik dilakukan adalah aktivitas menjaga kebersihan lingkungan. Penelitian ini menemukan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia madya (41-59 tahun), berjenis kelamin perempuan, beragama islam, berasal dari suku batak, berpendidikan SMU, bekerja sebagai PNS, dan memperoleh informasi mengenai asma dari petugas kesehatan. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas responden berasal dari suku batak kemungkinan besar karena penelitian ini di lakukan di Medan di mana banyak penduduk yang berasal dari suku batak tinggal di daerah ini, Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memperhatikan teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik pengambilan sampel random sampling.


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang. Prevalensi asma di dunia cukup tinggi. Pengelolaan asma yang terbaik haruslah dilakukan pada saat dini dengan berbagai tindakan pencegahan agar penderita tidak mengalami serangan, karena penyakit asma pada dasarnya tidak kambuh, bila tidak terpapar oleh pencetus. Penderita asma masih dapat hidup produktif jika mereka dapat mengendalikan asmanya dengan melakukan aktivitas pencegahan asma. Menurut Sundaru (2007) usaha-usaha pencegahan asma antara lain: menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma. Faktor pencetus yang sering dijumpai antara lain alergen, infeksi saluran napas, tekanan jiwa, olahraga dan kegiatan jasmani, obat-obatan, polusi udara, dan lingkungan kerja.

Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam sepuluh tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Pusat Nasional untuk Statistik kesehatan National melaporkan bahwa asma saat ini mengenai lebih dari 22,2 juta orang Amerika atau 7,9% dari populasi, termasuk lebih dari 6,7 juta anak-anak yang berusia kurang dari 18 tahun. Selain itu 7,3% orang Amerika


(12)

dewasa ini menderita asma, dan 9,3% orang-orang berusia 15 tahun atau lebih muda ( Plottel, 2010).

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, di bandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. (Mangunnegoro, 2006).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa jumlah penderita asma bronkial dewasa yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011 adalah 180 orang. Berkaitan dengan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian di lapangan dengan judul “Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma oleh Pasien Asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan”

2. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan.


(13)

Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma melalui 4 aktivitas yaitu :

a. menjaga kesehatan

b. menjaga kebersihan lingkungan

c. menghindari faktor pencetus serangan asma d. menggunakan obat-obat anti asma.

3. Manfaat Penelitian 3.1Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi praktek keperawatan dan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat dalam membantu perawat mengenali aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.2Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu dokumentasi di perpustakaan yang ada di institusi pendidikan dalam rangka menambah pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan mengenai aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.3Penelitian Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian yang akan datang sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat.


(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Aktivitas

Aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan berupa usaha, pekerjaan, kekuatan dan ketangkasan dalam berusaha atau kegairahan (Alwi, 2003).

Aktivitas yang dimaksudkan di sini adalah pada pasien asma. Aktivitas pencegahan kekambuhan asma adalah usaha yang dilakukan oleh pasien asma sebagai upaya untuk mencegah kekambuhan asma. Aktivitas pencegahan kekambuhan asma yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma (Sundaru, 2007).

2. Asma

2.1Defenisi Asma

Kata “asthma” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas” (Sundaru,2007). Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Mangunnegoro, 2006).


(15)

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma berbeda dari penyakit obstruktif dalam hal bahwa asma adalah proses reversibel. Eksaserbasi akut dapat saja terjadi, yang berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam, diselingi oleh periode bebas gejala. (Smelter, 2001)

Asma merupakan kondisi pernapasan kronis yang ditandai dengan gejala pernapasan dengan frekuensi dan intensitas yang bervariasi. (Plottel, 2010)

2.2Jenis-jenis Asma

Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik atau nonalergi atau gabungan. (1) Asma alergi disebabkan oleh alergen misalnya serbuk sari, binatang, amarah, makanan, dan jamur. Pemajanan terhadap alergen mencetuskan serangan asma; (2) Asma idiopatik atau nonalergi tidak berhubungan tidak berhubungan dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, sepert aspirin dan agen antiinflamasi nonsteroid lain, pewarna rambut, antagonis beta-adrenergik, dan agen sulfit (pengawet makanan), juga mungkin menjadi faktor. Serangan asma idiopatik menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan emfisema; (3) asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi maupun nonalergi. (Smeltzer, 2001)


(16)

2.3Etiologi

Sebenarnya telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli di bidang asma untuk menerangkan sebab terjadinya asma, namun belum satupun teori atau hipotesis yang dapat diterima atau disepakati semua ahli. Meskipun demikian ada beberapa hal yang dapat disebut sebagai penyebabnya antara lain kepekaan saluran napas yang berlebihan dan peranan faktor keturunan dan lingkungan.

Saluran napas penderita asma memiliki sifat yang khas yaitu, sangat peka terhadap berbagai rangsangan (bronchial hyperreactivity = hiperaktivitas saluran napas = kepekaan saluran napas yang berlebihan). Asap rokok, tekanan jiwa, alergen pada orang normal tidak menimbulkan asma, tetapi pada penderita asma rangsangan tadi dapat menimbulkan serangan.

Lebih kurang seperempat penderita asma, keluarga dekatnya juga menderita asma, meskipun kadang-kadang asmanya sudah tidak aktif lagi, dan seperempatnya lagi mempunyai penyakit alergi lain. Diantara keluarga penderita asma, dua per tiganya memperlihatkan tes alergi yang positif. Keterangan di atas menunjukkan adanya hubungan antara asma, alergi dan keturunan. Selain itu asma juga terjadi karena adanya rangsangan yang cukup kuat pada saluran napas yang telah peka tersebut. Rangsangan ini pada asma lebih populer disebut dengan nama faktor pencetus. Dan masih terdapat kemungkinan ada juga hal-hal lain yang belum diketahui (Smeltzer, 2001).


(17)

2.4Manifestasi Klinis

Asma dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari yang ringan sampai yang parah. Gejala-gejala asma mungkin berbeda pada setiap orang dan mungkin berbeda pada orang yang sama dari waktu ke waktu. Gejala asma biasanya episodik, gejala dapat datang dan pergi, dan tidak harus ada terus menerus. Gejala klasik asma ada tiga yaitu mengi, batuk, dan sensasi napas tak normal atau dispnea. Gejala-gejala asma yang terjadi adalah variasi dari tiga gejala besar di atas.

Tanda dan gejala serius asma antara lain (a) tanda sesak napas dimana penderita sulit untuk berbicara dalam kalimat yang penuh, sulit berjalan, dada terasa sesak, dan mudah letih, (b) bernapas dengan berusaha, bahu naik dengan bernapas, leher dan tulang rusuk bergerak ke dalam dengan bernapas, cepat, pernapasan tidak nyaman,batuk, siang dan/ malam hari, mengi, (c) pikiran berubah-ubah, penderita sulit berpikir dengan jelas, bingung, kehilangan kewaspadaan, (d) oksigen yang rendah, yang membuat bibir abu-abu atau biru, jari telunjuk biru atau abu-abu, (e) nilai PEF (Arus puncak respirasi) rendah, PEF <60% terbaik personal, (f) obat-obatan “tidak bekerja” PEF gagal naik setelah menggunakan obat yang bekerja untuk melegakan pernapasan, dan gejala berlanjut.

Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia; sekitar setengah dari kasus terjadi pada anak-anak, dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Hampir 17% dari semua rakyat Amerika mengalami asma dalam suatu kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka. Meskipun asma dapat berakibat fatal,


(18)

lebih sering lagi, asma sangat mengganggu, mempengaruhi kehadiran di sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya. (Smeltzer, 2011).

2.5Patofisiologi

Menurut Smeltzer (2001) asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstuksi disebabakan oleh salah satu atau lebih dari yang berikut ini: (1) kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan napas; (2) pembengkakan membran yang melapisi bronki; dan (3) pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom.

Beberapa individu dengan asma mengalami respons imuns yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (Ig E) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk-produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikidin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansiyang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak.


(19)

Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non alergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respons parasimpatis.

Selain itu , reseptor α- dan β-adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak

dalam bronki. Ketika reseptor α-adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi;

bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β-adrenergik yang dirangsang.

Keseimbangan antara α- dan β-adrenergik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor-alfa mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor-beta mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan

bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β-adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan konstriksi otot polos.

2.6Diagnosis Asma

Penegakan diagnosis asma didasarkan pada : (a) Pemeriksaan riwayat kesehatan yang lenkap, termasuk keluarga, lingkungan, dan riwayat pekerjaan, dapat mengungkapkan faktor-faktor atau substansi yang mencetuskan serangan


(20)

asma. (b) Pemeriksaan fisik, dengan penekanan khusus pada saluran pernapasan bagian atas (hidung, tenggorokan,sinus), paru-paru dan kulit. (c) Tes fungsi paru dengan spirometri (d) Tes darah untuk penilaian fungsi imun dan alergi (e) Tes radiografi, foto sinar X dan CT scan memberikan informasi tentang anatomi dan struktur paru-paru dan saluran napas yang lebih besar. Pada keadaan asma terkendali seharusnya foto sinar X dada normal, begitu juga gambar pencitraan dada yang dihasilkan CT scan. Namun selama eksaserbasi, tampilan paru pada sinar X dapat memperlihatkan apa yang disebut ahliradiologi sebagai hiperinflasi, dan CT scan mungkin menunjukkan udara yang terkurung. Kedua temuan ini mencerminkan pengisian dan pengosongan paru yang tidak merata saat bernapas karena inflamasi dan penyempitan saluran udara. (Smeltzer, 2001)

2.7Pencegahan Asma

Menurut Sundaru (2007), usaha-usaha pencegahan asma antara lain: menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma.

Menurut Mangunnegoro (2006), pencegahan berlaku untuk semua penderita asma meskipun ditekankan kepada penderita yang pernah mendapat serangan asma berat dan asma kronik di mana gejala asmanya sering sekali timbul. Pencegahan asma meliputi pencegahan primer yaitu mencegah tersensitisasi dengan bahan yang menyebabkan asma, pencegahan sekunder adalah mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi


(21)

asma; dan pencegahan tersier adalah mencegah agar tidak terjadi serangan atau bermanifestasi klinis asma pada penderita yang sudah menderita asma.

Menghindari alergen pada bayi dianjurkan dalam upaya menghindari sensitisasi atau pencegahan primer. Akan tetapi beberapa studi terakhir menunjukkan bahwa menghindari pajanan dengan kucing sedini mungkin, tidak mencegah alergi; dan sebaliknya kontak sedini mungkin dengan kucing dan anjing kenyataannya mencegah alergi lebih baik dari pada menghindari binatang tersebut. Penjelasannya sama dengan hipotesis hygiene, yang menyatakan hubungan dengan mikrobial sedini mungkin menurunkan penyakit alergik dikemudian hari.

Berbagai studi dan data menunjukkan bahwa ibu perokok bedampak pada kesakitan saluran napas bawah pada anaknya sampai dengan usia 3 tahun, walau sulit untuk membedakan kontribusi tersebut pada periode prenatal atau postnatal. Berbagai studi menunjukkan bahwa ibu merokok selama kehamilan akan mempengaruhi perkembangan paru anak, dan bayi dari ibu perokok, 4 kali lebih sering mendapatkan mengi dalam tahun pertama kehidupannya. Sedangkan hanya sedikit bukti yang mendapatkan bahwa ibu yang merokok selama kehamilan berefek pada sensitisasi alergen. Sehingga disimpulkan merokok dalam kehamilan berdampak pada perkembangan paru, meningkatkan frekuensi gangguan mengi pada bayi, tetapi mempunyai peran kecil pada terjadinya asma alergi di kemudian hari. Sehingga jelas bahwa pajanan asap rokok lingkungan baik periode prenatal maupun postnatal (perokok pasif) mempengaruhi timbulnya gangguan atau penyakit dengan mengi.


(22)

Sebagaiman penjelasan di atas bahwa pencegahan sekunder dilakukan untuk mencegah yang sudah tersensitisasimuntuk tidak berkembang menjadi asma. Pengamatan pada asma kerja menunjukkan bahwa menghentikan pajanan alergen sedini mungkin pada penderita yang sudah terlanjur tersensitisasi dan sudah dengan gejala asma, adalah lebih menghasilkan pengurangan/resolusi total dari gejala darpada jika pajanan terus berlangsung.

Pencegahan tersier dilakukan bagi penderita yang sudah asma tetapi mencegah terjadinya serangan yang dapat ditimbulkan oleh berbagai jenis pencetus. Sehingga menhindari pajanan pencetus akan memperbaikikondisi asma dan menurunkan kebutuhan medikasi atau obat.

2.8Edukasi mengenai asma

Menurut Mangunnegoro (2006), edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti, menjaga penderita agar tetap masuk sekolah atau kerja dan mengurangi biaya pengobatan karena kurangnya serangan akut terutama bila membutuhkan kunjungan ke unit gawat darurat atau perawatan rumah sakit.

Edukasi kepada penderita atau keluarga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma sendiri, meningkatkan keterampilan atau kemampuan dalam penanganan asma, meningkatkan kepuasan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kepatuhan dan penanganan mandiri.


(23)

pengguanaan obat, menghindari pencetus, mengenali efek samping obat dan kegunaan kontrol teratur pada pengobatan asma.

Bentuk edukasi yang dapat dilakukan antara lain dengan komunikasi atau nasehat saat berobat, ceramah, latihan atau training, supervisi, diskusi, tukar menukar informasi (sharing of information group), film atau video presentasi, leaflet, brosur, buku bacaan, dan lain-lain.

3. Aktivitas pencegahan kekambuhan asma

Menurut Sundaru (2007), menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan asma. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum yang banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Semua penderita asma bronkial dianjurkan banyak minum kecuali bila selain menderita asma bronkial, ia juga mengalami penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak, sehingga dahak mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi semakin kental, liat dan sukar dikeluarkan. Selain itu juga sebagai pengganti cairan karena pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.

Lingkungan di mana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan asma. Keadaan rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari, saluran pembuangan air harus lancar, kamar tidur sedikit mungkin berisi barang-barang. Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk atau semprotan rambut, juga dapat mencetuskan asma bronkial.


(24)

Faktor pencetus bermacam-macam dan tiap-tiap penderita mungkin mempunyai faktor pencetus yang berlain-lainan. Faktor pencetus yang sering dijumpai antara lain alergen, infeksi saluran napas, tekanan jiwa, olahraga dan kegiatan jasmani, obat-obatan, polusi udara, dan lingkungan kerja.

Zat yang menimbulkan reaksi alergi dinamakan alergen, yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman, hirupan, suntikan atau tempelan. Contoh-contoh alergen yang berupa makanan yaitu: susu, telor, kacang-kacangan, coklat, ikan laut dan lain-lain. Yang berupa suntikan umumnya berupa obat-obatan, sedangkan alergen tempel dapat berupa salep atau kosmetik. Alergen hirupan tersebut berupa debu yang sangat halus sehingga mudah terhirup bila kita bernapas, contoh alergi hirupan yaitu kotoran kecoak, tungau debu rumah, spora jamur, tepung sari rumput, serpih kulit berbagai binatang seperti anjing, kucing, burung dan kuda, wool, kapuk, serta bahan-bahan untuk keperluan industri.

Penderita asma dianjurkan untuk bekerja pada lingkungan yang tidak mengandung bahan-bahan yang dapat mencetuskan serangan asma. Apabila serangan asma sering terjadi pada saat kerja perlu dipertimbangkan untuk pindah pekerjaan. Lingkungan kerja diusahakan bebas dari polusi udara dan asap rokok serta bahan-bahan iritan lainnya. (Mangunnegoro, 2006)

Menurut Sundaru (2007), diperkirakan dua pertiga pencetus asma bronkial dewasa serangan asma bronkialnya ditimbulkan oleh infeksi saluran napas. Berbagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering dijumpai pada


(25)

serangan asma bronkial makin besar bila infeksi tadi cukup berat. Bila pada orang normal infeksi saluran napas hanya menyebabkan batuk, pilek dan demam, pada penderita asma bronkial gejala tadi akan diikuti serangan asma bronkial.

Tekanan jiwa selain menjadi pencetus asma bronkial, dapat juga memperberat serangan asma bronkial yang sudah ada. Sebaliknya asma bronkial yang berat bisa membawa masalah kejiwaan bagi penderita dan keluarganya. Dalam hal ini sangat diperlukan pengertian seluruh keluarga untuk menolong penderita.

Olahraga atau kegiatan jasmani dapat meningkatkan kebugaran fisis secara umum, menambah rasa percaya diri dan meningkatkan ketahanan tubuh. Walaupun terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise(exercise-induced asthma/EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan olahraga. Bila dikhawatirkan terjadi serangan asma akibat olahraga, maka dianjurkan menggunakan beta2-agonis sebelum melakukan olahraga.

Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan khususnya, selain manfaaat lain pada olahraga umumnya. Manfaat senam asma telah diteliti baik manfaat subyektif (kuesioner) maupun obyektif (faal paru); didapatkan manfaat yang bermakna setelah melakukan senam asma secara teratur dalam waktu 3-6 bulan, terutama manfaat subjektif dan peningkatan VO2max. (Mangunnegoro, 2006).


(26)

Menurut Sundaru (2007), obat-obatan juga sering mencetuskan serangan asma bronkial. Yang paling sering yaitu obat-obat yang termasuk golongan penyekat reseptor-beta atau lebih populer dengan nama “beta-blocker”. Golongan obat ini sangat sering dipakai untuk pengobatan penyakit jantung koroner dan darah tinggi. Pada penderita asma bronkial yang berat, bahkan obat tetes mata yang mengandung “beta-blocker” dalam dosis yang kecil pernah dilaporkan menimbulkan serangan asma bronkial. Aspirin dan obat-obat antirematik dapat mencetuskan serangan pada 2 sampai 10% penderita asma bronkial.

Penderita asma bronkial sangat peka terhadap udara yang tercemar, apalagi asap yang mengandung hasil pembakaran yang berupa sulfur dioksida dan oksida fotokemikal. Polusi udara didalam rumah pun seringkali terjadi, seperti asap rokok, semprotan obat nyamuk, semprotan rambut. (Sundaru, 2007)

Penderita asma yang merokok akan mempercepat perburukan fungsi paru dan mempunyai risiko mendapatkan bronkitis kronik dan atau emfisema sebagaimana perokok lainnya dengan gambaran perburukan gejala klinis, berisiko mendapatkan kecacatan, semakin tidak produktif dan menurunkan kualitas hidup (Mangunnegoro, 2006).

Diperkirakan 2 sampai 15 % penderita asma bronkial pencetusnya adalah lingkungan kerja dan hal ini harus segera diketahui agar tidak memberikan penderitaan yang berkepanjangan. Keluhan yang terjadi setelah penderita berkontak (terpapar) dengan zat-zat yang sering terjadi seperti bulu dan serpih


(27)

platina, dan lain-lain, namun ada kalanya gejalanya baru akan timbul setelah 6 sampai 12 jam terpapar. Sehingga bila penderita bekerja dipagi hari, gejala baru timbul sore atau malam hari, setelah penderita di rumah.

Jika dengan berbagai cara pencegahan gejala masih tetap timbul maka barulah kita menggunakan obat-obat anti asma bronkial. Menurut Mangunnegoro (2006), medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri dari pengontrol (controllers) dan pelega (reliever).

Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol adalah Kortikosteroid inhalasi, Kortikosteroid sistemik, Sodium kromiglikat, Nedokromil sodium, Metilsantin, Agonis beta-2 kerja lama inhalasi, Agonis beta-2 kerja lama oral, Leukotrien modifiers, Antihistamin generasi ke dua (antagonis-H1) dan lain-lain.

Pelega pada prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki da atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas. Yang termasuk obat pelega adalah Agonis beta2 kerja singkat, Kortikosteroid sistemik (steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain), Antikolinergik, Aminofillin, dan Adrenalin.


(28)

Menurut Sundaru (2007), pada asma yang ringan apalagi frekwensinya jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirupnya. Tetapi bila ingin gejala asma bronkialnya cepat hilang dan sedikit efek sampingnya jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih mengkin dapat menambah dosis obat, seperti sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid. Pada asma bronkial kronik atau asma bronkial yang sering timbul diperlukan pengobatan jangka waktu yang lama bahkan mungkin sampai bertahun-tahun. Sehingga sering timbul kekuatiran apakah obat-obat tadi tidak berbahaya bagi tubuh penderita. Setiap obat memang mempunyai efek samping, tetapi efek samping ini dapat dikendalikan atau dikurangi jika pemakaiannya di bawah pengawasan dokter.


(29)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian tinjauan kepustakaan dalam penelitian ini, maka yang ingin dilihat adalah aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma. Hasil penelitian ini akan dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu baik dengan nilai 14-19 , cukup dengan nilai 7-13 dan buruk dengan nilai 0-6.

Aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh

pasien asma

Baik

Buruk Cukup


(30)

2. Defenisi Operasional

N o

Variabel Indikator Defenisi Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur 1 Aktivitas

pencegahan kekambuha n asma oleh pasien asma - menjaga kesehatan - menjaga kebersihan lingkungan - menghindarkan faktor pencetus serangan asma - menggunakan obat-obat antiasma Usaha yang dilakukan oleh pasien asma sebagai upaya untuk mencegah kekambuhan asma

Kuesioner - Baik (14-19) - Cukup (7-13) - Buruk (0-6) Interval


(31)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik sampling 2.1Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita asma bronkial dewasa yang berobat di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa jumlah penderita asma bronkial dewasa yang berobat di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011 adalah 180 orang.

2.2Sampel Penelitian

Dalam Nursalam (2008), sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Jika besar populasi lebih kecil dari 1.000, dapat menggunakan rumus:

n = � 1+� (�2)


(32)

keterangan:

n = besar sampel

N= besar populasi

d = tingkat signifikansi (0,05)

Diketahui:

N = 180 orang dalam 1 tahun, karena penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, maka besar populasi diperkirakan sebesar 45 orang.

n = 45 1+45(0,052)

n = 45 1,1125

n = 40,45

jadi besar sampel pada penelitian ini adalah 41 orang. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah penderita asma.

2.3Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampling aksidental yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat dan sesuai dengan konteks penelitian. (Notoatmodjo, 2010).


(33)

3. Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan. Peneliti memilih tempat ini karena RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang besar di Sumatera Utara, dimana dengan fasilitas yang tersedia, masyarakat atau penderita yang datang dengan berbagai penyakit dapat di jaring sesuai dengan unit yang tersedia dan dapat dijangkau oleh peneliti. Waktu penelitian ini dilakukan Juli s/d Oktober 2012.

4. Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi (Nursalam, 2003). Sebelum pelaksanaan penelitian, responden diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian, selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian responden membaca surat memahami isi surat persetujuan terlebih dahulu sebagai kesediaan menjadi responden. Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa adanya sanksi apapun dan tidak menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden dilindungi dari semua kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoadmodjo, 2010). Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan pengumpulan data berupa data demografi dan kuesioner. Untuk


(34)

memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjaun pustaka.

Instrumen terdiri dari 2 bagian, bagian pertama mengenai data demografi responden yaitu usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mengenai asma. Data demografi responden ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden dan mendeskripsikan ditribusi frekuensi dan presentase demografi terhadap aktivitas pencegahan kekambuhan asma. Bagian kedua adalah kuisioner tentang aktivitas pencegahan kekambuhan asma. Aktivitas pencegahan kekambuhan asma adalah usaha yang dilakukan oleh pasien asma sebagai upaya untuk mencegah kekambuhan asma.

Aktivitas pencegahan kekambuhan asma yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma (Sundaru, 2007). Kuisioner tentang aktivitas pencegahan kekambuhan asma terdiri dari 19 pertanyaan, mengenai menjaga kesehatan terdapat pada pertanyaan nomor 2, 7, 11 dan 13. Mengenai menjaga kebersihan lingkungan terdapat pada pertanyaan nomor 1, 12 dan 18. Mengenai menhindari faktor pencetus terdapat pada pertanyaan nomor 3, 4, 5, 8, 14, 15 dan 17, dan yang terakhir mengenai penggunaan obat-obatan asma pada nomor 6, 9, 10, 16 dan 19.

Untuk mengetahui aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan digunakan tiga kategori yaitu baik,


(35)

dan dikategorikan buruk apabila skornya 0-6. Skala penilaian dengan menggunakan skala gutman, dimana skala ini bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban. Apabila ‘Ya’ maka skornya 1 dan “Tidak” maka skornya 0.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1Uji Validitas

Uji validitas berkaitan dengan keabsahan suatu kuesioner dimana uji validitas ini dapat mengukur butir - butir pertanyaan dalam prinsip mengukur apa yang hendak diukur. Peneliti menggunakan uji validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal adalah validitas isi yang telah dikonsultasikan kepada dosen yang ahli di bidang keperawatan dasar. Validitas eksternal yaitu instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data variabel. Pengukuran validitas dalam pengukuran ini menggunakan proses komputerisasi dengan jumlah responden 20 orang pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi dengan koefisien lebih besar dari 0,468, hal ini berarti instrumen telah valid.

6.2Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen pengukuran mengacu pada kemampuannya untuk mendapatkan hasil yang konsisten saat dipakai ulang. Sebuah instrumen disebut reliabel jika instrumen tersebut dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan cara yang sama. (Dempsey, 2004).

Peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap 20 orang pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil yang didapat dianalisa melalui program statistik dengan menggunakan komputerisasi yaitu dengan cronbach


(36)

alpha 0,755 dimana lebih besar dari 0,632, hal ini berarti instrumen telah reliabel (Notoadmojo, 2006).

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara lalu mengirim surat penelitian ke Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan, dan setelah mendapatkan izin penelitian dari RSUD Dr. Pirngadi Medan, peneliti melakukan penelitian dengan terlebih dahulu meminta persetujuan kepada pasien untuk dijadikan sampel dengan mengisi lembar persetujuan / inform consent.

Lembar persetujuan yang ditanda tangani menyatakan pasien bersedia menjadi responden dan mengerti tujuan dari penelitian, lalu responden mengisi kuisoner di dampingi oleh peneliti. Apabila responden kurang mengerti tentang kuisoner dapat menanyakan kembali kepada peneliti, lalu setelah instrumen diisi dikumpulkan kembali oleh peneliti dan memeriksa kembali kelengkapan instrumen yang telah diisi.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul, analisa data dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka pada kuesioner untuk mempermudah pada saat mengadakan tabulasi dan analisa. Tahap ketiga


(37)

komputer. Tahap keempat adalah cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Dan tahap kelima adalah saving yaitu penyimpan data untuk siap dianalisis. (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisa data univariat (deskriptif) yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa univariat pada umumnya hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010).

Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa data deskriptif dengan menggunakan crosstabs. Dalam menggunakan hasil ukur, digunakan rumus ������������ (�) =������������

����������� = 19

3 = 6,3 ���� 7 , sehingga didapatkan kategori buruk dengan skor 0-6, kategori cukup dengan skor 7-13, dan kategori baik dengan skor 14-19.

Jenis data yang akan diperoleh adalah jenis katagorik dengan skala pengukuran yang digunakan adalah jenis skala interval. Untuk data demografi dan kuesioner ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase untuk melihat gambaran aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan di bahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober dengan jumlah reponden 41 orang di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.1Data Demografi

Deskripsi karakter responden dalam penelitian ini mencakup usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mengenai asma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berusia dewasa madya (41-59 tahun) sebanyak 21 orang (51,2%). Berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki sebanyak 16 orang (39,0%) dan perempuan sebanyak 25 orang (61%). Berdasarkan agama responden yang beragama islam sebanyak 19 orang (46,3%), Berdasarkan suku, variasi suku terbanyak adalah suku batak sebanyak 26 orang (63,4%). Berdasarkan pendidikan, mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 18 orang (43,9%). Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden bekerja sebagai PNS sebanyak 16 orang (39,0%). Berdasarkan sumber informasi mengenai asma, mayoritas informasi yang diterima oleh responden berasal dari petugas kesehatan sebanyak 37 responden (90,2%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1


(39)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karateristik Demografi Responden

Karateristik demografi Frekuensi Presentase %

Usia

Dewasa muda (18-40 tahun) Dewasa madya (41-59 tahun) Lanjut (>60 tahun)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Agama Islam Kristen Katolik Suku Batak Melayu Jawa Nias Pendidikan SD SMP SMU Perguruan tinggi Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta IRT Pelajar

Sumber informasi mengenai asma

Petugas kesehatan Media Keluarga Dan lain-lain 16 21 4 16 25 19 17 5 26 8 6 1 3 3 18 17 16 1 6 11 7 37 2 1 1 39 51,2 9,8 39 61 46,3 41,5 12,2 63,4 19,5 14,6 2,4 7,3 7,3 43,9 41,5 39 2,4 14,6 26,8 17,1 90,2 4,9 2,4 2,4


(40)

1.2Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma (N=41)

Kategori Frekuensi Persentase(%)

Baik Cukup Buruk 34 7 0 82,9 17,1 0

Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi dan persentase aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan kategori baik, cukup dan buruk. Hasil penelitian menemukan bahwa 34 (82,9%) responden dikategorikan baik, 7 (17,1%) responden dikategorikan cukup dan tidak ada responden yang masuk dalam kategori buruk dalam aktivitas pencegahan kekambuhan asma.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Aktivitas Pencegahan

Kekambuhan Asma berdasarkan Sub Pencegahan

Kekambuhan Asma

Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)

Menjaga kesehatan Menjaga kebersihan lingkungan Menghindarkan faktor pencetus serangan asma Menggunakan obat-obat antiasma Baik Cukup Buruk Baik Cukup Buruk Baik Cukup Buruk Baik Cukup Buruk 8 25 8 39 1 1 31 10 0 30 11 0 19,5 61 19,5 95,1 2,4 2,4 75,6 24,4 0 73,2 26,8 0

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi dan persentase aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan sub pencegahan kekambuhan asma.


(41)

oleh pasien asma melalui aktivitas menjaga kesehatan mayoritas responden berkategori cukup yaitu sebanyak 25 (61%) responden.

Aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan aktivitas menjaga kebersihan lingkungan mayoritas berkategori baik yaitu 39 (95,1%) responden.

Aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan aktivitas menghindarkan faktor pencetus serangan asma mayoritas berkategori baik yaitu 31(75,6%) responden.

Aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan aktivitas menggunakan obat-obat antiasma mayoritas berkategori baik yaitu 30 (73,2%) responden.

2. Pembahasan

Penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia madya (41-59 tahun), berjenis kelamin perempuan, beragama islam, berasal dari suku batak, berpendidikan SMU, bekerja sebagai PNS, dan memperoleh informasi mengenai asma dari petugas kesehatan.

Penelitian ini membagi usia menjadi tiga tingkatan usia dimana usia responden yang paling yang paling banyak adalah usia dewasa madya (41-59 tahun) sebanyak 21 (51,2%) responden, dewasa muda (18-40 tahun) sebanyak 16 (39%) responden, dan usia lanjut (>60 tahun) sebanyak 4 (9,8%) reponden. Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia; sekitar setengah dari kasus terjadi pada anak-anak, dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Hampir 17% dari semua rakyat Amerika mengalami asma dalam suatu kurun waktu tertentu dalam kehidupan mereka. (Smeltzer, 2011).


(42)

Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 25 orang (61%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoman (2011) di Poli asma di bagian paru RSUP Haji Adam Malik Medan bahwa mayoritas pasien asma berjenis kelamin perempuan.

Sebanyak 19 orang (46,3%) responden beragama islam, beragama kristen sebanyak 17 orang (41,5%) dan katolik sebanyak 5 orang (12,2%). Menurut hasil penelitian Tobing (2013) di RSUP Haji Adam Malik Medan ditemukan bahwa mayoritas pasien asma beragama islam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berasal dari suku Batak yaitu sebanyak 26 orang (63,4%), hasil yang sama ditemukan dalam penelitian Tobing (2013) di RSUP Haji Adam Malik bahwa mayoritas pasien asma berasal dari suku batak. Namun hal ini terjadi karena penelitian dilakukan di Medan di mana terdapat banyak penduduk yang berasal dari suku batak.

Pasien asma mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 18 orang (43,9%). Hal ini juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2012) di Ruang Penyakit dalam Rumah Sakit Umum dr. Fauziah Bireuen yaitu bahwa mayoritas pasien asma berpendidikan SMA.

Diperkirakan 2 sampai 15 % penderita asma bronkial pencetusnya adalah lingkungan kerja dan hal ini harus segera diketahui agar tidak memberikan penderitaan yang berkepanjangan. Keluhan yang terjadi setelah penderita


(43)

platina, dan lain-lain, namun ada kalanya gejalanya baru akan timbul setelah 6 sampai 12 jam terpapar. Sehingga bila penderita bekerja dipagi hari, gejala baru timbul sore atau malam hari, setelah penderita di rumah. (Sundaru, 2007). Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien asma bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 16 orang (39%) kemudian diikuti oleh pasien yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga yaitu sebanyak 11 orang (26,8%).

Sumber informasi mengenai asma yang diperoleh pasien mayoritas berasal dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 37 orang (90,2%). Menurut Mangunnegoro (2006), edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti, menjaga penderita agar tetap masuk sekolah atau kerja dan mengurangi biaya pengobatan karena kurangnya serangan akut terutama bila membutuhkan kunjungan ke unit gawat darurat atau perawatan rumah sakit.

Aktivitas pencegahan kekambuhan asma merupakan usaha yang dilakukan oleh pasien asma sebagai upaya untuk mencegah kekambuhan asma. Aktivitas pencegahan kekambuhan asma yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma (Sundaru, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 34 ( 82,9%) responden, berkategori cukup sebanyak 7 (17,1%) responden dan tidak ada responden yang berkategori buruk.

Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan asma. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan


(44)

makanan yang bernilai gizi baik, minum yang banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Semua penderita asma bronkial dianjurkan banyak minum kecuali bila selain menderita asma bronkial, ia juga mengalami penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak, sehingga dahak mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi semakin kental, liat dan sukar dikeluarkan. Selain itu juga sebagai pengganti cairan karena pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam. (Sundaru, 2007). Penelitian ini menunjukkan aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma berdasarkan aktivitas menjaga kesehatan mayoritas berkategori cukup yaitu sebanyak 25 (61%) responden.

Lingkungan di mana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan asma. Keadaan rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari, saluran pembuangan air harus lancar, kamar tidur sedikit mungkin berisi barang-barang (Sundaru, 2007). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma berdasarkan aktivitas menjaga kebersihan lingkungan mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 39 (95,1) responden.

Faktor pencetus bermacam-macam dan tiap-tiap penderita mungkin mempunyai faktor pencetus yang berlain-lainan. Faktor pencetus yang sering dijumpai antara lain alergen, infeksi saluran napas, tekanan jiwa, olahraga dan kegiatan jasmani, obat-obatan, polusi udara, dan lingkungan kerja. Hewan


(45)

mencetuskan asma bronkial (Sundaru2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma berdasarkan aktivitas menghindarkan faktor pencetus serangan asma mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 31 (75,6) responden.

Seorang pasien yang melakukan berbagai aktivitas pencegahan kekambuhan asma namun gejala masih tetap timbul barulah dianjurkan untuk menggunakan obat-obat antiasma. Pada asma yang ringan apalagi frekwensinya jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin gejala asmanya cepat hilang dan sedikit efek sampingnya obat aerosol lebih baik.

Pasien yang mengalami serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, seperti mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik, kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid.

Asma kronik atau asma bronkial yang sering timbul diperlukan pengobatan jangka waktu yang lama bahkan mungkin sampai bertahun-tahun. Sehingga sering timbul kekuatiran apakah obat-obat tadi tidak berbahaya bagi tubuh penderita. Obat memang mempunyai efek samping, tetapi efek samping ini dapat dikendalikan atau dikurangi jika pemakaiannya di bawah pengawasan dokter. (Sundaru, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma berdasarkan aktivitas menggunakan obat-obat antiasma mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 30 (73,2) responden.


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 41 orang responden pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan data demografi menyatakan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma mayoritas responden berusia madya (41-59 tahun), berjenis kelamin perempuan, beragama islam, berasal dari suku batak, berpendidikan SMU, bekerja sebagai PNS, dan memperoleh informasi mengenai asma dari petugas kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma mayoritas berkategori baik yaitu sebanyak 34 (82,9%) responden, sebanyak 7 (17,1%) responden berkategori cukup, dan tidak ada responden yang berkategori buruk dalam aktivitas pencegahan kekambuhan asma.

Pasien asma melakukan aktivitas pencegahan kekambuhan asma dengan menjaga kesehatan mayoritas berkategori cukup sebanyak 25 (61%) responden, dengan menjaga kebersihan lingkungan mayoritas berkategori baik yaitu 39 (95,1%) responden, dengan menghindarkan faktor pencetus serangan asma mayoritas berkategori baik yaitu 31(75,6%) responden, dan dengan menggunakan obat-obat antiasma mayoritas berkategori baik yaitu 30 (73,2%) responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh


(47)

2. Saran

2.1Untuk praktek keperawatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan menggambarkan bahwa 34 (82,9%) responden berkategori baik, sebanyak 7 (17,1%) responden berkategori cukup, dan tidak ada responden yang berkategori buruk dalam aktivitas pencegahan kekambuhan asma. Aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma yang paling baik dilakukan adalah menjaga kebersihan lingkungan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi praktek keperawatan dan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat dalam mengenali aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2.2Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu dokumentasi di perpustakaan yang ada di institusi pendidikan dan dapat diaplikasikan dalam dalam rangka menambah pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan mengenai aktivitas pencegahan kekambuhan asma oleh pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2.3Penelitian Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian yang akan datang sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat mengenai aktivitas pencegahan kekambuhan asma. Penelitian yang dilakukan pada pasien asma di Poliklinik RSUD Dr. Pirngadi Medan


(48)

menggambarkan bahwa 34 (82,9%) responden berkategori baik, sebanyak 7 (17,1%) responden berkategori cukup, dan tidak ada responden yang berkategori buruk dalam aktivitas pencegahan kekambuhan asma.

Penelitian ini menemukan bahwa aktivitas pencegahan kekambuhan asma berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia madya (41-59 tahun), berjenis kelamin perempuan, beragama islam, berasal dari suku batak, berpendidikan SMU, bekerja sebagai PNS, dan memperoleh informasi mengenai asma dari petugas kesehatan. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas responden berasal dari suku batak kemungkinan besar karena penelitian ini di lakukan di Medan di mana banyak penduduk yang berasal dari suku batak tinggal di daerah ini, maka diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk memperhatikan teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik pengambilan sampel random sampling, yaitu proses pengambilan sampel yang dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. (Dempsey, 2002).


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H., 2003. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka

Dempsey, P., 2004. Riset Keperawatan : buku ajar dan latihan edisi 4. Jakarta:EGC.

Mangunnegoro, H., 2006. Asma Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia cetakan ii. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Nursalam., 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan

: Pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian kkeperawatan, edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi penelitian kesehatan edisi revisi, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Plottel, C., 2010. 100 Tanya-Jawab Mengenai Asma Edisi Kedua, Jakarta:PT Indeks

Ritonga, P., 2011. Bahasa Indonesia Prakrtis,Medan: Bartong Jaya

Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Vol 1. Edisi 8, Jakarta:EGC.

Sundaru,H. 2007. ASMA : apa dan bagaimana pengobatannya? Edisi IV, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Salma, 2012. Karakteristik Penderita Asma Bronkhial Rawat Inap di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum dr. Fauziah Bireun Tahun 2002-2003 dibuka di 2013.

Tobing, M., 2013. Karakteristik Penderita Asma Bronkhial Dewasa Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 1999-2001 dibuka di

Khoman, P.A., 2011. Profil Penderita Asma pada Poli Asma di Bagian Paru RSUP Haji Adam Malik Medan dibuka di pada tanggal 28 Januari 2013.


(50)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN AKTIVITAS PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ASMA OLEH PASIEN

ASMA di POLIKLINIK RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

Saya Diva Petrina Purba adalah Mahasiswi S1 Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas pencegahan asma oleh pasien asma di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

Anda dapat berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Identitas pribadi anda sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Jika anda bersedia, selanjutnya saya mohon kesediaan anda mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya dan silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan anda.

Peneliti

(Diva Petrina Purba)

Email No Hp: 081248935277

Responden


(51)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

AKTIVITAS PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ASMA OLEH PASIEN ASMA di POLIKLINIK RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

Petunjuk Pengisian:

1. Semua pertanyaan harus dijawab.

2. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

3. Berilah tanda checklist (√) dalam tanda tutup kurung ( ) atau pada kolom yang ada disebelah kanan tabel dengan jawaban yang menurut anda benar.

4. Isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab dengan jawaban yang menurut anda benar.

5. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti.

A. Data Demografi

1. Usia : ... Tahun 2. Jenis Kelamin :

( ) Laki-laki ( ) Perempuan 3. Agama :

( ) Islam ( ) Kristen ( ) Katolik

( ) Hindu ( ) Budha

4. Suku Bangsa:

( ) Batak ( ) Melayu ( ) Jawa ( ) Nias ( ) Lain-lain, sebutkan....

5. Pendidikan:

( ) SD ( ) SMP


(52)

6. Pekerjaan:

( ) PNS ( ) Pegawai Swasta ( ) Wiraswasta ( ) Ibu Rumah Tangga ( ) Pelajar

7. Suber Informasi mengenai Asma:

( ) Petugas Kesehatan ( ) Media ( ) Keluarga ( ) lain-lain, sebutkan...

B. Aktivitas Pencegahan kekambuhan asma

NO PERNYATAAN YA TIDAK

1 Keluarga mendukung anda menjaga kebersihan rumah. 2 Anda melakukan rekreasi bersama keluarga.

3 Anda memiliki kemampuan untuk mengontrol masalah yang anda hadapi.

4 Anda selalu berpikir positif selama proses pencegahan asma

5 Anda mampu mencari jalan keluar saat lingkungan tidak mendukung.

6 Anda dapat mengambil keputusan sendiri untuk melakukan pengobatan untuk menunjang kesembuhan.

7 Anda melakukan olahraga ringan secara teratur.

8 Pada saat anda melakukan pencegahan asma, keluarga memberi bantuan pada anda.

9 Fasilitas yang menunjang kesembuhan anda tersedia dan mudah terjangkau.

10 Anda saat ini sedang mengkonsumsi obat antiasma. 11 Anda minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari. 12 Keadaan rumah anda cukup ventilasi.

13 Anda istirahat paling sedikit 8 jam dalam sehari. 14 Anda menghindari zat yang dapat menyebabkan alergi.

15 Anda dapat membatasi aktivitas anda sesuai kemampuan anda. 16 Anda mendapatkan informasi tentang asma.

17 Anda menghindari asap rokok.

18 Keluarga membantu anda menghindari debu di rumah. 19 Anda rutin kontrol ke dokter.


(53)

(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Diva Petrina Purba

Tempat Tanggal Lahir : Sidikalang, 12 Januari 1987

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jl. Jamin Ginting Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD INPRES 109 SORONG 1992-1998 2. SLTP YPPKK MORIA SORONG 1998-2001 3. SMA YPPKK MORIA SORONG 2001-2004 4. POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA 2004-2007 5. FAKULTAS KEPERAWATAN USU 2011- sekarang


(60)

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN 1. PROPOSAL

a. Kertas dan print proposal Rp. 130.000,00 b. Biaya pembelian buku Rp. 150.000,00 c. Fotocopy sumber – sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000,00

d. Biaya internet Rp. 100.000,00

e. Biaya survey awal Rp. 150.000,00

f. Biaya perbanyak proposal Rp. 100.000,00

g. Konsumsi Rp. 100.000,00

2. PENGUMPULAN DATA

a. Izin penelitian Rp.400.000,00

b. Transportasi Rp. 300.000,00

c. Fotocopy kuesioner Rp. 120.000,00

3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a. Biaya rental dan print Rp. 100.000

b. Penjilidan Rp. 150.000

c. Penggandaan laporan penelitian Rp. 100.000

4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 50.000


(61)

(1)

(2)

(3)

(4)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Diva Petrina Purba

Tempat Tanggal Lahir : Sidikalang, 12 Januari 1987

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jl. Jamin Ginting Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD INPRES 109 SORONG 1992-1998

2. SLTP YPPKK MORIA SORONG 1998-2001

3. SMA YPPKK MORIA SORONG 2001-2004

4. POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA 2004-2007


(5)

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN 1. PROPOSAL

a. Kertas dan print proposal Rp. 130.000,00

b. Biaya pembelian buku Rp. 150.000,00

c. Fotocopy sumber – sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000,00

d. Biaya internet Rp. 100.000,00

e. Biaya survey awal Rp. 150.000,00

f. Biaya perbanyak proposal Rp. 100.000,00

g. Konsumsi Rp. 100.000,00

2. PENGUMPULAN DATA

a. Izin penelitian Rp.400.000,00

b. Transportasi Rp. 300.000,00

c. Fotocopy kuesioner Rp. 120.000,00

3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a. Biaya rental dan print Rp. 100.000

b. Penjilidan Rp. 150.000

c. Penggandaan laporan penelitian Rp. 100.000

4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 50.000


(6)

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Asma Bronkial Rawat Inap di RSUD Langsa Tahun 2009-2012

3 45 97

Konsep Diri Anak Usia 10-14 Tahun yang Menderita Asma di Poliklinik Anak RSU. Dr. Pirngadi Medan

1 72 58

Profil Penderita Kanker Serviks Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan

0 38 63

Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma Pada Anak.

0 3 20

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan Asma Dengan Kejadian Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta.

0 5 12

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan Asma Dengan Kejadian Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan Asma Dengan Kejadian Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta.

0 3 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASMA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA Hubungan Pengetahuan Tentang Asma Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan.

0 4 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Tentang Asma Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan.

0 7 5

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASMA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA Hubungan Pengetahuan Tentang Asma Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan.

0 2 11