Kesimpulan Peranan Convention on International Trade in Endagered Species of Wild Fauna and Flora dalam Mencegah Kepunahan Spesies Langka dan Pengaturan Hukum Nasionalnya di Indonesia

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengaturan tentang perdagangan spesies langka yang digunakan oleh CITES adalah berdasarkan mekanisme regulasi appendiks. Satwa dan tumbuhan yang dianggap harus dilindungi dan diatur dimasukkan ke dalam tiga jenis appendiks. Jenis yang termasuk ke dalam Appendiks I adalah jenis yang jumlahnya di alam sudah sangat sedikit dan dikhawatirkan akan punah. Perdagangan komersial untuk jenis-jenis yang termasuk ke dalam Appendiks I ini sama sekali tidak diperbolehkan. Suatu jenis yang pada saat ini tidak termasuk ke dalam kategori terancam punah namun memiliki kemungkinan untuk terancam punah jika perdagangannya tidak diatur, dimasukkan dalam Appendiks II. Kriteria berdasarkan Appendiks III tidak jauh berbeda dari Appendiks II. Perbedaannya adalah jenis yang termasuk dalam Appendiks III diberlakukan khusus oleh suatu negara tertentu. Meskipun CITES telah mencoba membuat ketetapan untuk membantu negara anggota agar dapat melaksanakan CITES secara efektif, ternyata masih terdapat kelemahan-kelemahan pada beberapa peraturan. Seperti peraturan yang berhubungan dengan pertukaran satwa antar kebun binatang. Kebun binatang memiliki kecenderungan untuk Universitas Sumatera Utara sering melakukan pertukaran satwa yang terancam punah, agar mereka dapat memperoleh nilai tambah dan meningkatkan kualitas kebun binatang. Peraturan lain mengenai kepemilikan terhadap barang pribadi juga riskan, karena dapat saja seseorang membawa spesimen dalam jumlah yang besar dengan menggunakan hak kekebalan diplomatik. Dalam Konvensi CITES tidak ada pasal yang khusus mengatur mengenai sanksi, jika terjadinya pelanggaran diberikan sanksi berupa pemberian saran maupun peringatan kepada pihak terkait atau dapat juga berupa pencabutan dana yang diberikan, pencabutan bantuan teknis atau penarikan denda sesuai dengan kesepakatan. 2. CITES telah berperan sangat besar dalam perlindungan spesies yang terancam punah secara global dimana s elama lebih dari dua dekade terakhir, CITES telah menbantu memastikan konservasi spesies secara global. Sejak berlakunya CITES hingga saat ini, tidak ada spesies yang masuk dalam daftar CITES menjadi punah. CITES merupakan perpaduan antara Trade threaty dan Conservation threaty. Namun dalam COP terakhir COP 15 yang diadakan di Doha, Qatar memberi kekecewaan besar bagi para konservasionis sebab keputusan pada COP ini lebih berpihak kepada ekonomi daripada konservasi. 3. Indonesia telah turut meratifikasi CITES Convention on International Trade in Endangered of Wild Flora and Fauna melalui Keppres No. 43 tahun 1978. Penyelundupan hewan dan tumbuhan dari Indonesia melewati lintas batas wilayah negara sering terjadi, dan tidak sedikit yang berhasil Universitas Sumatera Utara lolos karena pengawasan di beberapa daerah belum maksimal. Hal ini menandakan belum dicapainya perlindungan yang optimal terhadap spesies langka yang ada di Indonesia. Ada beberapa kendala pelaksanaan CITES di Indonesia: 1. Pemahaman CITES masih kurang 2. Data ilmiah kurang untuk mendukung kuota 3. Penegakan hukum belum optimal 4. Komitmen yang masih lemah Dengan adanya beberapa kendala dalam pelaksanaan CITES di Indonesia, maka tidak akan tercapai peningkatan efektifitas CITES di Indonesia.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Perdagangan Hewan Terancam Punah Menurut Convention Trade In Endangered Species Of Flora Fauna

6 38 110

Perbandingan Hukum antara Pengaturan Perlindungan Satwa Liar yang Dilindungi di Indonesia dan di Australia Dikaitkan dengan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

0 1 39

IMPLEMENTASI CONVENTION ON THE INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA (CITES) 1973 DALAM MENGENDALIKAN PERDAGANGAN IKAN NAPOLEON WRASSE SEBAGAI SPESIES YANG TERANCAM PUNAH D.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM BURUNG JALAK BALI MENURUT CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA.

2 22 78

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional T1 312007058 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional T1 312007058 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum terhadap Spesies Langka Flora dan Fauna Liar dalam Ranah Hukum Internasional dan Hukum Nasional T1 312007058 BAB IV

0 0 4

PENGESAHAN AMANDEMEN 1979 ATAS CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA, 1973

0 1 2

MEMBANGUN SISTEM HUKUM PERDAGANGAN HARIMAU SUMATERA DI INDONESIA BERDASARKAN CONVENTION ON INTERNATIONAL TRADE IN ENDANGERED SPECIES OF WILD FAUNA AND FLORA (CITES)

0 0 13