Nilai Distribusi Morista KESIMPULAN DAN SARAN 37

2002 menyatakan perbedaan jumlah jenis kepiting bakau Scylla spp. pada suatu ekosistem disebabkan faktor hereditas secara genetis dan terjadinya selektivitas terhadap beberapa kondisi lingkungan tertentu atau pemilihan pada relung-relung yang sesuai untuk kebutuhan fisiologisnya. Nilai keseluruhan frekuensi kehadiran kepiting bakau jenis Scylla oceanica dan Scylla serrata mendapatkan nilai FK75. Soim 2003 menyatakan suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi kehidupan dan perkembangbiakan suatu organisme apabila organisme tersebut memiliki nilai Kerapatan Relatif KR10 dan Frekuensi Kehadiran FK25. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa kepiting bakau jenis Scylla oceanica dan Scylla serrata yang terdapat pada keempat stasiun di ekosistem mangrove Belawan masih memiliki kisaran toleransi cukup baik sehingga dapat hidup dan berkembang dengan baik.

4.4. Nilai Distribusi Morista

Hasil pengukuran yang telah dilakukan di ekosistem mangrove Belawan menunjukkan bahwa nilai indeks distribusi kepiting bakau pada lokasi penelitian termasuk ke dalam pola distribusi berkelompok Tabel 4.. Tabel 4. Nilai Indeks Distribusi Morista pada Seluruh Stasiun Penelitian No Spesies Indeks Distribusi Keterangan 1. S. oceanica 1,107 Distribusi Berkelompok 2. S. serrata 1,732 Distribusi Berkelompok Secara keseluruhan tampak pada Tabel 4. bahwa nilai indeks distribusi kepiting bakau jenis Scylla oceaanica sebesar 1,107 dan nilai indeks distribusi kepiting bakau jenis Scylla serrata sebesar 1,732. Berdasarkan kriteria Bengen 1998 bahwa bila nilai indeks distribusi 1 - 0 maka tergolong pola distribusi acak, bila nilai indeks distribusi 1 0 maka tergolong pola distribusi normal, dan bila nilai indeks distribusi 1 0, maka tergolong ke dalam pola distribusi berkelompok Bengen, 1998. Selanjutnya Odum 1996 menyatakan bahwa pola distribusi berkelompok merupakan pola yang paling umum dijumpai di alam. Dikatakannya bahwa dalam pola distribusi berkelompok, kelompok – kelompok dapat sama atau berubah – ubah besarnya dan mereka dapat tersebar secara acak, seragam, atau berkelompok sendiri dengan ruang luas yang tidak terisi. Hal ini disebabkan karena kepiting bakau jenis Scylla oceanica dan Scylla serrata cenderung mencari habitat yang paling sesuai guna mendukung keberadaannya yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pola distribusinya. Sara 1994 menyatakan daerah terlindung yang bersubstrat lumpur dengan tingkat penggenangan yang baik serta ketersediaan makanan alami yang cukup merupakan habitat yang disenangi kepiting bakau. Suin 2002 menyatakan faktor fisik kimia yang hampir merata pada suatu habitat serta tersedianya makanan hewan yang hidup di dalamnya sangat menentukan hewan tersebut hidup berkelompok. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Mulya 2000 melaporkan bahwa nilai distribusi kepiting bakau di ekosistem mangrove Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur digolongkan ke dalam pola distribusi berkelompok. Nilai indeks distribusi kepiting bakau jenis S. oceanica berkisar antara Id = 1,19 – 1,50 dan S. serrata berkisar antara Id = 1,07 – 1,48. Selanjutnya Nazar 2002 mendapatkan indeks distribusi kepiting bakau di Perairan Karang Anyar, Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah digolongkan ke dalam pola distribusi berkelompok. Nilai Indeks distribusi kepiting bakau yang didapat sebesar Id = 2,80. Penelitian yang telah dilakukan Rosmaniar 2008 di perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang mendapatkan nilai indeks distribusi kepiting bakau berkisar antara Id = 0,48 – 0,68 digolongkan ke dalam pola distribusi genus beraturan. Nilai indeks distribusi kepiting bakau jenis S. oceanica sebesar Id = 0,48 dan nilai indeks distribusi kepiting bakau jenis S. serrata sebesar Id = 0,68. Siahainenia 2009 melaporkan mendapatkan nilai indeks distribusi kepiting bakau pada wilayah ekosistem mangrove Desa Passo tergolong berkisar antara Id = 0,2 – 1,1 dan digolongkan ke dalam pola distribusi berkelompok. 4.5. Analisis Korelasi Pearson antara Beberapa Parameter Fisik Kimia Perairan terhadap Indeks Kepadatan Kepiting Bakau Scylla spp. pada Tiap Stasiun Penelitian Berdasarkan hasil pengukuran faktor-faktor fisik-kimia yang telah dilakukan pada setiap stasiun penelitian dan selanjutnya dikorelasikan dengan kepadatan kepiting bakau, maka diperoleh nilai indeks korelasi seperti pada Tabel 5. berikut. Tabel 5. Nilai Analisis Korelasi Pearson dengan Parameter Fisik Kimia Perairan terhadap Indeks Kepadatan Kepiting Bakau Scylla spp. pada Stasiun penelitian Parameter Korelasi r Kepadatan Scylla serrata Kepadatan Scylla oceanic Suhu air -0,408 -0,752 pH air -0,758 -0,301 pH substrat +0,097 -0,577 Kecepatan arus -0,134 +0,327 Kedalaman +0,919 +0,943 Salinitas air +0,522 -0,147 Fraksi substrat pasir -0,994 -0,694 Fraksi substrat debu -0,240 -0,778 Fraksi substrat liat +0,692 +0,930 Kandungan Organik Substrat -0,127 +0,028 N total +0,106 +0,197 P substrat +0,627 +0,609 DO -0,398 -0,708 BOD 5 +0,091 -0,542 Nitrat +0,496 +0,135 Fosfat +0,332 +0,058 Keterangan : 0,00 - 0,199 = Sangat rendah 0,20 - 0,399 = Rendah 0,40 - 0,599 = Sedang 0,60 - 0,799 = Kuat 0,80 – 1,00 = Sangat kuat + = Korelasi searah - = Korelasi berlawanan = Berpengaruh sangat kuat Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa hasil uji analisis korelasi antara faktor fisik kimia perairan dengan kepadatan kepiting bakau Scylla spp. berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya. Analisis korelasi kepiting bakau didapatkan nilai pH substrat, Salinitas air, Fraksi substrat liat, N total, P substrat, BOD 5 Parameter fisik kimia perairan seperti Suhu air, pH air, pH substrat, Salinitas air, Fraksi substrat pasir, Fraksi substrat debu, DO, dan BOD , Nitrat dan Fosfat, berkorelasi positif dengan kepadatan kepiting bakau Scylla serrata. Sedangkan Suhu air, pH air, kecepatan arus, Fraksi substrat pasir, Fraksi substrat debu, Kandungan organik substrat, dan DO berkorelasi negatif dengan kepadatan kepiting bakau Scylla serrata. Fraksi substrat pasir berkorelasi negatif berpengaruh sangat kuat terhadap kepadatan kepiting bakau Scylla serrata, sedang kedalaman berkorelasi positif berpengaruh sangat kuat terhadap kepadatan kepiting bakau Scylla serrata. Hal ini menggambarkan bahwa apabila pada stasiun penelitian didapatkan fraksi substrat pasir tinggi akan menyebabkan kepadatan kepiting bakau S. serrata rendah, begitu juga sebaliknya. Fraksi pasir tidak memberikan peran yang cukup besar sebagai habitat yang sesuai untuk perkembangan kepiting bakau terutama S. serrata. Oshiro 1991 menyatakan substrat berpasir akan menampakkan kandungan bahan organik yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tipe substrat lain karena arus yang kuat pada substrat berpasir tidak hanya menghanyutkan partikel sedimen yang berukuran kecil, namun akan menghanyutkan pula bahan organik yang ada. 5 , berkorelasi negatif dengan kepadatan kepiting bakau Scylla oceanica. Sedang Kecepatan arus, Kedalaman, Fraksi substrat liat, Kandungan organik substrat, N total, P substrat, Nitrat dan Fosfat, berkorelasi positif terhadap kepadatan kepiting bakau Scylla oceanica. Kedalaman dan Fraksi substrat liat berkorelasi positif berpengaruh sangat kuat terhadap kepadatan kepiting bakau Scylla oceanica. Kordi 2000 menyatakan tanah liat dan berlumpur merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kepiting bakau. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan