BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
lain KBBI, 2003: 588.
2.1.1 Pemerolehan
Pemerolehan adalah proses, cara, perbuatan memperoleh bahasa dimulai sejak bayi. KBBI, 2003: 797. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan
pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia
memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua
Chaer, 2003:167.
2.1.2 Sinonim
Kata Sinonim terdiri atas sin “sama” atau “serupa” dan akar kata onim
“nama” yang bermakna “sebuah kata yang dikelempokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum” Tarigan, 1985:17.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : a
Pintar, pandai, cakap, cerdik, cerdas, banyak akal, mahir. b
Gagah, kuat, tegap, perkasa, berani, megah, kacak. c
Mati, meninggal, berpulang, mangkat, wafat, mampus. d
Bodoh, tolol, dungu, goblok, otak udang. e
Cantik, molek, bagus, baik, indah, permai.
2.1.3 Karateristik Anak Autistik
Anak autistik adalah anak yang dalam kondisi sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal, akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan
masuk dalam dunianya sendiri.
Siapakah anak autistik itu dan bagaimana kita mengetahui seseorang menderita autistik? Untuk itu kita harus melihat pada kriteria yang didefenisikan
oleh para ahli medis. Kriteria yang paling sering digunakan adalah yang didefenisikan oleh World Healt Organization, yang terdapat dalam ICD-10
International Classification of Disease, edisi ke – 10 WHO, 1987 dan DSM – IV Diagnostic Statistical Manual, edisi ke-4, dikembangkan oleh American
Psychiatric Association. Defenisi gangguan autistik dalam DSM-IV adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukkan oleh paling
sedikit dua diantara berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
a. Ciri gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai perilaku non-
verbal bukan lisan seperti kontak mata, ekspresi wajah, gestur, dan gerak isyarat untuk melakukan interaksi sosial.
b. Ketidakmampuan mengembangkan pertemanan hubungan sebaya
yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. c.
Ketidakmampuan turut merasakan kegembiraan orang lain. d.
Ketidakmampuan dalam berhubungan emosional secara timbal- balik dengan orang lain.
2. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi.
a. Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam
berbahasa lisan tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan gestur atau mimik muka sebagai cara alternatif dalam
berkomunikasi . b.
Ciri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam
percakapan sederhana. c.
Penggunaan bahasa yang repetitif diulang-ulang atau streotip meniru-niru atau bersifat idiosinktratik aneh
d. Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau
meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Universitas Sumatera Utara
3. Pola minat perilaku terbatas, repetitif bersifat pengulangan dan stereotip
berbentuk tetap. a.
Meliputi keasyikan satu atau lebih pola minat yang terbatas atau streotip yang bersifat abnormal baik dalam intensitas maupun fokus.
b. Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual
spesifik kebiasaan tertentu yang nonfungsional tidak berhubungan dengan fungsi .
c. Perilaku gerakan streotip dan repetitif seperti terus menerus
membuka – tutup genggaman, memuntir jari atau tangan atau menggerakkan tubuh dengan cara kompleks.
d. Keasyikan yang terus menerus terhadap bagian-bagian sebuah
benda. Salah satu kesulitan yang dimiliki oleh anak autistik adalah dalam hal
komunikasi. Oleh karena itu perkembangan komunikasi pada anak autistik sangat berbeda, terutama pada anak-anak yang mengalami hambatan yang berat dalam
penguasaan bahasa dan bicara. Kesulitan dalam komunikasi ini dikarenakan anak autistik mengalami
gangguan dalam berbahasa verbal dan non verbal, padahal bahasa merupakan media utama dalam berkomunikasi. Mereka sering kesulitan untuk
mengkomunikasikan keinginannya baik secara verbal lisanbicara maupun non verbal isyaratgerak tubuh dan tulisan.
Sebagian besar dari mereka dapat berbicara, menggunakan kalimat pendek dengan kosa kata sederhana namun kosa katanya terbatas dan bicaranya sulit
dipahami. Karena kosa katanya terbatas maka banyak perkataan yang mereka
Universitas Sumatera Utara
ucapkan tidak dipahaminya. Mereka sering meniru ucapan dan membeo ekolalia. Beberapa diantara mereka sering kali menunjukkan kebingungan akan
kata ganti. Contohnya, mereka tidak menggunakan kata saya dan kamu secara benar, atau tidak mengerti ketika lawan bicaranya beralih dari kamu menjadi saya
atau sebaliknya. Pada anak normal yang berusia 6 tahun sudah mengetahui nama, mampu
merespon terhadap ya dan tidak, mengerti konsep abstrak laki-laki – perempuan, dan mengikuti perintah-perintah sederhana. Sementara itu pada anak autistik
hanya meniru terhadap apa yang dikatakan atau tidak bicara sama sekali. Anak pada umumnya mulai mengoceh sekitar umur enam bulan. Ia mulai bicara
dalam bentuk kata pada umur satu tahun dan merangkai dua atau tiga kata dalam satu kalimat sebelum delapan belas bulan, sedangkan pada anak autistik
sebaliknya, ia tidak memiliki pola perkembangan bahasa. Kemampuan komunikasi anak autistik bervariasi, diantara mereka ada yang tidak pernah bicara
seperti anak pada umumnya sampai delapan belas bulan atau dua puluh bulan, kadang-kadang kemampuan bicara mereka hilang begitu saja.
Anak autistik yang sulit berbicara, seringkali mengungkapkan diri atau keinginannya melalui perilaku. Memang untuk beberapa kasus anak autistik yang
ada yang sudah mampu menyampaikan keinginannya dengan cara menarik tangan orang yang didekatnya atau menunjuk ke suatu arah yang diinginkan, atau
mungkin menjerit. Jika orangtua atau orang di sekitarnya tidak memahami apa yang diinginkannya anak akan marah-marah, mengamuk dan mungkin tantrumnya
hasil dari energi tinggi dan kemampuan yang tidak mencukupi dalam
Universitas Sumatera Utara
mengungkapkan keinginan atau kebutuhan “dalam bentuk kata-kata” akan muncul.
2.2 Landasan Teori