IV.1.5 Data Expose Surface Tabel 4.5 Data expose surface.
Bulan Expose Surface
Januari 47
Februari 54
Maret 58
April 56
Mei 57
Juni 59
Juli 58
Agustus 55
September 47
Oktober 43
Nopember 41
Desember 44
Tabel 4.4 Data kecepatan angin rata-rata bulanan.
Bulan Kec.Angin rata2 kmhari
Januari 120.96
Februari 103.68
Maret 112.32
April 95.04
Mei 95.04
Juni 95.04
Juli 95.04
Agustus 86.40
September 86.40
Oktober 86.40
Nopember 103.68
Desember 95.04
Universitas Sumatera Utara
IV.1.6 Data Curah Hujan Bulanan Rata-rata dan Rata-rata lamanya Hujan Per Bulan
Curah hujan adalah banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat. Curah hujan juga mempengaruhi debit dan aliran permukaan pada suatu sungai.
Intensitas turunnya hujan juga merupakan faktor penting, sehingga intensitas rata- rata lamanya hujan juga harus diperhitungkan.
Tabel 4.6 Data curah hujan rata-rata bulanan.
Bulan Curah Hujan
rata-rata Rata-rata
lamanya Hujan mm
Hari
Januari 52.847
11 Februari
64.162 10
Maret 47.246
10 April
58.915 13
Mei 55.201
14 Juni
51.088 11
Juli 54.329
13 Agustus
55.880 15
September 83.760
20 Oktober
67.689 21
Nopember 58.424
20 Desember
69.702 17
Universitas Sumatera Utara
IV.2 Analisa Curah Hujan Dengan Menggunakan Metode Thiessen
Metode ini digunakan apabila dalam suatu wilayah stasiun pengamatan curah hujannya tidak tersebar merata. Curah hujan rata-rata dihitung dengan
mempertimbangkan pengaruh tiap-tiap stasiun pengamatan, yaitu dengan cara menggambar garis tegak lurus dan membagi dua sama panjang garis penghubung
dari dua stasiun pengamatan. Kemudian dibuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah
garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar R
n
akan terletak pada suatu poligon tertentu A
n
. Dengan menghitung perbandingan luas untuk setiap stasiun yang besarnya = A
n
A, dimana A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang dicari tinggi curah hujannya.
Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan pada masing-masing penakar yang mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua pos penakar. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
A d
A d
A d
A d
A d
n n
. .....
. .
.
3 3
2 2
1 1
+ +
+ =
=
A d
A
i i
∑
.
....... 4-1
Keterangan: A
= Luas areal km
2
d = Tinggi curah hujan rata-rata areal
d
1
, d
2
, d
3
,...d
n
= Tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3,...n A
1
, A
2
, A
3
,...A
n
= Luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3,...n
Universitas Sumatera Utara
Gambar IV-1. DAS dengan perhitungan curah hujan polygon Thiessen.
Hasil perhitungan dengan rumus polygon thiessen lebih teliti dibandingkan perhitungan dengan rumus lainnya yang sejenis.
Penghitungan curah hujan di DAS Namu Sira - Sira dengan metode Thiessen pada tugas akhir ini menggunakan data curah hujan dari 3 stasiun curah
hujan yang ada, yaitu : Stasiun Sei Bingei, Stasiun Kuala, Stasiun Selesai. Tabel 4.7 Data perhitungan curah hujan thiessen.
No Stasiun Curah
Hujan Luas Catchment Area
km2 Faktor Thiessen
1 Sei Bingei
373.891 0.493878504
2 Kuala
144.699 0.284200849
3 Selesai
167.382 0.221920647
Total Catchment Area
685.972
1 6
5
7
2 3
4 A7
A3 A5
A1 A2
A4
Universitas Sumatera Utara
Debit andalan dari hasil perhitungan F. J . Mock dapat diasumsikan sebagai debit yang memiliki probabilitas 80. Debit dengan probabilitas 80
adalah debit yang memiliki kemungkinan terjadi di bendung sebesar 80 dari 100 kejadian. Jumlah kejadian yang dimaksud adalah jumlah data yang
digunakan untuk menganalisis probabilitas tersebut. Jumlah data minimum yang diperlukan untuk analisis adalah lima tahun dan pada umumnya untuk
memperoleh nilai yang baik data yang digunakan hendaknya berjumlah 10 tahun data.
Dalam tugas akhir ini menggunakan data debit bulanan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 di Daerah Irigasi Namu Sira - Sira..
Debit andalan yang dipakai adalah debit minimum berdasarkan pola tanam di Daerah Irigasi Namu Sira – Sira yaitu 38,60 m3detik
IV.3 Perhitungan Efisiensi Saluran