Pertanian Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kabupaten Langkat Permasalahan Umum Daerah Irigasi Namu Sira-Sira

- Sypon : 1 Unit - Gorong-gorong : 21 Unit - Jembatan : 22 Unit - Bangunan Terjun : 228 Unit - Gorong-gorong Miring : 14 Unit - Pelimpah : 3 Unit - Alur Pembuang : 13 Unit - Bangunan tempat cuci : 43 Unit

II.6.4 Pertanian Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kabupaten Langkat

Pola tanam yang umum dilakukan adalah Padi-Palawija-Padi atau Padi- Palawija-Palawija. Pilihan pola tanam ini ditentukan oleh kesepakatan antara Dinas Pertanian dengan Dinas Pengairan, yaitu terkait dengan ketersediaan air atau kecukupan air pertanian. Jika air cukup untuk menanam padi maka petani akan menanam padi, namun jika dirasa kebutuhan air tidak mencukupi untuk bertanam padi maka petani akan menanam palawija.

II.6.5 Permasalahan Umum Daerah Irigasi Namu Sira-Sira

Secara umum permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan meliputi dari empat aspek yaitu : 1. Aspek Kelembagaan P3A yang sudah terbentuk umumnya tidak berfungsi beberapa bahkan sudah mati atau peran P3A belum optimal sesuai dengan tugas dan Universitas Sumatera Utara fungsinya. Kepengurusan tidak lengkap serta kapasitas pengurus yang terbatas, Legalitas P3A sudah kadaluarsa, terjadi masalah moralitas dan kriminalitas pengurus, air tidak tersedia, jaringan tidak berfungsi serta partisipasikeswadayaan anggota masih minim. 2. Aspek Teknik Irigasi Kondisi saluran primer dan sekunder sebahagian dalam kondisi rusak dan kurang terawat, adanya sadap liar yang tidak terukur dalam saluran irigasi. 3. Aspek Teknik Usaha Tani Rendahnya efisiensi ekonomi usaha tani dan terjadinya alih jenis komoditi di daerah Namu Sira-Sira. 4. Aspek Pembiayaan Pembiayaan iuran penggunaan air irigasi tidak berjalan dengan lancar. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah irigasi Namu Sira- Sira di Kabupaten Langkat yaitu Kecamatan Sei Bingei, Lokasi Bendung Namu Sira- Sira berjarak ± 11 km sebelah barat Kotamadya Binjai. Letak geografis Kecamatan Sei Bingei berada pada kisaran 3’ 14’ LU dan 97’ 52’ BT. Daerah Kecamatan Sei Binge mempunyai iklim hujan tropis dan curah hujan rata – rata berkisar antara 2000 – 3500 mm per tahun. Temperatur udara rata – rata 26,8 C, rata – rata kelembaban nisbi sekitar 85, lama penyinaran 58, dan kecepatan angin rata – rata 1,9m per detik. III.2. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data informasi yang diperlukan, diperoleh melalui pengumpulan data – data teknis dan non teknis, jurnal, ataupun artikel yang terkait dengan proses Pembangunan Rehabilitasi Namu Sira – Sira, meninjau kondisi eksisting secara langsung turun ke lapangan, melakukan kerjasama dengan pihak- pihak terkait, khususnya instansi Dinas Pengairan dan Irigasi Propinsi Sumatera Utara dalam pengumpulan data, serta mencari dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan bendung dan jaringan irigasi yang telah terangkum dalam buku dan telah diteliti kebenarannya oleh para ahli sebagai informasi pembanding. Universitas Sumatera Utara III.3. Menghitung Debit pada Saluran. Perhitungan debit pada saluran dihitung dengan menggunakan rumus : a. SCRW Standard Contracted Rectangular Weir Francis formula Q = 1.84 L − 0,2H H 3 2 b. Standard Trapezoidal Cipolletti Weir : Q = 1,86 L H 3 2 III.4. Menghitung Tingkat Efisiensi dan Efektifitas Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. a Tingkat efisiensi akan diukur dari nilai Pasok Irigasi per Area PIA, Pasok Irigasi Relatif PIR dan Pasok Air Relatif PAR dengan rumusan sebagai berikut: a.1 PIA = Terairi Lahan Luas Irigasi Air Pasok LiterDetikHa a.2 PIRRIS = Tanaman Air Kebutuhan Total Irigasi Pasok LiterDetikHa a.3 PARRWS = Tanaman Air Kebutuhan Air Pasok Total LiterDetikHa Universitas Sumatera Utara Kaidah keputusannya adalah : Semakin kecil nilai PIA, PIR dan PAR, maka pengelolaan irigasi semakin efisien. b Tingkat efektivitas akan diukur dari nilai Indek Luas Areal IA, dengan rumusan berikut: IA = Rancangan Luas Terairi Areal Luas X 100 Dalam hal ini, semakin tinggi nilai IA menunjukkan semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi. III.5. Studi Kelayakan Dalam melakukan studi kelayakan terhadap proyek Rehabilitasi Namu Sira- Sira, menggunakan metode berikut ini.

1. Metode Net Present Value NPV

Metode ini berusaha membandingkan komponen biaya dan manfaat dari suatu proyek dengan acuan yang sama agar dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya LPKM-ITB, 1997. Dalam hal ini acuan yang digunakan adalah besaran netto saat ini Net Present Value, artinya semua besaran komponen manfaat dan biaya di ubah dalam besaran nilai sekarang. Selanjutnya NV di Universitas Sumatera Utara definisikan sebagai selisih antara Present Value antara komponen manfaat dan komponen biaya. Secara matematis di tuliskan sebagai berikut : NPV = Σ Bt1+dt - Σ Ct1+dt = Σ Bt-ct1+dt

2. Metode Benefit Cost Ratio BCR

Prinsip dasar metode ini adalah mencari indeks yang menggambarkan tingkat efektifitas pemanfaatan biaya terhadap manfaat yang diperoleh. Indeks ini dikenal sebagai indeks Benefit Cost Ratio, yang secara matematis ditulis : BCR = ΣBt1+dt ΣCt1+dt

3. Metode Internal Rate of Return IRR

IRR atau internal rate of return adalah besaran yang menunjukkan harga discount rate pada saat NPV = 0. Dalam hal ini IRR dapat di anggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, dan secara matematis ditulis: Atau disederhanakan: Universitas Sumatera Utara

4. Metode Payback Period

Metode payback period adalah metode yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi dihitung dari aliran kas bersih. Dalam hal ini menggunakan BEP dan BC rasio. Gambar 3.1 contoh grafik Payback period sumber : ekonomi teknik, konsepsi teori dan aplikasi hal 201 Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisa Data Klimatologi dan Curah hujan serta Perhitungan Kebutuhan Air Dari data – data klimatologi dan curah hujan yang ada akan dianalisa faktor –faktor yang menentukan dalam pengelolaan irigasi di Namu Sira – Sira tersebut. Di dalam analisa dan pembahasan ini data curah hujan yang dipakai berasal dari 3 stasiun curah hujan yang ada di Namu Sira - Sira, yaitu : Stasiun BPP kecamatan Sei Bingei, Stasiun BPP kecamatan Selesai, serta Stasiun BPP kecamatan Kuala. Data Klimatologi diambil dari stasiun klimatologi Sampali dikarenakan tidak adanya stasiun klimatologi yang memadai yang tersedia di daerah Namu Sira-Sira

IV.1.1 Data Penyinaran Matahari Rata-rata Bulanan