Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian Tinjauan Pustaka

Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang telah dipaparkan di atas, demi meningkatkan perlindungan terhadap spesies langka secara internasional pada umumnya dan nasional khususnya, maka penting untuk diteliti hal-hal yang berkaitan dengan peran CITES dalam perlindungan spesies langka.

B. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan tentang perdagangan spesies langka dalam kerangka CITES? 2. Bagaimana peran CITES dalam mencegah kepunahan spesies langka secara global? 3. Bagaimana pengaturan hukum nasional yang berkaitan dengan CITES di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaturan mengenai perdagangan spesies langka dalam kerangka CITES. 2. Untuk mengetahui peran CITES dalam mencegah kepunahan spesies langka secara global. 3. Untuk mengetahui pengaturan hukum nasional yang berkaitan dengan CITES di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Secara teoritis penulisan ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang peranan CITES dalam perlindungan spesies langka. b. Secara praktis, untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat terutama memberikan informasi ilmiah mengenai pentingnya perlindungan spesies langka.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan peranan CITES dalam mencegah kepunahan spesies-spesies langka, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak dan elektronik. Dan sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini, telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bila di kemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu menjadi tanggung jawab penulis sendiri.

E. Tinjauan Pustaka

1. CITES Universitas Sumatera Utara CITES Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah Fauna dan Flora Liar adalah perjanjian internasional antara pemerintah. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa perdagangan internasional spesimen hewan liar dan tanaman tidak mengancam kelangsungan hidup mereka. Meluasnya informasi saat ini tentang status terancam punah beberapa spesies, seperti harimau dan gajah, mungkin membuat kebutuhan seperti konvensi tampak jelas. Tetapi pada saat ide-ide untuk pertama kali dibentuk CITES, pada tahun 1960, diskusi internasional dari regulasi perdagangan satwa liar untuk tujuan konservasi adalah sesuatu yang relatif baru. Dengan melihat ke belakang, kebutuhan untuk CITES jelas. Setiap tahun, perdagangan satwa internasional diperkirakan bernilai miliaran dolar dan untuk memasukkan ratusan juta spesimen tumbuhan dan hewan. Perdagangan yang sangat beragam, mulai dari binatang hidup dan tanaman untuk array yang luas dari produk satwa liar yang berasal dari mereka, termasuk produk makanan, barang kulit eksotis, alat musik kayu, kayu, benda antik wisata dan obat- obatan. Tingkat eksploitasi dari beberapa hewan dan spesies tanaman yang tinggi dan perdagangan di dalamnya, bersama dengan faktor lain, seperti hilangnya habitat, mampu sangat menguras populasi mereka dan bahkan membawa beberapa spesies hampir punah. Banyak spesies satwa liar dalam perdagangan tidak terancam, tapi keberadaan perjanjian untuk menjamin keberlanjutan perdagangan penting untuk menjaga sumber daya untuk masa depan. Universitas Sumatera Utara Karena perdagangan satwa dan tumbuhan melintasi perbatasan antar negara, upaya untuk mengatur hal itu membutuhkan kerjasama internasional untuk melindungi spesies tertentu dari eksploitasi berlebihan. CITES dikandung dalam semangat kerja sama tersebut. Hari ini, sesuai berbagai tingkat perlindungan terhadap lebih dari 30.000 spesies hewan dan tanaman, apakah mereka diperdagangkan sebagai spesimen hidup, mantel bulu atau herba kering. CITES dirancang sebagai akibat dari resolusi yang diadopsi pada tahun 1963 pada pertemuan anggota IUCN Uni Konservasi Dunia. Teks Konvensi itu akhirnya disepakati pada pertemuan perwakilan dari 80 negara di Washington DC, Amerika Serikat., Pada tanggal 3 Maret 1973, dan pada 1 Juli 1975 CITES masuk berlaku. Asli Konvensi diendapkan dengan Pemerintah Penyimpan dalam, bahasa Cina, Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol, masing-masing versi yang otentik. CITES adalah perjanjian internasional dimana negara-negara mematuhi secara sukarela. Negara yang telah setuju untuk terikat oleh Konvensi bergabung dengan CITES dikenal sebagai Pihak. Walaupun CITES mengikat secara hukum pada Pihak - dengan kata lain mereka harus menerapkan Konvensi - tidak mengambil tempat hukum nasional. Melainkan menyediakan kerangka kerja yang harus dihormati oleh setiap Pihak, yang telah mengadopsi undang-undang dalam negeri sendiri untuk memastikan bahwa CITES diimplementasikan di tingkat nasional. Universitas Sumatera Utara Selama bertahun-tahun CITES telah antara kesepakatan konservasi dengan keanggotaan terbesar, dengan sekarang 175 Pihak. 2. Spesies Langka Spesies langka adalah organisme yang sangat sulit dicari karena jumlahnya yang sedikit. Istilah ini dapat digunakan untuk binatang ataupun tanaman, yang bisa dikategorikan genting atau spesies terancam. Pengkategorian spesies langka bisa dilakukan oleh suatu lembaga seperti pemerintah suatu negara ataupun propinsi. Namun, istilah ini sering digunakan tanpa memiliki batas kriteria yang spesifik. Umumnya hanya digunakan dalam diskusi ilmiah. 9

F. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Perdagangan Hewan Terancam Punah Menurut Convention Trade In Endangered Species Of Flora Fauna

6 38 110

Perbandingan Hukum antara Pengaturan Perlindungan Satwa Liar yang Dilindungi di Indonesia dan di Australia Dikaitkan dengan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

0 1 39

IMPLEMENTASI CONVENTION ON THE INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA (CITES) 1973 DALAM MENGENDALIKAN PERDAGANGAN IKAN NAPOLEON WRASSE SEBAGAI SPESIES YANG TERANCAM PUNAH D.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM BURUNG JALAK BALI MENURUT CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA.

2 22 78

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional T1 312007058 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional T1 312007058 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional T1 312007058 BAB IV

0 0 4

PENGESAHAN AMANDEMEN 1979 ATAS CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA, 1973

0 1 2

MEMBANGUN SISTEM HUKUM PERDAGANGAN HARIMAU SUMATERA DI INDONESIA BERDASARKAN CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA (CITES)

0 0 13