Modulus tarik E menggambarkan ukuran ketahanan terhadap tegangan tarik.
Gambar 2.7 Grafik Tegangan-Regangan Sumber: Nesti Prianti Nababan, 2011
2.7.3 Pengujian Termal Kemampuan Nyala dan Katahanan Nyala
Pengujian ketahanan nyala api dilakukan sesuai sifat bahan yang sangat mudah menyala seperti bahan yang terkandung didalamnya yaitu seluloid dan
yang dapat habis terbakar sendiri secara spontan walaupun api dipadamkan setelah penyalaan polikarbonat. Pengujian nyala api dilakukan dengan tujuan
untuk mengembangkan polimer dan serat-serat yang tak dapat nyala.
Dengan mengembangkan polimer dan serat yang tak dapat nyala dapat mengurangi gas-gas berasap dan beracun yang terbentuk selama proses
pembakaran. Ketahanan nyala api dilakukan dengan cara membakar ujung bahan dengan api yang berasal dari pembakar bunsen. Cara ini telah ditetapkan dalam
JIS-K6911-1970 dan ASTM-D635-1974. Waktu yang diperlukan agar spesimen
Universitas Sumatera Utara
menyala disebut waktu penyalaan dan panjang spesimen yang terbakar disebut jarak bakar.
Adapun kategori kemampuan nyala dapat di kategorikan : 1. Mampu nyala : terbakar lebih lama dari 180 detik dengan nyala.
2. Habis terbakar : jarak bakar lebih dari 25 mm tapi kurang dari 100mm. 3. Tak mampu nyala : jarak bakar kurang dari 25 mm.
Gambar 2.8 Skema kerja alat uji nyala Surdia, 1995
2.7.4 Scanning Electron Microscopy
Scanning Elektron Microscope SEM merupakan alat yang dapat
membentuk bayangan permukaan. Struktur permukaan suatu benda uji dapat dipelajari dengan mikroskop elektron pancaran karena jauh lebih mudah
mempelajari struktur permukaan itu secara langsung. Pada SEM suatu berkas insiden elektron yang sangat halus di-scan
menyilangi permukaan sampel dalam sinkronisasi dengan berkas tersebut dalam tabung sinar katoda. Elektron-elektron yang akan terhambur digunakan untuk
memproduksi sinyal yang memodulasi berkas dalam tabung sinar katoda, yang memproduksi suatu citra dengan kedalaman medan yang besar dan penampakan
Universitas Sumatera Utara
yang hampir tiga dimensi. SEM memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi sekitar 100 Å Stevens, 2001.
SEM adalah jenis mikroskop elektron yang gambar permukaan sampel dipindai dengan menggunakan sinar elektron berenergi tinggi dalam pola
pemindai pixel Mikroskop Pemindai Elektron SEM adalah mikroskop yang menggunakan hamburan elektron dalam membentuk bayangan. Elektron
berinteraksi dengan atom-atom yang membentuk sampel menghasilkan sinyal yang berisi informasi tentang topografi permukaan sampel, komposisi dan sifat-
sifat lain seperti konduktivitas listrik
Alat ini memiliki banyak keuntungan jika dibandingkan dengan menggunakan mikroskop cahaya. SEM menghasilkan bayangan dengan resolusi
yang tinggi, yang maksudnya adalah pada jarak yang sangat dekat tetap dapat menghasilkan perbesaran yang maksimal tanpa memecahkan gambar Persiapan
sampel relatif mudah Kombinasi dari perbesaran kedalaman jarak fokus, resolusi yang bagus, dan persiapan yang mudah, membuat SEM merupakan satu dari alat-
alat yang sangat penting untuk digunakan dalam penelitian saat ini
Konsep awal yang melibatkan teori Scanning Elektron Microscope SEM pertama kali diperkenalkan di Jerman 1935 oleh M. Knoll. Konsep
standar dari SEM modern dibangun oleh von Ardenne pada tahun 1938 yang ditambahkan scan kumparan ke mikroskop elektron transmisi. Desain SEM
dimodifikasi oleh Zworykin pada tahun 1942 ketika bekerja untuk RCA Laboratories di Amerika Serikat. Desain kembali direkayasa oleh CW pada tahun
1948 seorang profesor di Universitas Cambridge. Sejak itu, semakin banyak bermunculan kontribusi signifikan yang mengoptimalkan perkembangan modern
mikroskop elektron.
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan dari SEM adalah bahwa tidak diperlukan penyiapan sampel secara khusus Tebal sampel tidak masalah bagi SEM seperti halnya pada
Transmission Electron Microscopy TEM. Oleh karena itu sampel tebal dapat juga dianalisa dengan SEM asalkan dapat ditaruh di atas tatakan sampelnya
Hampir semua bahan non-konduktor yang dianalisa dengan SEM perlu dilapisi dengan lapisan tipis pada permukaannya dengan bahan konduktor Lapisan ini
penting untuk meniadakan atau mereduksi muatan listrik yang tertumpuk secara cepat dibahan non-konduktor pada saat disinari dengan berkas elektron energi
tinggi Bahan pelapisan yang biasa dipakai adalah emas atau karbon Bila lapisan ini tidak ada maka pada sampel non-konduktor akan menghasilkan distorsi,
kerusakan thermal dan radiasi yang dapat merusak material sampel Pada situasi yang ekstrim, sampel dapat memperoleh muatan yang cukup untuk melawan
berkas elektron yang jatuh padanya sehingga sampel ini bertindak sebagai cermin
Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain memerlukan kondisi vakum, hanya menganalisa permukaan, resolusi lebih rendah dari TEM, dan
sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis logam seperti mikroskop cahaya dengan elektron.
Komponen utama SEM terdiri dari dua unit, electron column dan display console
. Electron column merupakan model electron beam scanning. Electron column
memiliki piranti-piranti sebagai berikut 1.
Pembangkit elektron electron gun dengan filamen sebagai pengemisi elektron atau disebut juga sumber iluminasi Filamen biasanya terbuat dari unsur yang
mudah melepas elektron misal tungsten. 2.
Sebuah sistem lensa elektromagnet yang dapat dimuati untuk dapat memfokuskan atau mereduksi berkas elektron yang dihasilkan filamen ke
diameter yang sangat kecil 3.
Sebuah sistim perambah scan untuk menggerakan berkas elektron terfokus tadi pada permukaan sampel
Universitas Sumatera Utara
4. Satu atau lebih sistem deteksi untuk mengumpulkan hasil interaksi antara
berkas elektron dengan sampel dan merubahnya ke signal listrik 5.
Sebuah konektor ke pompa vakum Sedangkan display console merupakan elektron sekunder. Pancaran
elektron energi tinggi dihasilkan oleh electron gun yang kedua tipenya berdasar pada pemanfaatan arus.
Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut: 1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan
anoda. 2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai scan keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor atau Cathode
Ray Tube CRT. Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh Gambar 2.9.
Gambar 2.9. Skema Scanning Elektron Microscope SEM sumber:iastate.edu
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari pantulan inelastis didapatkan sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X
sedangkan dari pantulan elastis didapatkan sinyal backscattered electron. Sinyal- sinyal tersebut dijelaskan pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10. Sinyal-Sinyal Yang Dihasilkan SEM sumber:iastate.edu Perbedaan gambar dari sinyal elektron sekunder dengan backscattered
adalah sebagai berikut: 1.
Elektron sekunder menghasilkan topografi dari benda yang dianalisa, permukaan yang tinggi berwarna lebih cerah dari permukaan rendah.
2. Sedangkan backscattered elektron memberikan perbedaan berat molekul dari
atom-atom yang menyusun permukaan, atom dengan berat molekul tinggi akan berwarna lebih cerah daripada atom dengan berat molekul rendah.
Contoh perbandingan gambar dari kedua sinyal ini disajikan pada Gambar 2.11.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11. Contoh Perbandingan Gambar dari Sinyal-Sinyal Yang Dihasilkan SEM sumber:iastate.edu
Mekanisme kontras dari elektron sekunder dijelaskan pada Gambar 2.12. Permukaan yang tinggi akan lebih banyak melepaskan elektron dan menghasilkan
gambar yang lebih cerah dibandingkan permukaan yang rendah atau datar.
Gambar 2.12. Mekanisme Kontras dari Elektron Sekunder sumber:iastate.edu Sedangkan mekasime kontras dari backscattered elektron dijelaskan
dengan Gambar 2.13 yang secara prinsip atom-atom dengan densitas atau berat molekul lebih besar akan memantulkan lebih banyak elektron sehingga tampak
lebih cerah dari atom berdensitas rendah. Maka teknik ini sangat berguna untuk membedakan jenis atom.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.13. Mekasime Kontras Dari Backscattered Elektron Sekunder sumber:iastate.edu
Namun untuk mengenali jenis atom di permukaan yang mengandung multi atom para peneliti lebih banyak mengunakan teknik EDS Energy Dispersive
Spectroscopy . Sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan kemampuan ini,
namun tidak semua SEM punya fitur ini. EDS dihasilkan dari Sinar X karakteristik, yaitu dengan menembakkan sinar X pada posisi yang ingin kita
ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan pada posisi yang diinginkan maka akan muncul puncak-puncak tertentu yang mewakili suatu unsur yang
terkandung. Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental mapping pemetaan elemen dengan memberikan warna berbeda-beda dari masing-masing elemen di
permukaan bahan. EDS bisa digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif dari persentase masing- masing elemen. Contoh aplikasi EDS digambarkan pada
diagram di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.14. Contoh Diagram hasil EDS sumber: umich.edu
Gambar 2.15. Contoh Hasil EDS sumber: umich.edu Dapat dirangkum beberapa aplikasi dari teknik SEM-EDS adalah sebagai berikut:
1. Topografi yaitu menganalisa permukaan dan teksture kekerasan, reflektivitas,
dsb 2.
Morfologi yaitu menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel 3.
Komposisi yaitu menganalisa komposisi dari permukaan benda secara kuantitatif
dan kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 TEMPAT PENELITIAN