2.1.6. Macam-Macam Analisis Air
Adapun metode-metode yang dipakai dalam analisis air yaitu : a. Metode analisis kimia
Analisis kimia tentang air meliputi kadar mineral, kation dan anion, trace organik dan substansi anorganik, radionuklei dengan memakai colorimetri,
metode titrasi dan instrumen analisis Atomic Absorption Spectrophotometer untuk metal dan Gas Liquid Chromatography untuk zat organik, non
instrumen untuk mengukur zat organik non metal, teknik separasi kimia dan instrumen untuk mengukur radioaktivitas dan untuk mengukur radionuklei.
b. Metode analisis fisik
1. Memakai tes organoleptik untuk mengetahui rasa air, bau yang sangat bermakna bagi konsumen dalam hal menilai kualitas air yang siap diminum.
2. Warna air ditentukan dengan metode spektrofotometer dan dengan mengamati secara langsung.
3. Konduktivitas listrik diukur dengan elektrometer dan secara tidak langsung sebagai indikasi sisa larutan residu.
4. Residu larutan air dapat pula diukur dengan gravimetri menunjukkan berat = massa dari contoh air.
5. Sisa suspensi memakai suspensi solid test. Ini sangat penting dalam evaluasi keregangan polutant dan efektivitas dari treatment air tersebut.
6. Untuk air siap minum perlu sekali menganalisis tentang kekeruhan air dan kejernihan.
7. Memakai nephelometri yaitu pemakaian lilin yang menyala untuk menentukan kedalaman sumber air.
c. Metode analisis biologi
Universitas Sumatera Utara
Analisis biologi ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya organisme di dalam air dan efek substansi di dalam air. Dalam melakukan pekerjaan analisis
biologi metode klasik yang dipakai meliputi laboratorium percobaan, penggunaan mikroskop untuk identifikasi dan menghitung organisme di dalam
air. Hasil analisis itu sangat penting untuk mengadakan komparatif dan menentukan kapan adanya organisme di dalam air dan efek dari pencemaran
pada air alam Gabriel, 2001.
2.1.7. Persyaratan Air Minum
Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia, standar air
minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416MENKESPERIX1990.
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416MENKESIX1990, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia,
parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air minum tersebut.
1. Parameter Fisika Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut.
Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut TDS. Air yang baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau busuk tidak
menarik dipandang dari sudut estetika. Selain itu juga, bau busuk bisa disebabkan proses penguraian bahan organik yang terdapat di dalam air.
Air yang baik idealnya harus jernih. Air yang keruh mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat-zat berbahaya bagi kesehatan. Di samping
Universitas Sumatera Utara
itu, air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh partikel.
Air yang idealnya juga tidak memiliki rasatawar. Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di dalam air tersebut. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu di dalam air, begitu juga rasa asam disebabkan adanya asam di dalam air dan rasa pahit disebabkan adanya basa di
dalam air. Selain itu juga, air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang
mencolok dengan udara sekitar. Di Indonesia, suhu air minum idealnya ± 3ºC dari suhu udara. Air yang secara mencolok mempunyai suhu di atas atau di bawah suhu
udara berarti mengandung zat-zat tertentu misalnya fenol yang terlarut atau sedang terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi di dalam
air. Padatan terlarut total Total Dissolved Solid-TDS adalah bahan-bahan terlarut
diameter 10
-6
dan koloid diameter 10
6
-10
3
mm yang berupa senyawa – senyawa kimia dan bahan-bahan lain. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan
naik. Kesadahan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapankerak pada sistem perpipaan.
2. Parameter Kimiawi Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia
organik. Dalam standard air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun serta derajat
keasaman pH. Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organic chemicals zat kimia organik mudah menguap zat-zat
berbahaya dan beracun maupun zat pengikat oksigen.
Universitas Sumatera Utara
Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga
menyebabkan kehadiran logam dalam air minum. Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan menjadi 3 kategori.
Kategori 1 adalah bahan kimia yang mungkin bersifat carcinogen bagi manusia. Kategori 2 adalah bahan kimia yang tidak bersifat carcinogen bagi manusia.
Kategori 3 adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit kronis tanpa ada fakta carcinogen.
3. Parameter Mikrobiologi Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri Coliform sebagai organisme
petunjuk indicator organism. Dalam laboratorium, istilah total coliform menunjukkan bakter Coliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya.
Istilah fecal coliform koliform tinja menunjukkan bakteri koliform berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Penentuan parameter
mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air minum.
4. Parameter Radioaktivitas Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan
kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan kompisis genetik. Kematian sel-sel dapat diganti kembali apabila sel
dapat berregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi.
Sinar Alpha, Beta dan Gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar Alpha sulit menembus kulit dan sinar Gamma dapat menembus
Universitas Sumatera Utara
sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan Mulia, 2005 .
2.2. Besi