4.3. Nilai Kepadatan Populasi indm
3
, Kepadatan Relatif , dan Frekuensi Kehadiran Kepiting Bakau
Scylla spp. di Setiap Stasiun Pengamatan Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan di ekosistem mangrove Belawan didapatkan kepiting bakau S. serrata yang memiliki nilai kepadatan populasi tertinggi
dari kepiting bakau S. oceanica Tabel 3. Tabel 3. Nilai Kepadatan Populasi KP indm
3
, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK Kepiting Bakau
Scylla spp di Setiap Stasiun Pengamatan Penelitian
Secara keseluruhan tampak bahwa kepadatan kepiting bakau pada setiap stasiun berkisar 21,18 indm
3
– 30,05 indm
3
. Kepadatan populasi kepiting bakau tertinggi dijumpai pada stasiun 3 sebesar 30,05 indm
3
sedang kepadatan populasi kepiting bakau terendah dijumpai pada stasiun 1 sebesar 21,18 indm
3
Spesies
. Tingginya kepadatan populasi kepiting bakau pada stasiun 3 ini selain karena letaknya jauh dari
pemukiman penduduk, juga dipengaruhi karakteristik vegetasi mangrove yang umumnya ditumbuhi Rhizophora spp. Yayasan mangrove 1993 menyatakan
vegetasi mangrove Rhizophora spp. memiliki akar jangkar yang melengkung sehingga dapat dijadikan sebagai pelindung untuk kepiting bakau dan adaptasinya
yang kuat terhadap lingkungan sehingga biji propagul Rhizophora berkecambah di pohon vivipar serta banyaknya lentisel pada bagian kulit pohon sehingga
ketersediaan pakan alami yang dibutuhkan untuk keberlangsungan kehidupan
Stasiun 1
2 3
4 KP
KR FK
KP KR
FK KP
KR FK
KP KR
FK
S. oceanic
3,85 18,18
100 5,30
22,00 100
8,24 24,42
100 6,26
27,08 100
S.serrata 17,33 81,82 100 18,77 78,00 100 21,81 75,58 100 16,85 72,92 100
Jumlah 21,18
100 24,07 100
30,05 100 23,11 100
kepiting bakau banyak dan mendukung kehadiran untuk pertumbuhan dan perkembangan kepiting bakau.
Rendahnya nilai kepadatan populasi kepiting bakau pada stasiun 1 disebabkan kondisi stasiun 1 sangat dekat dengan pemukiman penduduk yang mengakibatkan
banyaknya aktivitas masyarakat dan juga umumnya ditumbuhi vegetasi mangrove Rhizophora spp., Sonneratia spp., Hisbiscus tliaceus, Xylocarpus granatus sehingga
keadaan ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap keberadaan dan aspek kehidupan kepiting bakau.
Siahainenia 2000 menyatakan bahwa rendahnya nilai kepadatan kepiting bakau pada suatu ekosistem disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penurunan kualitas
lingkungan terutama akibat sedimentasi, konversi areal hutan untuk pembangunan pemukiman dan atau aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Mulya
2000 melaporkan kepadatan kepiting bakau di ekosistem mangrove Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur berkisar 186 indha – 621 indha,
sedang Siahainenia 2008 pada wilayah ekosistem mangrove Desa Blanakan, Tanjung Laut dan Mayangan, Jawa Barat, mendapatkan kepadatan kepiting bakau
secara berurutan berkisar antara 90 – 840 indha atau 0,9 – 8,4 ind100 m
2
; 90 – 460 indha atau 0,9 – 4,6 ind100 m
2
; dan 100 – 740 indha atau 0,1 – 7,4 ind 100 m
2
, selanjutnya Rosmaniar 2008 mendapatkan kepadatan kepiting bakau di perairan
Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang berkisar antara 3,14 indm
2
– 6,01 indm
2
Nilai Kepadatan Relatif kepiting bakau Scylla spp. pada stasiun penelitian di ekosistem mangrove Belawan mendapatkan hasil Kepadatan Relatif yang bervariasi.
Kepiting bakau jenis Scylla oceanica pada Stasiun 1 didapati Kepadatan Relatif KR10, Stasiun 2 dan 3 memiliki Kepadatan Relatif KR 20 dan Stasiun 4
didapati Kepadatan Relatif KR25, sedang hasil Kepadatan Relatif KR kepiting bakau jenis Scylla serrata pada keempat stasiun mendapatkan nilai Kepadatan Relatif
KR50. Hal ini menunjukkan bahwa kepiting bakau jenis Scylla serrata memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan perairan di ekosistem
mangrove Belawan dibandingkan dengan kepiting bakau jenis Scylla oceanica. Nazar .
2002 menyatakan perbedaan jumlah jenis kepiting bakau Scylla spp. pada suatu ekosistem disebabkan faktor hereditas secara genetis dan terjadinya selektivitas
terhadap beberapa kondisi lingkungan tertentu atau pemilihan pada relung-relung yang sesuai untuk kebutuhan fisiologisnya. Nilai keseluruhan frekuensi kehadiran
kepiting bakau jenis Scylla oceanica dan Scylla serrata mendapatkan nilai FK75. Soim 2003 menyatakan suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi kehidupan
dan perkembangbiakan suatu organisme apabila organisme tersebut memiliki nilai Kerapatan Relatif KR10 dan Frekuensi Kehadiran FK25. Berdasarkan hal
tersebut dapat dikatakan bahwa kepiting bakau jenis Scylla oceanica dan Scylla serrata yang terdapat pada keempat stasiun di ekosistem mangrove Belawan masih
memiliki kisaran toleransi cukup baik sehingga dapat hidup dan berkembang dengan baik.
4.4. Nilai Distribusi Morista