BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah :
1. Akibat hukum perseroan terbatas yang dijatuhi putusan pailit dalam hal kepailitan
badan hukum perseroan terbatas setelah berakhirnya kepailitan, bubar atau tidaknya perseroan tergantung kepada keputusan hakim atas adanya permohonan
pembubaran perseroan karena di dalam Undang-Undang kepailitan dan Undang- Undang perseroan terbatas tidak adanya pengaturan mengenai pembubaran demi
hukum perseroan terbatas secara terperinci sebagai bagaimana di dalam KUHD yang mengatur alasan pembubaran perseroan terbatas.
2. Perlindungan hukum terhadap hak-hak karyawan dalam kepailitan perseroan
adalah melindungi hak-hak dan kepentingan dari para karyawan selaku stakeholder perseroan, harus memenuhi berbagai ketentuan di dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai perlindungan hukum terhadap hak-hak karyawan di dalam kepailitan perseroan dengan maksud agar karyawan perseroan
dan perseroan itu sendiri tidak dirugikan oleh tindakan-tindakan di luar dari perseroan, maka harus memberikan hak-hak karyawan selaku stakeholders
internal berdasarkan amanat pasal 95 ayat 4 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang berbunyi dalam hal perseroan dinyatakan pailit atau
dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang berlaku maka upah
Universitas Sumatera Utara
dan hak-hak lain merupakan utang yang di dahului pembayarannya. Apabila perseroan melanggar ketentuan dalam Undang-Undang ketenagakerjaan, maka
organ perseroan yang paling bertanggung jawab terhadap perlindungan hak-hak karyawan yang dirugikan akibat kepailitan perseroan.
3. Kewenangan pengadilan niaga dalam tuntutan karyawan atas upah atau uang
pesangon yang tidak di bayar oleh perseroan, berlakunya UU Kepailitan No 37 Tahun 2004 telah memindahkan kewenangan mutlak absolut dari pengadilan
umum untuk memeriksa permohonan pailit, dengan menetapkan pengadilan niaga sebagai pengadilan yang memiliki kewenangan untuk menerima permohonan
kepailitan dan penundaan pembayaran utang PKPU. Kepentingan karyawan terhadap suatu perseroan yang dinyatakan pailit adalah berkaitan dengan
pembayaran upah dan pesangon. Di dalam proses karyawan perseroan berkedudukan sebagai kreditur preferen yang artinya kreditor yang tidak dapat
mengajukan kepailitan ke pengadilan niaga tetapi sebagai kreditor yang memiliki hak istimewa atau hak prioritas di dalam pembayaran upah dan uang pesangon
akibat putusan pailit terhadap perseroan tempatnya bekerja. Tetapi terjadi insolvensi parah artinya tidak ada lagi biaya yang dapat dibayarkan dari harta
pailit perseroan di mana hanya cukup membayar biaya perkara, tagihan pajak dan utang terhadap kreditor separatis dan konkuren. Di dalam kondisi tersebut, mau
tidak mau maka pekerja tidak akan mendapatkan apa-apa.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran