Convexity 8
26,7 Parasagital
7 23,3
Sphenoid Ridge 2
6,7 Falx
1 3,3
Tuberculum Sellae 3
10 Foramen Magnum
1 3,3
Petroclival 1
3,3 Enplaque
1 3,3
Olfactory groove 1
3,3 Spine
3 10
Posterior Fossa 2
6,7 Total
30 100.0
5.1.4. Distribusi Berdasarkan Grade WHO
Pembagian klasifikasi meningioma berdasarkan grade WHO menunjukan bahwa frekuensi terbanyak adalah tipe meningioma benigna yaitu sebanyak 28
90,3 kasus. Kemudian diikuti oleh atypical sebanyak 2 kasus 6,5 dan anaplastic sebanyak 1 kasus 3,2.
Tabel 5.4. Distribusi Berdasarkan Grade Tumor
Grade WHO n
Benigna 27
90 Atypical
2 6,7
Anaplastic 1
3,3 Total
30 100.0
5.1.5. Distribusi Berdasarkan Jenis Histopatologi Tumor
Pembagian klasifikasi meningioma berdasarkan jenis histopatologi tumor frekuensi terbanyak adalah meningothelial meningioma sebesar 16 53,3 kasus,
diikuti oleh transitional meningioma 4 13,3 kasus, fibroblastic meningioma 3
Universitas Sumatera Utara
13,3 kasus, dan yang paling jarang adalah secretory meningioma dan atypical meningioma sebesar 1 3,3 kasus.
Tabel 5.5. Distribusi Berdasarkan Jenis Histopatologi Tumor
Jenis Histopatologi n
Meningothelial 16
53,3 Fibroblastic
4 13,3
Psammomatous 2
6,7 Transitional
4 13,3
Secretory 1
3,3 Atypical
2 6,7
Anaplastic 1
3,3 Total
30 100.0
5.1.6. Distribusi Labelling index LI Pewarnaan Imunohistokimia Ki-67
Berdasarkan Klasifikasi meningioma
Jumlah mitosis yang diukur berdasarkan klasifikasi meningioma didapati bahwa mayoritas meningioma grade 1 tidak dijumpai mitosis yaitu sebesar 13
sampel 43,3 atau mitosis lemah sebesar 12 sampel 40. Pada meningioma grade III tidak dijumpai adanya mitosis.
Tabel 5.6. Distribusi LI Ki-67 terhadap klasifikasi meningioma LI Pewarnaan Ki-67
Meningioma grade I
Meningioma Grade II
Meningioma grade III
Negatif 13
1 1
Lemah 20 sel10 LPB 12
1 -
Kuat ≥ 20 sel10 LPB
2 -
- Total
27 2
1
Universitas Sumatera Utara
5.1.7. Distribusi staining Intensity SI Pewarnaan Imunohistokimia Reseptor
Progesteron Berdasarkan Klasifikasi meningioma
Jumlah yang didapat berdasarkan klasifikasi meningioma didapati bahwa Staining intensity pada meningioma grade I yang negatif sebesar 14 sampel 51,9,
yang lemah sebesar 3 sampel 11,11, dan yang kuat sebesar 10 sampel 37,03. Dan Staining intensity reseptor progesteron pada meningioma grade II dan III tidak
dijumpai pada semua sampel. Pewarnaan reseptor progesteron yang positif dijumpai pada 9 penderita wanita dan 5 penderita pria.
Tabel 5.7. Distribusi SI reseptor progesteron terhadap klasifikasi meningioma
SI Pewarnaan reseptor progesteron
Meningioma grade I
Meningioma Grade II
Meningioma grade III
Negatif 14
2 1
Lemah 3
- -
Kuat 10
- -
Total 27
2 1
5.1.8. Distribusi staining Intensity SI Pewarnaan Imunohistokimia Reseptor
Progesteron dan Labelling index LI Ki-67 Berdasarkan Klasifikasi
Meningioma
Berdasarkan tabel tersebut dijumpai bahwa terdapat keseimbangan jumlah pewarnaan reseptor progesteron yang positif dan negatif dengan SI yang kuat
mayoritas pada meningioma meningothelial. Pewarnaan reseptor progesteron tidak dijumpai pada meningioma grade II dan III.
Dari tabel lampiran dilakukan analisis hubungan antara SI pewarnaan reseptor progesteron dengan LI Ki-67 secara komputerisasi dengan uji statistik Chi
Universitas Sumatera Utara
square dengan batas kemaknaan p 0,05. Penelitian ini menggunakan tabel progesteron dan Ki-67 yang menggabungkan positif lemah dan kuat menjadi positif.
Hal ini dilakukan karena jumlah positif lemah dan kuat yang sedikit. Hasil analisis Chi square secara komputerisasi diperoleh p= 0,642. Hal Ini menunjukan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara SI pewarnaan reseptor progesteron dengan LI Ki-67. Tabel Cross tabulation analisa data tersebut ditampilkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5.8. Cross tabulation reseptor progesteron dengan Ki-67
KI-67 Total
Negatif Positif
Progesteron Reseptor
Negatif 8
8 16
Positif 7
7 14
Total 15
15 30
5.2. Pembahasan