Jenis – Jenis Kepiting Bakau Hasil Penelitian

Plankton dan alga yang berkembang akan menjadi makanan bagi berbagai jenis organisme yang ada di daerah tersebut, termasuk kepiting bakau. Siaheinina 2008 menyatakan kepiting bakau dapat dijumpai pada kisaran nitrat 0,01 mgL-0,18 mgl di perairan hutan mangrove Teluk Pelita Jaya Seram Maluku. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi nitrat pada ekosistem mangrove Belawan masih baik dalam mendukung perkembangan kepiting bakau.

11. Fosfat PO

4 Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan selama penelitian mendapatkan nilai kandungan fosfat berkisar antara 0,12 mgL - 0,25 mgL. Nilai fosfat tertinggi dijumpai pada stasiun 2 berkisar 0,25 mgL, sedang nilai fosfat terendah dijumpai pada stasiun 1 berkisar 0,12 mgL. Tinggi rendahnya nilai kandungan fosfat pada masing-masing stasiun disebabkan tipe sedimen yang mengandung fosfat. Barus 2004 menyatakan dalam ekosistem air fosfor terdapat dalam tiga bentuk yaitu senyawa fosfor anorganik seperti orthofosfat, senyawa organik dalam protoplasma dan senyawa organik terlarut yang terbentuk dari proses penguraian tubuh organisme. Siaheinina 2008 menyatakan kepiting bakau dapat dijumpai dengan kandungan fosfat berkisar 0,04 mgL - 0,23 mgL di ekosistem mangrove Kabupaten Subang Jawa Barat, sedang Rosmaniar 2008 menyatakan hal yang sama bahwa kepiting bakau dapat dijumpai dengan kandungan fosfat berkisar 0,1875 mgL - 0,2599 mgL di perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi ekositem mangrove Belawan masih cukup tolerir di dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan kehidupan kepiting bakau.

4.2. Jenis – Jenis Kepiting Bakau Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian diperoleh jenis kepiting bakau Scylla spp yang digolongkan berdasarkan urutan taksonominya seperti digambarkan pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi Kepiting Bakau Hasil Penelitian Filum Kelas Ordo Famili Genus Species Arthropoda Crustacea Decapoda Portunidae Scylla S. serrata S. oceanica Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dapat 2 species kepiting bakau Scylla spp dengan ciri morfologi sebagai berikut :

1. Scylla serrata

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa kepiting bakau jenis Scylla serrata yang memiliki bentuk badannya bundar dan tebal, berukuran ± 6 – 17 cm. Tubuhnya berwana coklat tua dan bentuk H karapas tidak begitu dalam. Tidak memiliki duri fingerjoint, seta hanya terdapat pada daerah hepatik dan bentuk gerigi pada karapas tajam. Capit pada kedua bagian atas dan bawah berukuran sama besar dan mata tidak menonjol keluar seperti terlihat pada Gambar 4a.

2. Scylla oceanica

Kepiting bakau Scylla oceanica mempunyai bentuk badan bundar dan tebal berukuran ± 9 – 18 cm. Tubuhnya berwarna coklat kehijau-hijauan. Bentuk H pada karapas dalam dan kedua duri pada fingerjoint jelas dan runcing, serta melimpah pada daerah karapas dan bentuk gerigi pada karapas tidak tajam. Capit bagian atas lebih panjang dibandingkan capit bagian bawah dan mata agak menonjol keluar, dapat dilihat pada Gambar 4a dan 4b berikut ini. Gambar 4a. Scylla serrata Gambar 4b. Scylla oceanica Hasil penelitian yang telah dilakukan di ekosistem mangrove Belawan ternyata memperlihatkan bahwa pada seluruh stasiun dijumpai 2 jenis kepiting bakau, yakni S. serrata dan S. oceanica. Mulya 2000 menyatakan kepiting bakau di hutan mangrove Karang Gading Langkat diperoleh 3 jenis kepiting bakau yakni S. serrata, S. oceanica dan S. transquabarica, sedang Rosmaniar 2008 di perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang yang mendapatkan 2 jenis kepiting bakau yakni S. serrata dan S. oceanica. Berdasarkan hal tersebut dapatlah dikatakan bahwa jenis kepiting bakau yang ada di Belawan sama kondisinya dengan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dan berbeda dengan kondisi di Karang Gading Langkat yang telah mendapatkan 3 jenis kepiting bakau. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi faktor fisik kimia di Belawan masih kurang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan kepiting bakau. Kordi 1997 menyatakan parameter lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, kandungan organik, DO, BOD memberi pengaruh terhadap kepiting bakau.

4.3. Nilai Kepadatan Populasi indm