20
4. Evaluasi Diri Self-evaluation
Bertolak dari apa yang sudah dipelajari, dapat menarik kesimpulan
berdasarkan atas informasi yang ditemukan
Melakukan penilaian diri sendiri atas keterampilan informasinya
Mengidentifikasikan strategi keterampilan informasi yang berhasil
2.1.6. Standar Literasi Informasi AASL American Association of School Librarian bagi pelajar
AASL membuat standar yang menggambarkan sebuah konseptual umum mengenai siswa yang memiliki kemampuan literasi informasi. Sebenarnya standar
ini terdiri dari 3 kategori, 9 standar, dan 29 indikator. Namun, kali ini yang akan dibahas hanya Standar Literasi Informasi saja. Standar ini dibuat secara umum
sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pihak. Dalam penelitian ini, standar literasi informasi AASL dipilih sebagai
standar yang digunakan untuk mengidentifikasi penerapan literasi informasi di sekolah rumah. Standar AASL dipilih karena merupakan standar literasi yang
cocok digunakan untuk sekolah serta pelajar dapat dengan mudah mengaplikasikannya dalam memecahkan masalah informasi mereka.
Standar-standar literasi informasi menurut AASL, yaitu: a.
Standar 1, mampu mengakses informasi secara efektif dan efisien Indikatornya yaitu:
- Mengetahui kebutuhan informasi
- Mengetahui keakuratan dan komprehensif suatu informasi
sebagai dasar pembuatan keputusan -
Membuat pertanyaan berdasarkan kebutuhan informasi -
Mengidentifikasi beragamnya sumber informasi -
Mengembangkan suatu strategi pencarian untuk mendapatkan informasi.
b. Standar 2, mampu mengevaluasi informasi secara kritis dan
kompeten Indikatornya yaitu:
-
Menentukan keakuratan dan relevansi suatu informasi -
Dapat membedakan antara fakta, pandangan serta pendapat -
Mengetahui informasi yang tidak akurat dan menyesatkan -
Memilih informasi yang sesuai dengan permasalahan. c.
Standar 3, mampu menggunakan informasi secara akurat dan efektif
21
Indikatornya yaitu: -
Dapat menciptakan suatu pengetahuan baru -
Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah -
Menyajikan informasiide dalam format yang sesuai.
2.1.7. Literasi Informasi dan Pembelajaran Sepanjang Hayat
Secara umum, dalam sekolah rumah proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya. Hal ini berarti kegiatan belajar
menjadi tanpa batas, khususnya dalam pendekatan unschooling. Karena belajar sama alaminya dengan bernafas. Dengan demikian belajar menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari dan dilakukan selamanya hingga akhir hayat. Pembelajar sepanjang hayat adalah seseorang yang dapat menyerap membaurkan berbagai
jenis sudut pandang, menyesuaikan diri dengan perubahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat American Association of School Librarians, 1998.
Konsep belajar sepanjang hayat dicetuskan oleh UNESCO pada tahun 1972, hampir berdekatan dengan konsep literasi informasi yang dikemukakan oleh
Zurkowsky pada tahun 1974 Candy, 2002. Konsep pembelajaran sepanjang hayat juga ada dalam konsep literasi informasi, seperti yang disebutkan UNESCO,
dalam Progue Declaration yang dideklarasikan dalam Information Literacy Meeting Experts tahun 2003, disebutkan bahwa literasi informasi mengarahkan
pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi seseorang dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan secara
efektif menciptakan, menggunakan, mengkomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi juga merupakan persyaratan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat informasi dan merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat. Menurut Bundy 2004, literasi informasi adalah
dasar dari pembelajaran mandiri dan pembelajaran sepanjang hayat. Alexandria Proclamation 2005 yang dideklarasikan dalam High-Level Colloquium on
Information Literacy and Lifelong Learning pada tanggal 9 November 2005 di Alexandria, Mesir, menyatakan bahwa literasi informasi adalah inti dari
pembelajaran sepanjang hayat. Literasi informasi memberdayakan seseorang dalam mencari, mengevaluasi, menggunakan dan menciptakan informasi secara
22
efektif untuk mencapai tujuan pribadi, sosial, pekerjaan dan pendidikan. Literasi informasi juga merupakan hak asasi manusia. Pembelajaran sepanjang hayat
memungkinkan seseorang, komunitas dan bangsa untuk mencapai tujuan dan berbagi keuntungan serta kesempatan untuk mengembangkan diri di dunia global.
Dalam Guidelines on Information Literacy for Lifelong Learning yang diterbitkan oleh IFLA pada tahun 2006, Lau mengemukakan literasi informasi dan
pembelajaran sepanjang hayat memiliki hubungan timbal balik yaitu: a.
Keduanya berdiri sendiri, tidak membutuhkan mediasi dari luar tetapi terbuka untuk menerima saran dan bimbingan dari orang lain, misalnya
mentor.
b. Literasi informasi dan pembelajaran sepanjang hayat merupakan
pemberdayaan diri sendiri. Keduanya ditujukan untuk membantu setiap orang tanpa membedakan status ekonomi, gender, agama dan
ras.
c. Keduanya dapat mempengaruhi untuk berbuat sesuatu memotivasi.
Semakin melek informasi dan terbiasa menerapkan literasi informasi dalam hidupnya, maka kemungkinan mendapat pencerahan self-
enlightenment pun lebih besar. Khususnya jika ia dapat menerapkan seumur hidup.
d. Partisipasi yang efektif dengan lingkungan sosial, kebudayaan, dan
politik serta mengidentifikasi dan memenuhi aspirasi dan tujuan professional.
Lau juga mengemukakan bahwa literasi informasi dan pembelajaran sepanjang hayat digunakan secara bersamaan maka akan meningkatkan:
a. Kesempatan untuk memilih dari pilihan yang ada maupun yang
ditawarkan sebagai individu dalam konteks masalah pribadi, keluarga dan masyarakat.
b. Kualitas dan manfaat penelitian dan pelatihan di sekolah sebelum
memasuki dunia kerja dan pelatihan. c.
Prospek dalam mencari dan mempertahankan pekerjaan serta meningkatkan jenjang karir dengan cepat, membuat kebijakan
ekonomi dan keputusan bisnis.
Literasi informasi sebagai salah satu bekal kecakapan hidup tentu saja menunjang siswa sekolah rumah dalam hal pembelajaran sepanjang hayat
lifelong learning. Dalam sekolah rumah, salah satu aspek yang dibina adalah keterampilankecakapan hidup life skills. Literasi informasi adalah seperangkat
keterampilan skills yang dapat dipelajari, sedangkan pembelajaran sepanjang
23
hayat merupakan kebiasaan habit yang dibutuhkan dan harus disertai dengan kerangka berpikir yang positif. Kemauan untuk berubah dan haus akan ilmu
pengetahuan merupak kunci dalam pembelajaran sepanjang hayat. Lau, 2006
2.2. Homeschooling 2.2.1. Pengertian Homeschooling
Menurut Sumardiono 2009, 92 homeschooling adalah “sebuah proses pendidikan yang terkostumisasi customized education sesuai kebutuhan anak
dan kondisi keluarga dengan proses belajar mengajar yang dilakukan di rumah”. Menurut Olivia yang dikutip oleh Setyowati 2010, 1 menyatakan bahwa:
Homeschooling adalah sebuah tindakan proaktif untuk turut campur di dalam pendidikan anak kita dan bertanggung jawab untuk memberikan
sebuah kecintaan terhadap belajar. Sehingga orang tua bisa ikut serta untuk mengawasi, mendorong, mengeksplorasi dan mengembangkan potensi dari
anak mereka secara langsung.
Sedangkan menurut Ahsin 2008, 183 menyatakan bahwa: Homeschooling atau sekolah rumah merupakan sistem pendidikan yang
dilakukan di rumah dan merupakan sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara at home.
Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa homeschooling adalah model belajar alternatif selain di sekolah, orang tua bertanggung jawab penuh,
pembelajaran tidak selalu dengan orang tua sebagai fasilitator, suasana belajar kondusif dan tujuannya agar setiap potensi unik anak berkembang maksimal.
Selain itu, homeschooling menurut Rachman 2007, 18 adalah: Secara etimologis homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah.
Sedangkan secara hakiki homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subyek dengan pendekatan pendidikan at
home. Dengan pendekatan ini anak merasa nyaman. Mereka bisa belajar sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing; kapan saja dan di mana
saja, sebagaimana ia tengah berada di rumahnya sendiri
Sedangkan menurut Academy 2011, 3 menyatakan bahwa: Home-education literally means teaching or having your children taught
in the privacy of your own home. The home-educating family has full control over the education of the child including choosing the curiculum,
24
choosing the school schedule, choosing whether or not to assign grades to their children’s work, and choosing whether or not to give their children
test. Pendidikan rumah berarti mengajarkan atau mendapatkan anak-anak anda diajarkan pada tempat khusus di rumah anda. Pendidikan rumah
memiliki kontrol penuh atas pendidikan anak termasuk memilih kurikulum, memilih jadwal sekolah dan memilih antara memberikan tugas
kelas kepada anak, dan memilih antara memberikan tes atau tidak pada anak-anak.
Di dalam sistem pendidikan Indonesia, keberadaan homeschooling adalah legal. Keberadaan homeschooling memiliki dasar hukum yang jelas di dalam
UUD 1945 maupun di dalam UU No.202003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Sekolah disebut jalur pendidikan formal, homeschooling disebut jalur
pendidikan informal. Siswa homeschooling dapat memiliki ijazah sebagaimana siswa di sekolah dan dapat melajutkan sekolah ke Perguruan Tinggi manapun jika
menghendakinya. Dengan demikian keluarga yang memilih homeschooling tetap mendapat pengakuan di masing-masing kelompok, selain itu pemerintah juga
dapat memantau mutu pendidikan yang dilakukan secara informal. Pengakuan adanya homeschooling di Indonesia semakin dipertegas dengan dikeluarkannya
kesepakatan pada tanggal 7 Januari 2007, oleh Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas PLS Depdiknas dengan Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan
Alternatif ASAHPENA. Ada beberapa klasifikasi homeschooling menurut Adilistiono 2010, 36,
yaitu: a.
Homeschooling Tunggal Homeschooling tunggal dilaksanakan oleh orang tua dalam satu
keluarga tanpa bergabung dengan keluarga lainnya karena hal tertentu atau karena lokasi yang berjauhan.
b. Homeschooling Majemuk
Homeschooling majemuk dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan
oleh orang tua masing-masing. Alasannya: terdapat kebutuhan- kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk
melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga misalnya keluarga atlet tenis, keahlian musikseni,
kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan.
c. Homeschooling Komunitas
Homeschooling komunitas merupakan gabungan beberapa
homeschooling yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar,
25
kegiatan pokok olah raga, musikseni, dan bahasa, saranaprasarana dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran
antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.
Berdasarkan pengertian homeschooling yang diuraikan di atas maka definisi homeschooling adalah suatu proses pendidikan yang diselenggarakan oleh
keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya yang masih usia sekolah, dengan memilih model atau kurikulum yang sesuai dengan gaya belajar anak. Pendidikan
yang dapat dilakukan di mana saja dan membuat anak merasa bebas tanpa paksaan.
2.2.2. Tujuan Homeschooling
Pendidikan informal melalui homeschooling berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional, sekaligus memperluas akses terhadap pendidikan dasar dan menengah. Adapun
tujuan homeschooling yaitu: 1.
Untuk menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari keluarga yang menentukan
pendidikan anaknya melalui homeschooling.
2. Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia muda
dan orang dewasa melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup.
3. Untuk menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar menengah.
4. Untuk melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan
kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannya. Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2006, 12
Sedangkan menurut Ma ‟mur 2012, 67 tujuan homeschooling, yaitu :
a. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu
bagi peserta didik yang berasal dari anak dan keluarga yang memilih jalur homeschooling.
b. Menjamin pemerataan dan kemudahan akses pendidikan bagi setiap
individu untuk proses pembelajaran akademik dan kecakapan hidup. c.
Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu
pendidikannya.
26
Jadi, homeschooling merupakan aktifitas pembelajaran yang dilakukan di rumah dan disesuaikan pada kebutuhan pribadi dan kebutuhan lingkungan, serta
tantangan perkembangan zaman.
2.2.3. Alasan Orang Tua Memilih Homeschooling