perintah yang diberikan. Perlu sekali diuperhatikan bahwa imbalan harus terkesan sebagai upah dan bukan sebagai suap atau sogokan Handojo, 2008:55.
Handojo 2008:56-57 juga menjelaskan bahwa imbalan semacam ini dapat dibertikan dalam bentuk pemberian makanan atau minuman dalam porsi
kecil karena harus diberikan secara berulang-ulang. Selain itu, dalam bentuk memberikan mainan kepada anak. Imbalan verbal juga perlu diberikan seperti
“bagus”, “pintar” sebagai pujian karena telah melaksankan instruksi dengan benar.
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, dan pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari. Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon KBBI
2007 : 912. Berdasarkan atas tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah
sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini. Adapun sumber tersebut
antara lain: Peeters 2004 :2-4 bahwa apa yang membuat hidup kita benar-benar
berarti dalam berkomunikasi dengan orang lain dan menghadapi orang lain dengan cara kreatif. Dalam ketiga bidang inilah para penyandang autistik
mengalami kesulitan dalam hidup mereka. Anak autistik berusaha keras agar dapat memahami bahasa lisan, tetapi selalu dihadapkan pada ketidakberdayaan
mereka. Hal ini menyebabkan sebagian besar anak autistik mengalami depresi tertekan. Perawatan terbaik untuk menghadapi depresi tersebut adalah dengan
bantuan psikiater. Gustianingsih 2002 dalam tesisnya yang berjudul Pemerolehan Kalimat
Majemuk Bahasa Indonesia Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, mengatakan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan anak akan kalimat majemuk pada usia taman kanak-kanak merupakan parameter untuk mengukur keberhasilan dan sekaligus dasar
pengajaran di sekolah.
Gustianingsih 2009 dalam desertasinya yang berjudul Produksi dan Komprehensi Bunyi Ujaran bahasa Indonesia Pada Anak Penyandang Autistik
Spectrum Disorder, menyimpulkan bahwa anak autistik sering melakukan penyimpangan pada awal dan akhir kata. Hal ini mengindikasikan bahwa anak
autistik mengalami gangguan pada inisiasi dan mengalami kesulitan untuk menuntaskan ujaran. Anak autistik ini sering mengulang-ulang ujaran dan
akhirnya tidak tuntas. Salhiadani Nasution 1995 dalam skripsinya yang berjudul Hubungan
Neurolingusitik terhadap Psikolinguistik Terhadap Gangguan Komunikasi Bahasa Indonesia, menyimpulkan psikolinguistik membahas tentang bahasa dan
gangguan komunikasi. Anak yang menderita penyakit autistik ini terlambat kemampuan bicaranya dan mempunyai cara bcara yang ganjil. Misalnya ia tidak
dapat membedakan kata ganti seperti “kamu” dan “saya” dan ia mengulang apa yang dikatakan orang kepadanya. Biasnya anak ini suka mengasingkan diri. Ia
menghindar dari kontak mata dan kontak fisik. Ia senang permainan yang berulang dan ada kalanya berlebihan.
Rismawati Sitorus 2010, dalam skripsinya yang berjudul Kalimat Lisan Bahasa Indonesia Anak Autistik Pada Yayasan Tali Kasih Medan, menyimpulkan
bahwa kalimat lisan anak autistik di Yayasan tali Kasih Medan berbeda dengan kalimat lisan anak normal. Mereka sangat sulit melakukan interaksi dengan orang
Universitas Sumatera Utara
lain. Mereka hanya mampu mengujarkan penggalan awal atau akhiran setiap kalimat lisan yang diujarkan guru.
Prastika 2011 dalam skripsi nya yang berjudul Kosa Kata Benda Bahasa Indonesia Lisan Anak Autistik Di Medan, menyimpulkan anak autistik lebih
banyak menyimpan kosa kata nama bagian tubuh, karena sering diulang dalam bentuk nyanyian. Pemberian hadiah juga, semakin memancing si anak semakin
banyak berbicara.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi adalah letak atau tempat KBBI 2007 : 680. Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Bimbingan Anakku di Pematangsiantar.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian terhadap bentuk sinonim dan kemampuan berbahasa penderita autistik di Bimbingan Anakku di Pematangsiantar 20
November 2013- 20 Desember 2013.
3.2 Sumber Data
Data penelitian ini bersumber dari tuturan penderita autistik yang berusia 6 tahun yang berada di Bimbingan Anakku, Jalan Merdeka No. 246 M
Pematangsiantar. Penderita yang dijadikan sebagai subjek penelitian menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Subjek penelitian terdiri
atas tujuh laki-laki dan seorang wanita. Anak-anak autistik tersebut selalu diajarkan bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia setiap hari baik di
sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal mereka.
Universitas Sumatera Utara