2.9. Hubungan Parameter Fisik Kimia Air dan Substrat Terhadap Perkembangan Kepiting Bakau
Parameter fisik kimia air adalah faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kepiting bakau. Kepiting bakau di alam menempati habitat yang
berbeda-beda berdasarkan stadia pada daur hidupnya.
2.9.1. Suhu
Suhu merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian kelautan. Data suhu dimanfaatkan untuk mempelajari gejala-gejala fisik di dalam laut serta
kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan Nontji, 2005. Apabila suhu di permukaan air meningkat, kepiting akan lebih lama tinggal dalam lubang. Rosmaniar
2008 menyatakan perairan yang mempunyai suhu tinggi cenderung menaikkan angka pertumbuhan kepiting bakau dan waktu dewasa menjadi singkat. Suhu air yang
lebih rendah dari 20
o
2.9.2. Kecerahan
C dapat mengakibatkan aktivitas dan nafsu makan kepiting bakau turun secara drastis.
Selama periode pasang surut maupun pasang naik menunjukkan bahwa perbedaan waktu menyebabkan adanya perbedaan kecerahan. Waktu pasang surut pengaruh
daratan lebih dominan sehingga tingkat kecerahannya lebih rendah sedangkan pada waktu pasang naik laut memiliki kecerahan lebih tinggi berpengaruh terhadap kondisi
perairan, juga dipengaruhi oleh adanya limbah yang menutupi permukaan perairan sehingga dapat menghalangi penetrasi cahaya Nontji, 2005.
2.9.3. Kedalaman Air dan Pasang Surut
Kedalaman air berpengaruh bagi kehidupan kepiting bakau pada saat terjadi perkawinan, namun demikian kepiting bakau juga dapat hidup pada perairan yang
dangkal. Pasang surut terjadi karena interaksi antara gaya tarik gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi dan
sistem bulan. Akibat gaya-gaya ini, air samudera tertarik ke atas, naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu tertentu disebut pasang
surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal Nybakken, 1992. Larva kepiting bakau
yang berasal dari perairan laut banyak dijumpai di sekitar daerah estuaria dan hutan mangrove dikarenakan terbawa oleh arus pada saat pasang. Larva-larva tersebut
selanjutnya akan menempel pada akar-akar mangrove untuk berlindung Mulya, 2000.
2.9.4. Salinitas Air