Ratifikasi CITES di Indonesia

BAB IV PENGATURAN HUKUM NASIONAL INDONESIA YANG BERKAITAN DENGAN CITES

A. Ratifikasi CITES di Indonesia

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertingi di dunia, termasuk tingkat endemisme yang tinggi. Tingkat endemisme yang tinggi yang dilengkapi dengan keunikan tersendiri membuat Indonesia memiliki peran yang penting dalam perdagangan flora dan fauna di dunia, sehingga Indonesia menjadi salah satu pemasok terbesar perdagangan fauna dan flora dunia. Hal ini tentu saja merupakan peluang yang besar bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan kekayaan tumbuhan dan satwanya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, termasuk bagi masyarakat yang tinggal di sekitar habitat satwa. Namun, pemanfaatan ini memang harus betul-betul memperhatikan kondisi populasi berbagai jenis tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan agar dapat diperoleh pemanfaatan secara berkelanjutan. Berdasarkan keinginan untuk memanfaatkan tumbuhan dan satwa secara berkelanjutan, Indonesia telah turut meratifikasi Convention on International Trade in Endangered of Wild Flora and Fauna CITES melalui Keppres No. 43 tahun 1978. Harus diakui bahwa walaupun sudah diratifikisi dalam waktu yang cukup lama, tetapi peraturan CITES belum dapat diimplementasikan secara Universitas Sumatera Utara optimal untuk mendukung perdagangan tumbuhan dan satwa yang berkesinambungan. Peraturan CITES mulai dari keharusan memiliki peraturan di tingkat nasional, penentuan kuota, mekanisme kontrol pengambilan tumbuhan dan satwa di alam hingga pengawasan lalu lintas perdagangannya masih belum terlaksana dengan baik. Indonesia pernah memperoleh ancaman ‘total trade ban’ dari sekretariat CITES karena dianggap tidak cukup memiliki peraturan nasional yang memadai yang dapat dipergunakan untuk mendukung implementasi CITES, sementara di sisi lain, ternyata pemahaman dari seluruh pemangku pihak stake holders tentang CITES serta manfaatnya masih belum utuh sehingga seringkali menimbulkan salah pengertian yang tentu saja tidak kondusif untuk mendukung pelaksanaan CITES. 26

B. Perlindungan Spesies Langka di Indonesia

Dokumen yang terkait

Perdagangan Hewan Terancam Punah Menurut Convention Trade In Endangered Species Of Flora Fauna

6 38 110

Perbandingan Hukum antara Pengaturan Perlindungan Satwa Liar yang Dilindungi di Indonesia dan di Australia Dikaitkan dengan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

0 1 39

IMPLEMENTASI CONVENTION ON THE INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA (CITES) 1973 DALAM MENGENDALIKAN PERDAGANGAN IKAN NAPOLEON WRASSE SEBAGAI SPESIES YANG TERANCAM PUNAH D.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM BURUNG JALAK BALI MENURUT CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA.

2 22 78

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional T1 312007058 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional T1 312007058 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional T1 312007058 BAB IV

0 0 4

PENGESAHAN AMANDEMEN 1979 ATAS CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA, 1973

0 1 2

MEMBANGUN SISTEM HUKUM PERDAGANGAN HARIMAU SUMATERA DI INDONESIA BERDASARKAN CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA (CITES)

0 0 13