Analisis Kadar Fe Dan Cn- Pada Air Baku Sungai Belawan Sunggal Untuk Penyediaan Air Minum Di PDAM Tirtanadi Medan

(1)

ANALISIS KADAR Fe DAN CN- PADA AIR BAKU SUNGAI BELAWAN SUNGGAL UNTUK PENYEDIAAN AIR MINUM

DI PDAM TIRTANADI MEDAN

KARYA ILMIAH

WINDA RUKMANA 082401023

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ANALISIS KADAR Fe DAN CN- PADA AIR BAKU SUNGAI BELAWAN SUNGGAL UNTUK PENYEDIAAN AIR MINUM

DI PDAM TIRTANADI MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

Oleh :

WINDA RUKMANA 082401023

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS KADAR Fe DAN CN- PADA AIR BAKU SUNGAI BELAWAN SUNGGAL UNTUK

PENYEDIAAN AIR MINUM DI PDAM TIRTANADI MEDAN

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : WINDA RUKMANA

NIM : 082401023

Program Studi : D3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui di

Medan, Juli 2011 Diketahui/Disetujui oleh :

Ketua Program Studi D3 Kimia Analis Dosen Pembimbing

Dra.Emma Zaidar Nasution, M.Si DR. Minto Supeno, MSi NIP : 195512181987012001 NIP : 196105091987031002

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, M.S NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KADAR Fe DAN CN- PADA AIR BAKU SUNGAI BELAWAN SUNGGAL UNTUK PENYEDIAAN AIR MINUM

DI PDAM TIRTANADI MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2011

WINDA RUKMANA 082401023


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan karya ilmiah ini dengan bagaimana mestinya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak lain karena ilmu yang diterima penulis masih sangat terbatas. Adapun judul yang diambil penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah “Analisis Kadar Fe dan CN- Pada Air Baku Sungai Belawan Sunggal Untuk Penyediaan Air Minum Di PDAM TIRTANADI Medan “. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Diploma 3 dari program studi Kimia Analis pada FMIPA USU Medan.

Tersusunnya karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu serta memberikan petunjuk maupun bimbingan, antara lain kepada: 1. Teristimewa kepada ayahanda Surasno dan ibunda Nurbaiti Lubis yang telah memberikan doa, dukungan moril dan materil, serta seluruh keluarga yang telah memberi semangat kepada penulis selama penyelesaian Karya Ilmiah ini. 2. Bapak DR.Minto Supeno, MSi., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

3. Ibu DR.Rumondang Bulan, MS., selaku ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Seluruh staf dan dosen FMIPA USU yang telah membantu dan mendidik penulis selama perkuliahan.

5. Pimpinan dan seluruh staf di PDAM TIRTANADI Medan yang telah memberi tempat untuk melaksanakan praktek kerja lapangan dan telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani praktek kerja lapangan.

6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa kimia analis stambuk 2008 serta semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

7. Kakanda Fauzil Husni, S.Si,MT yang telah memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

Medan, Juli 2011

Penulis Winda Rukmana


(6)

ABSTRAK

Air baku Sunggal telah digunakan oleh PDAM TIRTANADI MEDAN selama hampir 40 tahun untuk diolah menjadi air minum yang higienis dan aman dikonsumsi. Air yang berasal dari sungai ini tentu saja di dalamnya mengandung berbagai jenis unsur terlarut seperti Fe dan CN-. Unsur ini akan bersifat toksik di dalam tubuh bila melewati kadar maksimum seperti adanya iritasi dalam saluran gastro-intestinal dan dapat mengganggu metabolisme oksigen. Adapun kadar maksimum Fe dan CN -berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tanggal 14 Desember 2001 untuk air baku sunggal adalah 0,3 mg/L untuk Fe dan 0,02 mg/L untuk CN-. Sementara hasil analisa air baku Sunggal di Laboratorium PDAM TIRTANADI MEDAN pada Fe dengan metode Ferrover dan menggunakan spektrofotometer DR 2010 pada panjang gelombang 510nm dari tanggal 11 Januari 2010 sampai dengan 03 Januari 2011 berkisar antara 0,66 mg/L sampai 0,758 mg/L. Dan pada analisa CN- dengan metode Pyridin-Pyrazalon dan menggunakan spektrofotometer DR 2010 pada panjang gelombang 612nm dari tanggal 11 Januari 2010 sampai dengan 03 Januari 2011 berkisar antara 0,001 mg/L sampai 0,003 mg/L. Dari data di atas menunjukkan bahwa kadar Fe melewati kadar maksimum yang ditetapkan. Sedangkan kadar CN -tidak melewati kadar maksimum yang telah ditetapkan.


(7)

Fe CONTENT ANALYSIS AND CN- ON STANDARD WATER RIVER BELAWAN SUNGGAL FOR DRINKING WATER SUPPLY

PDAM TIRTANADI IN MEDAN ABSTRACT

Sunggal raw water has been used by the PDAM Tirtanadi MEDAN for nearly 40 years to be processed into drinking water is hygienic and safe to eat. Water from this river course in it contains a variety of dissolved elements such as Fe and CN-. This element will be toxic in the body when passing the maximum levels as an irritation in the gastro-intestinal tract and can interfere with oxygen metabolism. The maximum concentration of Fe and CN- on the basis of the Indonesian Government Regulation No.82 dated December 14, 2001 to Sunggal raw water is 0.3 mg / L for Fe and 0.02 mg / L for CN-. While the analysis results of raw water at the Laboratory taps Sunggal Tirtanadi MEDAN on Fe Ferrover method and use the DR 2010 spectrophotometer at a wavelength of 510nm from January 11, 2010 until January 3, 2011 ranged from 0.66 mg / L to 0.758 mg / L. And on the analysis of CN- Pyridin-Pyrazalon method and use the DR 2010 spectrophotometer at a wavelength of 612nm from January 11, 2010 until January 3, 2011 ranged from 0.001 mg / L to 0.003 mg / L. From the above data indicate that the Fe content over the maximum levels specified. While the levels of CN- does not pass through a predetermined maximum level.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 4

1.3 Tujuan 4

1.4 Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Air 5

2.1.1 Sifat Air 5

2.1.2 Fungsi Air 7

2.1.3 Sumber Air 8

2.1.4 Pencemaran Air 9

2.1.5 Usaha Mencegah Pencemaran Air 10

2.1.6 Macam-Macam Analisis Air 11

2.1.7 Persyaratan Air Minum 12

2.2 Besi 15

2.2.1 Prinsip Analisa Fe 17

2.2.2 Manfaat Fe Dalam Tubuh 17

2.2.3 Toksisitas Fe 18

2.2.4 Metode Penghilangan Besi 19

2.3 Sianida 20

2.3.1 Sumber-Sumber Sianda Dan Penggunaannya 22

2.3.2 Toksisitas Sianida 24

BAB 3 BAHAN DAN METODE 26

3.1 Analisa Besi (Fe) 26

3.1.1 Alat dan Bahan 26

3.1.1.1 Alat 26

3.1.1.2 Bahan 26

3.1.2 Prosedur 27

3.1.3 Pengambilan Sampel dan Pengawetan Sampel 28

3.2 Analisa Sianida (CN-) 29

3.2.1 Alat dan Bahan 29

3.2.1.1 Alat 29

3.2.1.2 Bahan 29

3.2.2 Prosedur 30

3.2.3 Pengambilan Sampel dan Pengawetan Sampel 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36

4.1 Hasil 36


(9)

4.2.1 Perhitungan Besi (Fe) 37 4.2.1.1 Penentuan Persamaan Garis Regresi 37 4.2.1.2 Penentuan Koefisien Korelasi 38 4.2.1.3 Menghitung Konsentrasi Sampel 39

4.2.2 Perhitungan Sianida (CN) 40

4.2.2.1 Penentuan Persamaan Garis Regresi 40 4.2.2.2 Penentuan Koefisien Korelasi 42 4.2.2.3 Menghitung Konsentrasi Sampel 42

4.3 Pembahasan 44

4.3.1 Besi (Fe) 44

4.3.2 Sianida (CN) 44

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 48

5.1 Kesimpulan 48

5.2 Saran 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Fe 36

Tabel 4.2 Hasil Analisa Kadar CN- 37

Tabel 4.3 Penentuan Persamaan Garis Regresi 37

Tabel 4.4 Penentuan Persamaan Garis Regresi 40

Tabel 4.5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tanggal 14 (Baku Mutu kelas I) Desember 2001 Tentang Standar Kualitas Air Baku

Tabel 4.6 Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010 Tentang Standar Kualitas Air Minum


(11)

ABSTRAK

Air baku Sunggal telah digunakan oleh PDAM TIRTANADI MEDAN selama hampir 40 tahun untuk diolah menjadi air minum yang higienis dan aman dikonsumsi. Air yang berasal dari sungai ini tentu saja di dalamnya mengandung berbagai jenis unsur terlarut seperti Fe dan CN-. Unsur ini akan bersifat toksik di dalam tubuh bila melewati kadar maksimum seperti adanya iritasi dalam saluran gastro-intestinal dan dapat mengganggu metabolisme oksigen. Adapun kadar maksimum Fe dan CN -berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tanggal 14 Desember 2001 untuk air baku sunggal adalah 0,3 mg/L untuk Fe dan 0,02 mg/L untuk CN-. Sementara hasil analisa air baku Sunggal di Laboratorium PDAM TIRTANADI MEDAN pada Fe dengan metode Ferrover dan menggunakan spektrofotometer DR 2010 pada panjang gelombang 510nm dari tanggal 11 Januari 2010 sampai dengan 03 Januari 2011 berkisar antara 0,66 mg/L sampai 0,758 mg/L. Dan pada analisa CN- dengan metode Pyridin-Pyrazalon dan menggunakan spektrofotometer DR 2010 pada panjang gelombang 612nm dari tanggal 11 Januari 2010 sampai dengan 03 Januari 2011 berkisar antara 0,001 mg/L sampai 0,003 mg/L. Dari data di atas menunjukkan bahwa kadar Fe melewati kadar maksimum yang ditetapkan. Sedangkan kadar CN -tidak melewati kadar maksimum yang telah ditetapkan.


(12)

Fe CONTENT ANALYSIS AND CN- ON STANDARD WATER RIVER BELAWAN SUNGGAL FOR DRINKING WATER SUPPLY

PDAM TIRTANADI IN MEDAN ABSTRACT

Sunggal raw water has been used by the PDAM Tirtanadi MEDAN for nearly 40 years to be processed into drinking water is hygienic and safe to eat. Water from this river course in it contains a variety of dissolved elements such as Fe and CN-. This element will be toxic in the body when passing the maximum levels as an irritation in the gastro-intestinal tract and can interfere with oxygen metabolism. The maximum concentration of Fe and CN- on the basis of the Indonesian Government Regulation No.82 dated December 14, 2001 to Sunggal raw water is 0.3 mg / L for Fe and 0.02 mg / L for CN-. While the analysis results of raw water at the Laboratory taps Sunggal Tirtanadi MEDAN on Fe Ferrover method and use the DR 2010 spectrophotometer at a wavelength of 510nm from January 11, 2010 until January 3, 2011 ranged from 0.66 mg / L to 0.758 mg / L. And on the analysis of CN- Pyridin-Pyrazalon method and use the DR 2010 spectrophotometer at a wavelength of 612nm from January 11, 2010 until January 3, 2011 ranged from 0.001 mg / L to 0.003 mg / L. From the above data indicate that the Fe content over the maximum levels specified. While the levels of CN- does not pass through a predetermined maximum level.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain : otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83%.

Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35 - 40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Candra, 2006).


(14)

Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya.

Menurut peruntukannya, air pada sumber air dapat dikategorikan menjadi empat golongan, yaitu :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa

diolah terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air

minum dan keperluan rumah tangga lainnya.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat

digunakan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik tenaga air.

Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal terlarut, seperti Fe. Air yang tidak selalu tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air minum (air leideng, air sumur), mandi, kehidupan hewan air, pengairan dan keperluan industri (Kristanto, 2002).

Adanya benda-benda asing seperti besi dan sianida yang mengakibatkan air tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal. Karena kebutuhan mahluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas pencemaran air untuk berbagai jenis air juga berbeda. Sebagai contoh, air kali di pegunungan yang belum tercemar


(15)

tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk dikategorikan sebagai air minum.

Sianida yang terdapat di perairan terutama berasal dari limbah industri, misalnya industri pelapisan logam, pertambangan emas, pertambangan perak, industri pupuk, dan industri baja. Sianida bersifat biodegradable dan mudah berikatan dengan ion logam, misalnya tembaga dan besi.

Sianida dapat menghambat pertukaran oksigen pada mahluk hidup. Sianida juga bersifat toksik bagi ikan, kadar sianida 0,2 mg/L sudah mengakibatkan toksisitas akut bagi ikan. Kadar sianida perairan yang dianjurkan adalah sekitar 0,005 mg/L (Moore,1991). Menurut WHO, kadar maksimum sianida yang diperkenankan pada air minum adalah 0,1 mg/L.

Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob) hampir tidak pernah lebih dari 0,3 mg/L (Rump dan Krist, 1992). Kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0,05 – 0,2 mg/L (Boyd, 1988). Pada air tanah dalam dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10 -100 mg/L, sedangkan pada air laut sekitar 0,01 mg/L. Kadar besi > 1,0 mg/ L dianggap membahayakan kehidupan organisme akuatik (Moore, 1991). Air yang diperuntukkan bagi air minum sebaiknya memiliki kadar besi kurang dari 0,3 mg/L (Moore, 1991).

PDAM TIRTANADI Medan telah menggunakan air sungai belawan sunggal sebagai air baku untuk penyediaan air minum selama hampir 40 tahun dan sampai sekarang masih berjalan dengan baik. Sungai ini mengalir melewati permukiman penduduk dan industri. Limbah yang berasal dari aktivitas penduduk dan industri dibuang ke sungai. Hal ini dapat menyebabkan kadar besi dan sianida meningkat.


(16)

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk membahas “Analisis Kadar Fe dan CN- Pada Air Baku Sungai Belawan Sunggal Untuk Penyediaan Air Minum Di PDAM Tirtanadi Medan“.

1.2 Permasalahan

Apakah kadar besi dan sianida yang terdapat pada air baku sungai belawan sunggal masih memenuhi persyaratan dan standar yang ditetapkan menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tanggal 14 Desember 2001.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui kadar besi dan sianida dalam air baku sungai belawan sunggal untuk penyediaan air minum sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tanggal 14 Desember 2001.

1.4 Manfaat

Dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat berapa kadar besi dan sianida yang diperbolehkan di dalam air baku untuk penyediaan air minum yang sesuai dengan standar yang ditetapkan menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tanggal 14 Desember 2001.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air.

Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi. Namun, sebelum melangkah pada tahap pengelolaan, diperlukan pemahaman yang baik tentang terminologi, karakteristik, dan interkoneksi parameter-parameter kualitas air (Effendi, 2003 ).

2.1.1. Sifat Air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0o C (32o F) – 100o C, air berwujud cair. Suhu 0o C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100o C merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh mahluk hidup maupun air yang terdapat di


(18)

laut, sungai, danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60%-90% bagian sel mahluk hidup adalah air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada mahluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi mahluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi. 4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis

senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut keseluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai


(19)

pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke badan air.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability). Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang yang kecil). Dengan adanya sistem kapiler dan sifat sebagi pelarut yang baik, air dapat membawa nutrien dari dalam tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang, dan daun). Adanya tegangan permukaan memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis-jenis insekta, dapat menyerap di permukaan air.

6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es akan mengapung di air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian di permukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap berlangsung. Sifat ini juga dapat mengakibatkan pecahnya pipa air di dalam pipa membeku. Densitas (berat jenis) air maksimum sebesar 1 g/cm3 terjadi pada suhu 3,95o C, densitas air lebih kecil dari satu.

2.1.2. Fungsi Air

Air sangat penting dalam kehidupan kita. Tanpa air kelangsungan hidup hanya beberapa hari saja. Air merupakan bahan bangunan dari setiap sel, kandungan air bagi


(20)

setiap jaringan tubuh sangat bervariasi misalnya jaringan otot sekitar 7,5%; jaringan lemak sekitar 2%; darah sekitar 90%. Air merupakan bahan pelarut di dalam tubuh dan membantu dalam pelembutan makanan. Suhu tubuh secara tidak langsung diatur oleh air dengan cara penyerapan melalui paru-paru dan keringat melalui kulit. Kebutuhan air untuk diminum setiap hari 2 liter (bagi orang dewasa). Setiap individu memerlukan air sekitar 60 liter/hari (untuk minum, cuci dan sebagainya).

Air banyak diperlukan dalam berbagai bidang, antara lain:

1. Keperluan industri : dipakai sebagai bahan pelarut, sebagai bahan pendingin.

2. Keperluan pembangkitan tenaga listrik dikenal dengan nama PLTA.

3. Keperluan irigasi (pertanian).

4. Keperluan transportasi

5. Sebagai sarana olahraga (ski air, berselancar, kolam renang).

6. Sebagai sarana pariwisata (air terjun).

7. Keperluan peternakan.

8. Keperluan kedokteran (hidroterapi, sebagai bahan pelarut obat, sebagai bahan infus) (Gabriel, 2001).

2.1.3. Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah.

1. Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang


(21)

berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia. 2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bum. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

3. Air Tanah

Air tanah (ground water) berasal dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2006) .

2.1.4. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut, seperti CO2; O2; dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi misalnya debu

dan partikel-pertikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfir.

Dari contoh-contoh di atas jelas bahwa air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan asing


(22)

tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan, misalnya untuk air minum.

Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda. Sebagai contoh, air kali di pegunungan yang belum tercemar tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk dikategorikan air minum (Kristanto, 2002).

2.1.5. Usaha Mencegah Pencemaran Air

Usaha pencegahan pencemaran air bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor sebagai berikut :

1. Air limbah yang akan dibuang ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah.

2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi sinergisma antar polutan satu dengan lainnya.

3. Menggunakan bahan yang yang dapat mencegah dan menyrap minyak yang tumpah diperairan.

4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan. Hal itu mencegah pencemaran oleh bakteri

5. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi dan barulah dibuang di perairan

6. Mengeluarkan dan menguraikan detergen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktivitas mikroba tertentu sebelum dibuang kedalam perairan umum (Supardi,2003).


(23)

2.1.6. Macam-Macam Analisis Air

Adapun metode-metode yang dipakai dalam analisis air yaitu : a. Metode analisis kimia

Analisis kimia tentang air meliputi kadar mineral, kation dan anion, trace organik dan substansi anorganik, radionuklei dengan memakai colorimetri, metode titrasi dan instrumen analisis (Atomic Absorption Spectrophotometer untuk metal dan Gas Liquid Chromatography untuk zat organik), non instrumen untuk mengukur zat organik non metal, teknik separasi kimia dan instrumen untuk mengukur radioaktivitas dan untuk mengukur radionuklei. b. Metode analisis fisik

1. Memakai tes organoleptik untuk mengetahui rasa air, bau yang sangat bermakna bagi konsumen dalam hal menilai kualitas air yang siap diminum.

2. Warna air ditentukan dengan metode spektrofotometer dan dengan mengamati secara langsung.

3. Konduktivitas listrik diukur dengan elektrometer dan secara tidak langsung sebagai indikasi sisa larutan (residu).

4. Residu larutan air dapat pula diukur dengan gravimetri (menunjukkan berat = massa dari contoh air).

5. Sisa suspensi memakai suspensi solid test. Ini sangat penting dalam evaluasi keregangan polutant dan efektivitas dari treatment air tersebut. 6. Untuk air siap minum perlu sekali menganalisis tentang kekeruhan air dan

kejernihan.

7. Memakai nephelometri yaitu pemakaian lilin yang menyala untuk menentukan kedalaman sumber air.


(24)

Analisis biologi ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya organisme di dalam air dan efek substansi di dalam air. Dalam melakukan pekerjaan analisis biologi metode klasik yang dipakai meliputi laboratorium percobaan, penggunaan mikroskop untuk identifikasi dan menghitung organisme di dalam air. Hasil analisis itu sangat penting untuk mengadakan komparatif dan menentukan kapan adanya organisme di dalam air dan efek dari pencemaran pada air alam (Gabriel, 2001).

2.1.7. Persyaratan Air Minum

Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia, standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990.

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/IX/1990, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air minum tersebut.

1. Parameter Fisika

Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut (TDS). Air yang baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau busuk tidak menarik dipandang dari sudut estetika. Selain itu juga, bau busuk bisa disebabkan proses penguraian bahan organik yang terdapat di dalam air.

Air yang baik idealnya harus jernih. Air yang keruh mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat-zat berbahaya bagi kesehatan. Di samping


(25)

itu, air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh partikel.

Air yang idealnya juga tidak memiliki rasa/tawar. Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di dalam air tersebut. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu di dalam air, begitu juga rasa asam disebabkan adanya asam di dalam air dan rasa pahit disebabkan adanya basa di dalam air.

Selain itu juga, air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara sekitar. Di Indonesia, suhu air minum idealnya ± 3ºC dari suhu udara. Air yang secara mencolok mempunyai suhu di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi di dalam air.

Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid-TDS) adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6) dan koloid (diameter 106-103 mm) yang berupa senyawa – senyawa kimia dan bahan-bahan lain. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan/kerak pada sistem perpipaan.

2. Parameter Kimiawi

Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia organik. Dalam standard air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun serta derajat keasaman (pH). Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organic chemicals (zat kimia organik mudah menguap) zat-zat berbahaya dan beracun maupun zat pengikat oksigen.


(26)

Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga menyebabkan kehadiran logam dalam air minum.

Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan menjadi 3 kategori. Kategori 1 adalah bahan kimia yang mungkin bersifat carcinogen bagi manusia. Kategori 2 adalah bahan kimia yang tidak bersifat carcinogen bagi manusia. Kategori 3 adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit kronis tanpa ada fakta carcinogen.

3. Parameter Mikrobiologi

Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri Coliform sebagai organisme petunjuk (indicator organism). Dalam laboratorium, istilah total coliform

menunjukkan bakter Coliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya. Istilah fecal coliform (koliform tinja) menunjukkan bakteri koliform berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Penentuan parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air minum.

4. Parameter Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan kompisis genetik. Kematian sel-sel dapat diganti kembali apabila sel dapat berregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi.

Sinar Alpha, Beta dan Gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar Alpha sulit menembus kulit dan sinar Gamma dapat menembus


(27)

sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan (Mulia, 2005 ).

2.2. Besi

Besi (Fe) merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Bilangan oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh 1.538ºC, dan titik didih 2.861ºC. Fe menempati urutan sepuluh besar sebagai unsur di bumi. Fe menyusun 5-5,6% dari kerak bumi dan menyusun 35% dari masa bumi. Fe menempati berbagai lapisan bumi. Konsentrasi tertinggi terdapat pada lapisan dalam dari inti bumi dan sejumlah kecil terdapat di lapisan terluar kerak bumi. Beberapa tempat di bumi mengandung Fe mencapai 70%.

Logam Fe ditemukan dalam inti bumi berupa hematite. Fe hamper tidak dapat ditemukan sebagai unsur bebas. Fe diperoleh dalam bentuk tidak murni sehingga harus melalui reaksi reduksi guna mendapatkan Fe murni. Fe ditemukan terutama sebagai mineral hematite (Fe2O3); magnetit (Fe3O4); mineral lain yang merupakan

sumber Fe adalah limonit (FeO(OH)nH2O), siderite (FeCO3), dan takonit. Inti bumi

sebagian besar terdiri dari alloy besi-nikel (Fe-Ni) dan kira-kira 5% meteroit yang mengandung alloy Fe-Ni (Wahyu, 2008).

Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Sebaliknya, pada reduksi ferri menjadi ferro terjadi penangkapan elektron. Proses oksidasi dan reduksi besi tidak melibatkan oksigen dan hidrogen (Eckenfelder, 1989; Mackereth et al., 1989).


(28)

Pada pH sekitar 7,5 – 7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan berikatan dengan hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut dan mengendap (presipitasi)

di dasar perairan, membentuk warna kemerahan pada substrat dasar. Oleh karena itu, besi hanya ditemukan pada perairan yang berada dalam kondisi anaerob (anoksik) dan suasana asam.

Fenomena serupa terjadi pada badan sungai yang menerima aliran air asam dengan kandungan besi (ferro) cukup tinggi, yang berasal dari daerah pertambangan. Sebagai pertanda terjadinya pemulihan (recovery) kualitas air, pada bagian hilir sungai dasar perairan berwarna kemerahan karena terbentuknya Fe(OH)3 sebagai

konsekuensi dari meningkatnya pH dan terjadinya proses oksidasi besi (ferro).

Sumber besi di alam adalah pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4),

limonite [FeO(OH)], geothite (HFeO2) dan ochre [Fe(OH)3] (Cole, 1988 dan Moore,

1991). Senyawa besi pada umumnya bersifat sukar larut dan cukup banyak terdapat di dalam tanah. Kadang-kadang besi juga terdapat sebagai senyawa siderite (FeCO3)

yang bersifat mudah larut dalam air.

Air tanah dalam biasanya memiliki karbondioksida dengan jumlah yang relatif banyak, dicirikan dengan rendahnya pH, dan biasanya disertai dengan kadar oksigen terlarut yang rendah atau bahkan terbentuk suasana anaerob. Pada kondisi ini, sejumlah ferri karbonat akan larut sehingga terjadi peningkatan kadar besi ferro (Fe2+) di perairan (Effendi, 2003).


(29)

Didihan dalam asam dan hidroksilamin serta penggabungannya dengan 1,10-fenantrolin akan mengubah semua zat besi menjadi Fe2+ yang terlarut. Tiga molekul fenantrolin bergabung dengan satu molekul Fe2+ membentuk ion kompleks berwarna orange-merah.

Sistem warna tersebut mengikuti hukum Beer : sinar cahaya dengan panjang gelombang yang tertentu yaitu 510nm, akan diserap (diabsorpsi) larutan secara proporsional dengan jarak perjalanannya di dalam larutan dan dengan kadar kompleks yang berwarna oranye-merah ini. Absorpsi tersebut dapat diukur melalui alat spektrofotometer.

Warna kompleks tersebut tidak dipengaruhi oleh pH larutan, bila pH antara 3 dan 9. Sesuatu absorpsi bersifat satu konsentrasi besi, dapat diketahui dengan membandingkannya dengan 5 larutan standard referensi yang mengandung kadar besi yang telah dikatahui dan yang meliputi skala absorpsi spektrofotometer (Alaerts, 1987).

2.2.2. Manfaat Fe Dalam Tubuh

Fe yang dalam keadaan tereduksi kehilangan 2 elektron memiliki 2 sisa muatan positif, yaitu bentuk ferro (fe2+). Kedaan teroksidasi Fe kehilangan 3 elektron memiliki sisa 3 muatan positif, yaitu bentuk ferri (fe3+). Fe dalam 2 bentuk ion sangat menguntungkan sehingga bisa berperan dalam proses respirasi sel serta sebagai kofaktor enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi dan reduksi untuk produksi energi yang terdapat pada semua sel tubuh. Ferro (fe2+) merupakan unsur penting bagi makhluk hidup.


(30)

1. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. 2. Sebagai alat angkut elektron dalam sel.

3. Sebagai bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim.

Dalam setiap sel, Fe bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron. Protein pengangkut elektron bertugas memindahkan hidrogen (H) dan elektron (e) dari zat gizi penghasil energi ke oksigen sehingga dihasilkan air dan Adenosin Tri Pospat (ATP). ATP merupakan bahan bakar tubuh yang tidak dapat disintesis tanpa adanya Fe sehingga mengakibatkan kelelahan meskipun kadar Hb normal.

Fe berperan penting dalam sistem imunitas. Seseorang dengan kadar Fe rendah akan memiliki daya tahan tubuh rendah terhadap infeksi. Respons kekebalan sel oleh sel lomfosit-T akan terganggu bila pembentukkan sel tersebut berkurang yang disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA karena gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan Fe untuk fungsi enzim tersebut. Sel darah putih berfungsi menghancurkan bakteri dan tidak dapat bekerja efektif bila kekurangan Fe (Widowati, 2008).

2.2.3. Toksisitas Fe

Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukan Fe ialah di dalam usus halus. Bagian usus ini berfungsi untuk absorpsi dan sekaligus juga sebagai ekskresi Fe yang tidak diserap. Besi dalam usus diabsorpsi dalam bentuk feritin, dimana bentuk ferro lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk ferri. Dimana bentuk ferro lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk ferri. Feritin mesuk ke dalam darah dan berubah bentuk menjadi senyawa trasnferin. Dalam darah tersebut besi mempunyai status sebagai besi trivalen yang kemudian ditransfer ke hati atau limfa yang


(31)

kemudian disimpan dalam organ tersebut dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Toksisitas terjadi bilamana terjadi kelebihan Fe (kejenuhan) dalam ikatan tersebut.

Toksisitas akut Fe terjadi pertama-tama disebabkan oleh adanya iritasi dalam saluran gastro-intestinal. Kematian karena keracunan Fe pada anak kebanyakan terjadi di antara anak umur 12-24 bulan, hal tersebut erat hubungannnya dengan pemberian yang terlalu banyak suplemen vitamin. Keracunan Fe ini dapat menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler meningkat sehingga plasma darah merembes keluar. Akibatnya, volume darah menurun, dan hipoksia jaringan menyebabkan asidosis (Darmono, 2001).

2.2.4. Metode Penghilangan Besi

Metode-metode yang digunakan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar besi (Fe) dalam air adalah :

1. Penambahan bahan kimia dan pengendapan

Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid, termasuk di dalamnya besi dalam air yang bersifat sebagai butir koloid. Maka untuk menghilangkannya dapat dilakukan dengan membubuhkan atau menambahkann bahan kimia dengan sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan yang dipakai adalah alumunium sulfat (Al2(SO4)3) dalam

bentuk larutan. Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok ini mengumpulkan partikel kecil tersebut


(32)

2. Filtrasi

Bahan padat sisa dari proses di atas yang tetap berada dalam air setelah pengendapan difiltrasi dengan media filter sehingga partikel-partikel serapan dan bahan flokulan akan bersentuhan dengan media filter seperti pasir atau kerikil dan melekat (Depkes.RI, 1993).

3. Aerasi

Aerasi dilakukan dengan cara membuat air terbuka bagi udara ataupun memasukkan udara ke dalam air.

4. Oksidasi/Reduksi

Proses oksidasi dan reduksi biasanya melibatkan bakteri sebagai mediator. Bakteri kemosintesis Thiobacillus dan Ferobacillus memiliki sistem enzim yang dapat mentransfer elektron dari ion ferro kepada oksigen. Transfer elektron ini menghasilkan ion ferri, air dan energi bebas digunakan untuk sintesis bahan organik dan karbondioksida. Bakteri kemosintesis bekerja secara optimum pada pH rendah (sekitar 5). Metabolisme bakteri

Desulfovibrio menghasilkan H2SO4 yang dapat melarutkan besi (ferri)

(Effendi, 2003).

2.3. Sianida

Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung (C≡N), yang terdiri dari 3 buah atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen. Secara spesifik, sianida adalah anion CN-. Senyawa ini ada dalam bentuk gas, liquid dan solid, setiap senyawa tersebut dapat melepaskan anion CN- yang sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat


(33)

dan bekerja dengan cepat. Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida) dan KCN (kalium sianida).

Kata “sianida” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “biru” yang mengacu pada hidrogen sianida yang disebut Blausäure ("blue acid") di Jerman.

Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berasa dan memiliki bau pahit yang seperti bau almond. Kebanyakan orang dapat mencium baunya, tetapi ada beberapa orang yang karena masalah genetiknya tidak dapat mencium bau HCN. Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Dalam bentuk cairan, HCN tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. HCN bersifat volatile dan mudah terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak juga sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan (http://ndypionipon.multiply.com/jurnal/item/51/sianida).

Sianida merupakan kelompok senyawa anorganik dan organik dengan siano (CN) sebagai struktur utama. Biasanya, senyawa ini dihasilkan dalam pemprosesan logam. Sianida tersebar luas di perairan dan berada dalam bentuk ion sianida (CN-), hidrogen sianida (HCN), dan metalosianida. Keberadaan sianida sangat dipengaruhi oleh pH, suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan keberadaan ion lain.

Sianida dalam bentuk ion mudah terserap oleh bahan-bahan yang tersuspensi maupun oleh sedimen dasar. Sianida dapat bersifat sangat reaktif. Sianida bebas menunjukkan adanya kadar HCN dan CN-. Pada pH yang lebih kecil dari 8, sianida berada dalam bentuk HCN yang dianggap lebih toksik bagi organisme akuatik daripada CN-. Sianida berdampak negatif terhadap makhluk hidup, yakni mengganggu fungsi hati, pernafasan, dan menyebabkan kerusakan tulang (Effendi, 2003).


(34)

Sianida dimasukkan dalam standar persyaratan kualitas air minum, oleh karena sebagai single-dose, 50-60 mg adalah bersifat fatal, intake sebesar 3-5 mg/hari tidak menimbulkan gangguan begitu juga untuk single-dose sebesar 10 mg. Pada konsentrasi 0,2 mg/l akan bersifat lethal bagi ikan tawar untuk kontak selama 2 hari. Klorinasi akan mengubah sianida menjadi sianogen klorida yang mempunyai toksisitas oral yang akut 1/20 daripada sianida.

Konsentrasi CN dalam air minum yang melebihi standar yang ditetapkan akan dapat mengganggu metabolisme oksigen, sehingga jaringan tubuh tidak mampu mengubah oksigen. Selain itu, dapat pula meracuni hati.

Standar konsentrasi maksimal yang diperoleh untuk CN dalam air minum, menurut Dep.kes adalah sebesar 0,05 mg/l. Angka ini adalah angka lebih kecil daripada angka yang ditetapkan oleh US Public Health Service maupun WHO International sebanyak 0,2 mg/l (Sutrisno, 2004).

2.3.1. Sumber-Sumber Sianida Dan Penggunaannya

Bakteri, jamur, dan algae tertentu dapat menghasilkan sianida. Dapat pula ditemukan di beberapa makanan dan tumbuhan. Meskipun dalam jumlah yang sedikit, sianida dapat ditemukan di dalam almond, bayam, kecap, bambu, dan akar cassava. Sianida tersebut terdapat sebagai bagian dari gula atau senyawa alami lainnya. Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor dan pada beberapa produk sintetik.

Banyak sianida di tanah atau air berasal dari proses industri. Sumber terbesarnya yaitu aliran buangan dari proses pertambangan logam, industri kimia organik, pabrik besi dan baja, serta fasilitas pengolahan air limbah publik. Sebagian


(35)

kecil sianida dapat ditemukan pada runoff hujan yang membawa garam-garam sianida yang terdapat di jalan. Sianida yang terdapat di landfill dapat mencemari air tanah.

Garam sianida dan HCN digunakan dalam proses metalurgi, electroplating, proses produksi kimia organik, pabrik plastik, pengasapan kapal, dan proses pertambangan. HCN digunakan pula dalam ruangan gas yang dipakai untuk proses eksekusi (hukuman mati) dan banyak juga digunakan dalam peperangan. Sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik. Selain itu, banyak bahan-bahan yang mengandung sianida digunakan dalam proses medik, seperti penggunaan sebagai vasodilator dalam pemeriksaan pembuluh darah dan digunakan pula untuk menurunkan tekanan darah manusia secara cepat dalam kondisi kritis.

Sianida memasuki udara, air, dan tanah baik dengan proses alami maupun karena proses industri. Keberadaan sianida di udara jauh di bawah ambang batas yang dapat berbahaya. Sianida di udara berbentuk partikel kecil yang halus. Adanya hujan atau salju mengurangi jumlah partikel sianida di dalam udara, namun tidak begitu dengan gas HCN. Waktu paruhnya untuh menghilang dari udara adalah 1-3 tahun. Kebanyakan sianida di air permukaan akan membentuk HCN dan kemudian akan terevaporasi. Meskipun demikian, jumlahnya tetap tidak mencukupi untuk memberikan pengaruh negative terhadap manusia. Beberapa dari sianida di air tersebut akan diuraikan menjadi bahan yang tidak berbahaya oleh mikroorganisme atau akan membentuk senyawa kompleks dengan berbagai logam, seperti besi. Seperti halnya di air permukaan, sianida yang berada di tanah juga dapat mengalami proses evaporasi dan penguraian oleh mikroorganisme. Sekarang ini, bahkan telah dideteksi sianida di air tanah di bawah beberapa landfill dan tempat pembuangan limbah industri. Ditemukan pula sianida dalam konsentrasi tinggi di dalam lindi di landfill


(36)

atau di dalam buangan limbah industri, konsentrasi tinggi ini menjadi racun bagi mikroorganisme tanah. Dikarenakan tidak ada lagi mikroorganisme tanah yang dapat menguraikannya, sianida dapat memasuki air tanah di bawahnya.

2.3.2. Toksisitas Sianida

Kita dapat terpapar sianida saat bernapas, minum air, menyentuh tanah atau air yang terkontaminasi, dan makan makanan yang sudah mengandung sianida. Konsentrasi HCN di udara yang tidak tercemar adalah kurang dari 0,2 ppm. Di USA dan Kanada, konsentrasi sianida di dalam air minum berkisar antara 0,001-0,011 ppm. Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen seperti plastik juga akan melepaskan sianida, begitu pula dengan rokok. Pada perokok pasif dapat ditemukan sekitar 0.06µg/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok aktif ditemukan sekitar 0.17 µg/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen sianida sangat mudah diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan dapat timbul dalam hitungan detik sampai menit. Ambang batas minimal hydrogen sianida di udara adalah 2-10 ppm, tetapi angka ini belum dapat memastikan konsentrasi sianida yang berbahaya bagi orang disekitarnya. Selain itu, saraf-saraf sensoris pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga lebih cepat terbang ke angkasa. Anak-anak yang terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang sama pada orang dewasa akan terpapar hidrogen sianida yang jauh lebih tinggi. Selain itu, orang yang tinggal di dekat pembuangan limbah berbahaya akan terpapar lebih banyak dibanding dengan orang umum lainnya.

Paparan hidrogen sianida dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Muncul segera setelah paparan atau paling lambat 30 sampai 60 menit. Kebanyakan kasus disebabkan kecelakaan pada saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan


(37)

kulit dan meninggalkan luka bakar. sianida sangat mudah masuk ke dalam saluran pencernaan. Tidak perlu melakukan atau merangsang korban untuk muntah, karena sianida sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran pencernaan. Sianida juga dapat dengan mudah masuk ke dalam aliran darah. Walaupun sianida dapat mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi yang mengakibatkan timbulnya kematian atau timbulnya histotoxic anoxia adalah karena sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik. Sebagai akibatnya hanya dalam waktu beberapa menit akan mengganggu transmisi neuronal. Sianida dapat di buang melalui beberapa proses tertentu sebelum sianida berhasil masuk kedalam sel. Proses yang paling berperan disini adalah pembentukan dari cyanomethemoglobin (CNMetHb), sebagai hasil dari

reaksi antara ion sianida (CN–) dan MetHb (http://ndypionipon.multiply.com/jurnal/item/51/sianida).


(38)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Analisa Besi (Fe) 3.1.1. Alat dan Bahan 3.1.1.1. Alat

1. Spektrofotometer DR 2000 atau DR 2010 2. Kuvet

3. Beaker glass 500 ml 4. Batang pengaduk 5. Pipet Tensette 6. Pipet volume 25 ml 7. Botol semprot

3.1.1.2. Bahan

1) Ferrover Iron Reagen Powder Pillows 2) Aquadest atau air demineralisasi 3) Sampel air

4) Larutan standar iron voluette 50 mg/l 5) Larutan standar besi 100 mg/l

6) Rover Rust Remover 7) Asam nitrat

8) Kertas saring 0,45 µm 9) Natrium hidroksida 5 N 10)Asam klorida (HCl)


(39)

3.1.2. Prosedur

1. Pastikan analis telah memakai masker dan sarung tangan.

2. Tekan power pada alat spektrofotometer DR 2000 atau DR 2010.

3. Tekan nomor program 265 enter, layar akan menunjukkan Dial nm to 510. 4. Putar putaran panjang gelombang hingga pada layar menunjukkan 510 nm.

Penentuan besi memerlukan pelunakan (digestion) terlebih dahulu, gunakan pelunakan ringan, berat atau digesdahl.

5. Tekan enter, layar akan menunjukkan mg/l Fe FV

6. Tuang sampel air yang akan dianalisa ke dalam beaker gelas 500 ml.

7. Pipet 25 ml sampel air dan masukkan ke dalam kuvet pertama (sebagai blanko). Untuk sampel keruh, perlakukan blanko dengan 0,2 gram Rover Rust Remover, aduk hingga larut.

8. Pipet 25 ml sampel air dan masukkan ke dalam kuvet kedua (sebagai sampel). Untuk cek akurasi, gunakan 1,0 mg/l larutan standar besi sebagai sampel (untuk persiapan atau preparasi larutan standar lihat akurasi cek).

9. Tambahkan satu Pillow Ferrover Reagent Powder ke dalam kuvet kedua, tutup dan aduk hingga larut. Warna orange akan terbentuk jika besi ada di dalam sampel air. Akurasi tidak dipengaruhi oleh reagen powder yang tidak larut. 10.Tekan shift timer, 3 menit masa reaksi akan dimulai, setelah waktunya tercapai

layar akan menunjukkan mg/l. Fe Fv sampel yang kelihatan mengandung karat harus dibiarkan bereaksi sedikitnya 5 menit.

11.Letakkan blanko pada dudukan kuvet, tutup.

12.Tekan zero, pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Fe Fv. Dalam waktu tidak lebih dari 30 menit setelah waktu berbunyi, tempatkan sampel dalam dudukan


(40)

kuvet. Jika lebih dari 5 menit berlalu setelah waktu berbunyi, zero sampel akan muncul. Jika begitu, pindahkan sampel, masukkan blanko dan tekan zero, pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Fe Fv.

13.Letakkan sampel pada dudukan kuvet, kemudian tutup.

14.Tekan read, catat hasil analisa Fe yang ditunjukkan pada layar.

15.Lakukan pengenceran jika hasil yang diperoleh melebihi batas pemeriksaan.

3.1.3. Pengambilan Sampel dan Pengawetan Sampel

1. Kumpul sampel dalam wadah gelas atau plastik. Penambahan asam tidak perlu jika analisa segera dilakukan.

2. Untuk pengawetan sampel, atur pH ≤ 2 dengan asam nitrat (sekitar 2 ml per liter). Pengawetan sampel ini dapaat bertahan sampai 6 bulan pada temperatur ruangan. Jika hanya besi yang terlarut yang ditentukan, saring sampel sebelum penambahan asam.

3. Sebelum analisa atur pH diantara 3 sampai 5 dengan larutan Natrium Hidroksida 5 N. Koreksi hasil analisa untuk penambahan volume.

3.2. Analisa Sianida (CN-) 3.2.1 Alat dan Bahan 3.2.1.1 Alat

1. Spektrofotometer DR 2000 atau DR 2010 2. Beaker glass 500ml


(41)

3. Batang pengaduk 4. Kuvet

5. Pipet volume 25ml 6. Alat destilasi 7. Pipet tensette 8. Kertas saring

9. Separatory funnel 1000ml 10.Labu ukur 250ml class A

3.2.1.2. Bahan

1) Cyaniver 3 cyanide powder pillows 2) Cyaniver 4 cyanide powder pillows 3) Cyaniver 5 cyanide powder pillows 4) Sampel air

5) Natrium hidroksida 5N dan 0,25N 6) Asam asetat

7) Indikator m-Nitrophenol 8) Kalium iodida

9) Natrium sianida 10)Air demineralisasi

11)Kertas disc hydrogen sulfide 12)Larutan buffer pH 4

13)Timbal asetat 14)Asam ascorbic 15)Hexane


(42)

16)Asam klorida 2,5N 17)Indikator starch/amilum 18)Sodium arsenit

19)Potassium iodide 20)Hexa ver chelating 21)Air bromine

22)Magnesium klorida

3.2.2. Prosedur

1. Pastikan analis telah memakai masker dan sarung tangan.

2. Tekan power pada alat spektrofotometer DR 2000 atau DR 2010.

3. Tekan nomor program 160 enter, layar akan menunjukkan dial nm to 612. 4. Putar putaran panjang gelombang hingga pada layar menunjukkan 612 nm. 5. Tekan enter, layar akan menunjukkan mg/l CN-.

6. Isi beaker glass 500 ml dengan sampel air.

7. Pipet 25 ml sampel air dan masukkan ke dalam kuvet pertama (sebagai blanko). Untuk pembuktian akurasi, gunakan 0,10mg/l larutan standard (persiapkan diberikan dalam cek akurasi) sebagai sampel.

8. Pipet 25ml sampel air dan masukkan ke dalam kuvet kedua (sebagai sampel). Untuk cek akurasi, gunakan 0,10mg/l larutan standard sianida pada sampel (lihat preparasi larutan standard pada cek akurasi).

9. Tambahkan 1 kandungan cyani ver 3 cyanide reagent powder pillow kedalam kuvet kedua, tutup kemudian kocok selama 30 detik dan biarkan kuvet selama 30 detik.

10.Tambahkan 1 kandungan cyani ver 4 cyanide reagent powder pillow ke dalam kuvet kedua, tutup dan kocok selama 10 detik. Dengan segera lanjutkan ke


(43)

langkah berikutnya. Penundaan penambahan reagent cyani ver 5 selama lebih dari 30 detik sesudah penambahan reagent cyani ver 4 akan menghasilkan hasil yang lebih rendah. Akurasi tidak dipengaruhi oleh reagent yang tidak larut.

11.Tambahkan 1 kandungan cyani ver 5 cyanide reagent powder pillow ke dalam kuvet kedua, tutup kemudian kocok hingga larut. Jika sianida ada, warna merah muda akan terbentuk yang kemudian berubah biru setelah beberapa menit.

12.Tekan shift timer, 30 menit masa reaksi akan dimulai. Sampel pada temperatur kurang dari 25ºC menghasilkan hasil analisa rendah.

13.Setelah waktunya tercapai, layar akan menunjukkan mg/l CN-. 14.Letakkan blanko ke dalam dudukan kuvet, tutup.

15.Tekan zero, layar akan menunjukkan 0,000mg/l CN-. 16.Letakkan sampel ke dalam dudukan kuvet, tutup.

17.Tekan read, catat hasil analisa CN- yang ditunjukkan pada layar.

18.Lakukan pengenceran jika hasil yang diperoleh melebihi batas pemeriksaan.

3.2.3. Pengambilan Sampel dan Pengawetan Sampel

1. Sampel dikumpulkan dalam botol gelas atau plastik, dan dianalisa secepat mungkin. Adanya sumber pengoksidasi, sulfida dan asam lemak dapat menyebabkan kehilangan sianida selama penyimpanan sampel. Sampel yang mengandung bahan ini harus dilakukan perlakuan awal seperti diterangkan dalam prosedur berikut, sebelum pengawetan dengan natrium hidroksida. Jika


(44)

sampel mengandung sulfida dan tidak dilakukan awal, sampel harus dianalisa dalam waktu 24 jam.

2. Awetkan sampel dengan menambahkan 4,0 ml larutan standard natrium hidroksida 5,0N untuk setiap liter sampel, Cek pH sampel. Sebanyak 4ml natrium hidroksida biasanya cukup untuk menambah pH = 12 untuk kebanyakan air dan air buangan. Tambahkan lagi natrium hidroksida 5,0N jika perlu. Pengawetan sampel pada 4ºC atau kurang. Sampel dapat disimpan selama 14 hari. Sebelum dianalisa, sampel yang diawetkan dengan natrium hidroksida 5,0N atau samoel yang alkalin tinggi yang disebabkan proses pengolahan klorinasi atau prosedur destilasi, maka sampel harus diatur pH 7 dengan larutan standard asam klorida 2,5N. Dimana sejumlah bahan pengawet yang digunakan, koreksi volume harus dibuat (lihat koreksi untuk penambahan volume).

3. Sumber pengoksidasi

Sumber pengoksidasi seperti klorin menguraikan sianida selama penyimpanan. Untuk analisa dan menghilangkan efek, perlakuan awal sampel sebagai berikut:

a. Pipet 25 ml sampel dan tambahkan satu drop larutan m-nirophenol indikator 10g/l, kocok hingga homogen.

b. Tambahkan larutan standard asam klorida 2,5N sampai warna berganti dari kuning menjadi tidak berwarna. Aduk sampel setelah penambahan setiap tetes.

c. Tambahkan 2 tetes larutan kalium iodida 30g/l dan 2 tetes larutan indikator starch ke dalam sampel, aduk hingga homogen. Larutan akan berubah biru jika sumber pengoksidasi ada.


(45)

d. Jika langkah ini menganggap sumber pengoksidasi ada, tambahkan 2 sendok penuh 1 gram asam ascorbic dalam 1 liter sampel.

e. Ambil 25ml dari perlakuan sampel dengan asam ascobic dan ulangi langkah a sampai c. Jika sampel berubah biru, ulangi langkah d dan e. Jika 25ml sampel tidak berwarna, awetkan sampel pada pH 12 selama penyimpanan dengan larutan standard natrium hidroksida 5N (biasanya 4mg/l).

f. Lakukan prosedur yang diberikan gangguan, sumber reduksi untuk mengeliminasi efek dari kelebihan asam ascorbic sebelum melakukan prosedur sianida.

4. Sulfida

Sulfida akan dengan cepat mengubah sianida menjadi tiosianat (SCN). Untuk menguji adanya sulfida dan menghilangkan efeknya, perlakuan awal sampel sebagai berikut :

a. Letakkan 1 tetes sampel pada kertas disc hidrogen sulfida yang telah dibasahi dengan larutan buffer pH 4.

Jika mengelapkan kertas, tambahkan 1 sendok ukuran 1 gram timbal asetat pada sampel. Ulangi langkah a. Jika kertas kembali gelap, tetap tambahkan timbal asetat pada sampel sampi test negatif untuk sulfida. b. Saring endapan timbal sulfida, awetkan sampel dengan larutan standard

natrium hidroksida 5N atau netralkan pada pH 7 untuk analisa. 5. Asam-asam lemak

Perhatian : lakukan operasi ini dalam sebuah pelindung secepat mungkin. Ketika destilasi, asam lemak akan bereaksi dengan sianida dan bentuk sabun pada kondisi alkalin diserap. Jika adanya asam lemak yang dicurigai jangan


(46)

melakukan pengawetan sampel dengan natrium hidroksida sampai perlakuan awal selanjutnya dilakukan. Efek dari asam lemak dapat dikurangi sebagai berikut :

a. Asamkan 500ml sampel pada pH 6 atau 7 dengan larutan asam asetat. b. Masukkan sampel dalam alat separatory funnel 1000ml dan tambahkan

50ml hexana.

c. Tutup funnel dan goncang selama 1 menit, biarkan terpisah.

d. Alirkan sampel ke beaker glass 600ml. Jika sampel disimpan, tambahkan larutan standard natrium hidroksida 5N menaikkan pH di atas 12.


(47)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Data hasil analisa kadar Fe pada air baku sungai Belawan Sunggal dipaparkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Fe

No. Tanggal Larutan Standar (ppm)

Absorbansi Konsentrasi (mg/l)

1. 11 Januari 2010 0.50 0.359 0.75

2. 05 April 2010 0.50 0.316 0.66

3. 07 Juli 2010 0.10 0.363 0.758

4. 25 Oktober 2010 0.50 0.336 0.701

5. 03 Januari 2011 0.10 0.337 0.703

Data hasil analisa kadar CN pada air baku sungai Belawan Sunggal dipaparkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 Hasil Analisa Kadar CN


(48)

(ppm) (mg/l)

1. 11 Januari 2010 0.002 0.036 0.002

2. 05 April 2010 0.003 0.022 0.001

3. 07 Juli 2010 0.003 0.041 0.003

4. 25 Oktober 2010 0.002 0.030 0.002

5. 03 Januari 2011 0.002 0.032 0.002

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Besi (Fe)

4.2.1.1 Penentuan Persamaan Garis Regresi

Tabel 4.3 Penentuan Persamaan Garis Regresi

N Faktor Xi Xi2 Yi Yi2 XiYi

1 0.00 0.00 0.000 0.000 0.000 0.0000

2 0.10 0.10 0.010 0.052 0.003 0.0052

3 0.15 0.27 0.073 0.128 0.016 0.0347

4 0.50 0.50 0.250 0.242 0.059 0.1210

5 1.00 1.01 1.020 0.484 0.234 0.48888

6 1.25 1.25 1.563 0.598 0.358 0.7475

7 1.50 1.45 2.103 0.692 0.479 1.0040


(49)

9 2.50 2.47 6.101 1.176 1.383 2.9047

10 3.00 2.90 8.410 1.381 1.908 4.0055

Jumlah 11.97 23.61 5.716 5.366 11.255

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis Y = ax + b, dimana a = slope, b = intercept.

Selanjutnya harga a dan b dapat ditentukan dengan metode least square sebagai berikut :

Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah : Y = ax + b

Y = 0,4755x + 0,0025


(50)

2 2 2 2 2

4.2.1.3 Menghitung Konsentrasi Sampel

Y = ax + b

Dimana, Y = absorbansi dan x = konsentrasi 1. Untuk sampel tanggal 11 Januari 2010

Y = ax + b

0,359 = 0,4755x + 0,0025

2. Untuk sampel tanggal 05 April 2010 Y = ax + b

0,316 = 0,4755x + 0,0025


(51)

3. Untuk sampel tanggal 07 Juli 2010 Y = ax + b

0,363 = 0,4755x + 0,0025

4. Untuk sampel tanggal 25 Oktober 2010 Y = ax + b

0,336 = 0,4755x + 0,0025

5. Untuk sampel tanggal 03 Januari 2011 Y = ax + b

0,337 = 0,4755x + 0,0025

4.2.2 Perhitungan Sianida (CN)

4.2.2.1 Penentuan Persamaan Garis Regresi

Tabel 4.4. Penentuan Persamaan Garis Regresi

N Faktor Xi Xi2 Yi Yi2 XiYi

1 0.000 0.000 0.000000 0.000 0.000000 0.000000 2 0.001 0.001 0.000001 0.028 0.000784 0.000028


(52)

3 0.002 0.002 0.000004 0.040 0.0016 0.00008 4 0.003 0.003 0.000009 0.043 0.001849 0.00129 5 0.005 0.005 0.000025 0.055 0.001225 0.000175

6 0.010 0.010 0.0001 0.102 0.010404 0.00102

7 0.020 0.018 0.000324 0.167 0.027889 0.003006

8 0.030 0.030 0.0009 0.272 0.073984 0.00816

9 0.050 0.053 0.002809 0.425 0.180625 0.022525 Jumlah 0.122 0.004172 1.132 0.299538 0.036284

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis Y = ax + b, dimana a = slope, b = intercept.

Selanjutnya harga a dan b dapat ditentukan dengan metode least square sebagai berikut :

Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah : Y = ax + b


(53)

4.2.2.2 Penentuan Koefisien Korelasi

2 2 2 2

4.2.2.3 Menghitung Konsentrasi Sampel

Y = ax + b

Dimana, Y = absorbansi dan x = konsentrasi 1. Untuk sampel tanggal 11 Januari 2010

Y = ax + b

0,036 = 8,3150x + 0,0130

2. Untuk sampel tanggal 05 April 2010 Y = ax + b

0,022 = 8,3150x + 0,0130

3. Untuk Sampel tanggal 07 Juli 2010 Y = ax + b


(54)

4. Untuk sampel tanggal 25 Oktober 2010 Y = ax + b

0,030 = 8,3150x + 0,0130

5. Untuk sampel tanggal 03 Januari 2011 Y = ax + b

0,032 = 8,3150x + 0,0130

4.3. Pembahasan 4.3.1 Besi (Fe)

Dari data pemeriksaan dapat dilihat bahwa kadar Fe pada air baku sungai belawan sunggal lebih besar dibandingkan batas maksimum yang diperbolehkan oleh peraturan pemerintah Republik Indonesia No.82 Tanggal 14 Desember 2001. Hal ini


(55)

dikarenakan air baku sungai belawan sunggal sudah tercemar oleh logam-logam dan dalam perjalanannya air mengalami beberapa kontaminasi, baik karena erosi maupun pencemaran dari sepanjang tepi sungai oleh penduduk yang bermukim disekitar sungai dan limbah industri.

Data di atas menunjukkan kadar Fe pada air baku sungai belawan sunggal tidak memenuhi standard yang ditentukan, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan agar air dapat dialirkan ke konsumen dan dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Konsentrasi Fe dalam air yang melebihi 2mg/l akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat pula menimbulkan bau dan rasa pada air minum, dan warna koloid pada air. Selain itu, konsentrasi yang lebih besar dari 1 mg/l dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa yang tidak enak pada minuman, dapat membentuk endapan pada pipa-pipa logam dan bahan cucian. Dalam jumlah kecil, unsur ini diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah (Sutrisno, 2004).

4.3.2 Sianida (CN)

Dari data pemeriksaan dapat dilihat bahwa kadar CN pada air baku sungai belawan sunggal tanggal 07 Juli 2011 melebihi batas maksimum yang diperbolehkan oleh peraturan Republik Indonesia No.82 Tanggal 14 Desember 2011. Hal ini dikarenakan cuaca pada saat itu panas sehingga terjadi pemekatan pada unsur sianida tersebut dan sungai tersebut sudah terkontaminasi oleh limbah industri misalnya industri pupuk.

Sianida bersifat biodegredable dan mudah berikatan dengan ion logam, misalnya tembaga dan besi. Sianida dapat menghambat pertukaran oksigen pada


(56)

makhluk hidup. Sianida juga bersifat toksik bagi ikan, kadar sianda 0,2 mg/l sudah mengakibatkan toksisitas akut bagi ikan (Effendi, 2003)


(57)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kadar besi yang diperoleh dari analisis di atas yaitu 0,75 ppm, 0,66 ppm, 0,758 ppm, 0,701 ppm dan 0,703 ppm. Kadar ini tidak sesuai dengan batas maksimum yang diperbolehkan menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tanggal 14 Desember 2001. Sedangkan kadar sianida yang diperoleh dari analisis di atas adalah 0,002 ppm, 0,001 ppm, 0,003 ppm, 0,002 ppm dan 0,002 ppm.

5.2 Saran

Sebaiknya penentuan Fe dan CN untuk air baku dilakukan analisa secara rutin dan pemeriksaan setiap parameter-parameter harus lebih diperhatikan, agar dapat dengan tepat diketahui kualitas air tersebut.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. Chandra,B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran, Hubungan Dengan Toksikologi Senyawa Logam. Cetakan Pertama. Jakarta : UI-Press.

Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Penerbit Konisius.

Gabriel,J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Hipokrates.

Kristanto,P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Mulia,R.M. 2005. Kesehatan Lingkungan . Jakarta : Penerbit Graha Ilmu.

Supardi,I. 2003. Lingkungan Hidup Dan Kelestariannya. Edisi 2. Cetakan Kedua. Bandung : Penerbit PT.Alumni.

Sutrisno,T. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Kelima. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.


(59)

(60)

LAMPIRAN 1

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe

Tabel 4.5 Larutan Standar Fe

Menggunakan faktor (sebagai xi) dan yi

x 0,00 0,10 0,25 0,50 1,00 1,25 1,50 2,00 2,50 3,00 y 0,000 0,052 0,128 0,242 0,484 0,598 0,692 0,962 1,176 1,381

y = 0,4755x + 0,0025 R2= 0,9998

0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 1,400 1,600

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

A

bs

or

bans

i

mg/L


(61)

LAMPIRAN 2

Kurva Kalibrasi Larutan Standar CN

-Tabel 4.6 Larutan Standar CN-

Menggunakan faktor (sebagai xi) dan yi

X 0,000 0,01 0,002 0,003 0,005 0,010 0,020 0,030 0,50 y 0,000 0,028 0,040 0,043 0,055 0,102 0,167 0,272 0,425

y = 8,3150x + 0,0130 R2= 0,8850

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400 0,450

0,000 0,010 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060

A

bs

or

ba

ns

i

mg/L


(62)

LAMPIRAN 3

Tabel 4.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tanggal 14 (Baku Mutu Kelas I) Desember 2001 Tentang Standar Kualitas Air Baku

No. Parameter Satuan Kadar

Maksimum Yang Diperbolehkan

Metode Uji Keterangan

A. Fisika

1. Warna TCU - Spektrofotometer

2. Bau dan Rasa - - - Tdk berbau

dan tdk berasa T.Ruangan

= 250oC 3. Temperatur oC Suhu udara ±

3oC

Termometer

4. Kekeruhan NTU - Turbidemeter

5. Daya Hantara Listrik

µs/cm - Conductivity

Meter

6. Residu

Tersuspensi

mg/L - Conductivity

Meter

B. Kimia Anorganik

1. Alkalinitas mg/L - Titrimetry

2. Alumunium (Al) mg/L - Spektrofotometer

3. Ammonia (NH3

-N)

mg/L 0,5 Spektrofotometer

4. Besi (Fe) mg/L 0,3 Spektrofotometer

5. Flourida (F) mg/L 0,5 Spektrofotometer

6. Klorida (Cl) mg/L - Spektrofotometer

7. Kesadahan (Sbg CaCO3)

mg/L - Titrimetry

8. Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 Spektrofotometer

9. Mangan (Mn) mg/L 0,1 Spektrofotometer

10. Nitrat (sbg NO3 ) mg/L 10 Spektrofotometer

11. Nitrit (sbg NO2) mg/L 0,06 Spektrofotometer

12 Ph - 6-9 Comparator

13. Seng (Zn) mg/L 0,05 Spektrofotometer

14. Sianida (CN-) mg/L 0,02 Spektrofotometer 15. Sulfat (SO4) mg/L 400 Spektrofotometer

16. Sulfida (H2S) mg/L 0,002 Spektrofotometer

17. Tembaga (Cu) mg/L 0,02 Spektrofotometer 18. Total Padatan

Terlarut

mg/L 1000 Conductivity

Meter


(63)

20. DO mg/L * Titrimetry * Angka minimum

DO = 6 mg/L

21. BOD mg/L 2 Respirometry

22. COD mg/L 10 Spektrofotometer

23. Kadmium (Cd) mg/L 0,01 Spektrofotometer

24. Timbal (Pb) mg/L 0,03 Spektrofotometer

C . Kimia Organik

1. Zat Organik (sebagai KMnO4)

mg/L - SNI

06-6989.22-2004

D. Mikrobiologi

1. Total Coliform Jlh/100ml 1000 SNI 06-4158-1996 2. Faecal Colioform Jlh/100ml 100 SNI


(64)

LAMPIRAN 4

Tabel 4.6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010 Tentang Standar Kualitas Air Minum

No. Parameter Satuan Kadar

Maksimum Yang Diperbolehkan

Metode Uji Keterangan

A. Fisika

1. Warna TCU 15 Spektrofotometer

2. Bau dan Rasa - - - Tdk berbau

dan tdk berasa T.Ruangan

= 250oC 3. Temperatur oC Suhu udara ±

3oC

Termometer

4. Kekeruhan NTU - Turbidemeter

5. Daya Hantara Listrik

µs/cm - Conductivity

Meter

6. Residu

Tersuspensi

mg/L - Conductivity

Meter

B. Kimia Anorganik

1. Alkalinitas mg/L - Titrimetry

2. Alumunium (Al) mg/L 0,2 Spektrofotometer 3. Ammonia (NH3

-N)

mg/L 1,5 Spektrofotometer

4. Besi (Fe) mg/L 0,3 Spektrofotometer

5. Flourida (F) mg/L 1,5 Spektrofotometer

6. Klorida (Cl) mg/L 250 Spektrofotometer

7. Kesadahan (Sbg CaCO3)

mg/L 500 Titrimetry

8. Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 Spektrofotometer

9. Mangan (Mn) mg/L 0,4 Spektrofotometer

10. Nitrat (sbg NO3

)

mg/L 50 Spektrofotometer

11. Nitrit (sbg NO2) mg/L 3 Spektrofotometer

12 pH - 6,5-8,5 Comparator

13. Seng (Zn) mg/L 3 Spektrofotometer

14. Sianida (CN) mg/L 0,07 Spektrofotometer 15. Sulfat (SO4) mg/L 250 Spektrofotometer

16. Sulfida (H2S) mg/L 0,05 Spektrofotometer

17. Tembaga (Cu) mg/L 2 Spektrofotometer


(65)

Terlarut Meter

19. Sisa Khlor (Cl2) mg/L - Comparator

20. DO mg/L - Titrimetry

21. BOD mg/L - Respirometry

22. COD mg/L - Spektrofotometer

23. Kadmium (Cd) mg/L 0,003 Spektrofotometer 24. Timbal (Pb) mg/L 0,01 Spektrofotometer

C . Kimia Organik

1. Zat Organik (sebagai KMnO4)

mg/L 10 SNI

06-6989.22-2004

D. Mikrobiologi

1. Total Coliform Jlh/100ml 0 SNI 06-4158-1996

2. Faecal

Colioform

Jlh/100ml 0 SNI


(1)

LAMPIRAN 1

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe

Tabel 4.5 Larutan Standar Fe

Menggunakan faktor (sebagai xi) dan yi

x 0,00 0,10 0,25 0,50 1,00 1,25 1,50 2,00 2,50 3,00 y 0,000 0,052 0,128 0,242 0,484 0,598 0,692 0,962 1,176 1,381

y = 0,4755x + 0,0025 R2= 0,9998

0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 1,400 1,600

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

A

bs

or

bans

i

mg/L


(2)

LAMPIRAN 2

Kurva Kalibrasi Larutan Standar CN

-Tabel 4.6 Larutan Standar CN-

Menggunakan faktor (sebagai xi) dan yi

X 0,000 0,01 0,002 0,003 0,005 0,010 0,020 0,030 0,50 y 0,000 0,028 0,040 0,043 0,055 0,102 0,167 0,272 0,425

y = 8,3150x + 0,0130

R2= 0,8850

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400 0,450

0,000 0,010 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060

A

bs

or

ba

ns

i

mg/L


(3)

LAMPIRAN 3

Tabel 4.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tanggal 14 (Baku Mutu Kelas I) Desember 2001 Tentang Standar Kualitas Air Baku

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

Yang Diperbolehkan

Metode Uji Keterangan

A. Fisika

1. Warna TCU - Spektrofotometer

2. Bau dan Rasa - - - Tdk berbau

dan tdk berasa T.Ruangan

= 250oC 3. Temperatur oC Suhu udara ±

3oC

Termometer

4. Kekeruhan NTU - Turbidemeter

5. Daya Hantara Listrik

µs/cm - Conductivity

Meter

6. Residu

Tersuspensi

mg/L - Conductivity

Meter

B. Kimia Anorganik

1. Alkalinitas mg/L - Titrimetry

2. Alumunium (Al) mg/L - Spektrofotometer

3. Ammonia (NH3 -N)

mg/L 0,5 Spektrofotometer

4. Besi (Fe) mg/L 0,3 Spektrofotometer

5. Flourida (F) mg/L 0,5 Spektrofotometer

6. Klorida (Cl) mg/L - Spektrofotometer

7. Kesadahan (Sbg CaCO3)

mg/L - Titrimetry

8. Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 Spektrofotometer

9. Mangan (Mn) mg/L 0,1 Spektrofotometer

10. Nitrat (sbg NO3 ) mg/L 10 Spektrofotometer 11. Nitrit (sbg NO2) mg/L 0,06 Spektrofotometer

12 Ph - 6-9 Comparator

13. Seng (Zn) mg/L 0,05 Spektrofotometer

14. Sianida (CN-) mg/L 0,02 Spektrofotometer 15. Sulfat (SO4) mg/L 400 Spektrofotometer 16. Sulfida (H2S) mg/L 0,002 Spektrofotometer 17. Tembaga (Cu) mg/L 0,02 Spektrofotometer 18. Total Padatan

Terlarut

mg/L 1000 Conductivity

Meter


(4)

20. DO mg/L * Titrimetry * Angka minimum

DO = 6 mg/L

21. BOD mg/L 2 Respirometry

22. COD mg/L 10 Spektrofotometer

23. Kadmium (Cd) mg/L 0,01 Spektrofotometer

24. Timbal (Pb) mg/L 0,03 Spektrofotometer

C . Kimia Organik

1. Zat Organik (sebagai KMnO4)

mg/L - SNI

06-6989.22-2004

D. Mikrobiologi

1. Total Coliform Jlh/100ml 1000 SNI 06-4158-1996 2. Faecal Colioform Jlh/100ml 100 SNI


(5)

LAMPIRAN 4

Tabel 4.6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal 19 April 2010 Tentang Standar Kualitas Air Minum

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

Yang Diperbolehkan

Metode Uji Keterangan

A. Fisika

1. Warna TCU 15 Spektrofotometer

2. Bau dan Rasa - - - Tdk berbau

dan tdk berasa T.Ruangan

= 250oC 3. Temperatur oC Suhu udara ±

3oC

Termometer

4. Kekeruhan NTU - Turbidemeter

5. Daya Hantara Listrik

µs/cm - Conductivity

Meter

6. Residu

Tersuspensi

mg/L - Conductivity

Meter

B. Kimia Anorganik

1. Alkalinitas mg/L - Titrimetry

2. Alumunium (Al) mg/L 0,2 Spektrofotometer 3. Ammonia (NH3

-N)

mg/L 1,5 Spektrofotometer

4. Besi (Fe) mg/L 0,3 Spektrofotometer

5. Flourida (F) mg/L 1,5 Spektrofotometer

6. Klorida (Cl) mg/L 250 Spektrofotometer

7. Kesadahan (Sbg CaCO3)

mg/L 500 Titrimetry

8. Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 Spektrofotometer

9. Mangan (Mn) mg/L 0,4 Spektrofotometer

10. Nitrat (sbg NO3 )

mg/L 50 Spektrofotometer

11. Nitrit (sbg NO2) mg/L 3 Spektrofotometer

12 pH - 6,5-8,5 Comparator

13. Seng (Zn) mg/L 3 Spektrofotometer

14. Sianida (CN) mg/L 0,07 Spektrofotometer 15. Sulfat (SO4) mg/L 250 Spektrofotometer 16. Sulfida (H2S) mg/L 0,05 Spektrofotometer

17. Tembaga (Cu) mg/L 2 Spektrofotometer


(6)

Terlarut Meter 19. Sisa Khlor (Cl2) mg/L - Comparator

20. DO mg/L - Titrimetry

21. BOD mg/L - Respirometry

22. COD mg/L - Spektrofotometer

23. Kadmium (Cd) mg/L 0,003 Spektrofotometer 24. Timbal (Pb) mg/L 0,01 Spektrofotometer

C . Kimia Organik

1. Zat Organik (sebagai KMnO4)

mg/L 10 SNI

06-6989.22-2004

D. Mikrobiologi

1. Total Coliform Jlh/100ml 0 SNI 06-4158-1996

2. Faecal

Colioform

Jlh/100ml 0 SNI