Hormon Progesteron TINJAUAN PUSTAKA

residual atau rekuren setelah operasi. Terapi ini disarankan pada meningioma berukuran dibawah 3 cm yang melibatkan skull base dan sinus kavernosus dengan tujuan mencegah progresi tumor Al-Hadidy, 2007; Minniti, 2009.

2.8 Hormon Progesteron

Progesteron adalah hormon steroid turunan dari kolestrol yang utamanya disintesis oleh ovarium, kelenjar adrenal dan plasenta. Kadar progesteron lebih tinggi kadarnya pada wanita dibandingkan laki-laki. Kadar hormon progesteron berubah berdasarkan siklus hidup terutama perkembangan embrionik, siklus reproduksi siklus menstruasi dan estrous, kehamilan dan menopause Camacho-Arroyo, 2009. Hormon progesteron memainkan peran penting dalam regulasi sejumlah fungsi seperti ovulasi, implantasi, mempertahankan kehamilan, regulasi siklus sel, respon imunitas, ventilasi, perilaku seksual, tidur, belajar dan memori pada beberapa jaringan seperti uterus, ovarium, kelenjar mamae, pankreas, tulang, paru dan otak. Hormon progesteron bekerja melalui mediasi oleh reseptor intraselular spesifik yang terdiri dari dua isoform yaitu PR-A dan PR-B dengan fungsi yang berbeda. Pola ekspresi isoform PR sangat kritis untuk regulasi kerja progesteron pada sel-sel Camacho-Arroyo, 2009. Hormon progesteron memiliki kerja yang beragam pada jaringan yang baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan reproduksi. Hormon progesteron diproduksi dan bertahan dengan periode waktu yang berbeda-beda menit, jam, hari dan bulan. Selain itu, progesteron dapat juga memiliki lebih dari satu efek pada sel yang sama oleh karena beberapa mekanisme yang melibatkan molekul berbeda pada kompartemen sel yang berbeda. Progersteron bekerja dengan melalui dua mekanisme utama, yaitu genomik klasik dan non- genomik non-klasik. Mekanisme kerja melalui jalur genomik klasik yaitu dengan mengubah ekspresi dari gen target yang dimediasi oleh reseptor progesteron dan memiliki efek jangka panjang. Sedangkan pada jalur non- genomik non-klasik melibatkan modifikasi pada tingkat membran sel dan Universitas Sumatera Utara memiliki efek yang cepat. Hubungan silang antara mekanisme genomik dan non- genomik dapat timbul, dan pada kondisi ini hormon progesteron mampu bekerja dengan regulasi yang baik untuk fungsi yang bervariasi Camacho-Arroyo, 2009; Bernauer, 2001. Gambar 2.2. Mekanisme kerja hormon progesteron secara genomik dan non- genomik Camacho-Arroyo, 2009 Secara umum, efek non-genomik dari progesteron berlangsung cepat. Hormon ini bekerja pada tingkat membran dan sitoplasma dan tidak masuk ke dalam sel. Pada kondisi ini, progesteron tidak sensitif terhadap inhibitor transkripsi dan sintesis protein. Variasi mekanisme non-genomik dari interaksi progesteron telah diketahui dengan baik, yaitu 1. Reseptor-reseptor progesteron yang terletak pada membran sel memiliki profil struktur dan farmakologis yang berbeda-beda, 2. Kanal ion seperti kanal Ca 2+ dan K + , 3. Lokasi modulator yang terletak pada reseptor neurotransmiter seperti reseptor GABA A , dan 4. Reseptor neurotransmiter dan faktor-faktor pertumbuhan yang Universitas Sumatera Utara berpasangan dengan protein G. Interaksi ini menghasilkan perubahan pada konduksi ionik, kaskade second messenger, produksi cAMP, perubahan phosphoionisitide, dan protein kinase C dan aktivasi MAP kinase Camacho- Arroyo, 2009; Bernauer, 2001.

2.9 Reseptor Progesteron