Pemerolehan Bahasa Psikolinguistik Behaviorisme

2.2.2 Sinonim

Secara semantik, Verhaar 1978 mendefenisikan sinonim adalah ungkapan bisa berupa kata, frase, atau kalimat yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Misalnya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim. Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Jadi kalau kata bunga bersinonim dengan kata kembang, kata kembang juga bersinonim dengan kata bunga. Contoh : - Mahasiswa baru ditugaskan untuk membawa kembang ke kampus. Kembang dalam kalimat ini bermakna tumbuhan yang elok warnanya dan harum baunya KBBI 2007 : 176 - Aura kasih adalah bunga desa. Bunga dalam kalimat ini bermakna gadis yang paling cantik.

2.2.3 Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa atau akuisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak-anak, ketika anak memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya Chaer 2003:167. Pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Pemerolehan bahasa dalam penelitian ini merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang diperoleh dari ibu mereka dan orang – orang sekelilingnya dan bukan Universitas Sumatera Utara pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa selain bahasa ibu dan bahasa yang dipelajari di bangku sekolah.

2.2.4 Psikolinguistik Behaviorisme

Teori behaviorisme diperkenalkan oleh John B. Watson 1878 – 1958 seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Teori ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari teori pembiasan klasik Pavlov dalam bentuk baru dan yang lebih terperinci serta didukung oleh eksperimen baru dengan binatang terutama tikus dan anak kecil bayi. Di Amerika Serikat, Watson dikenal sebagai Bapak Behaviorisme karena prinsip-prinsip pembelajaran barunya berdasarkan teori Stimulus- Respons Bond, S –R bond. Menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson tujuan utama psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku; dan sedikit pun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Yang dapat dikaji oleh psikologi menurut teori ini adalah benda-benda atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan stimulus dan gerak balas respons; sedangkan hal-hal yang terjadi dalam otak tidak berkaitan dengan kajian. Maka dalam proses pembelajaran, menurut Watson tidak ada perbedaan manusia dengan hewan. Oleh karena kesadaran tidak termasuk benda yang dikaji oleh behaviorisme, maka psikologi ini telah menjadikan ilmu mengenai perilaku manusia ini menjadi sangat sederhana dan mudah dikaji. Mengapa? Karena semua perilaku menurut behaviorisme termasuk tindak balas respons ditimbulkan oleh adanya rangsangan stimulus. Jadi, jika gerak balas telah diamati dan diketahui, Universitas Sumatera Utara maka rangsangan pun dapatlah diprediksikan. Begitu juga, jika rangsangan telah diketahui dan diamati, maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Dengan demikian, setiap perilaku itu dapat diprediksikan dan dikendalikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri instinct dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi semua perilaku dipelajari menurut hubungan stimulus – respons. Dalam pembelajaran yang didasarkan pada hubungan stimulus – respons ini, Watson mengemukakan dua prinsip penting yaitu 1 recency principle prinsip kebaruan, dan 2 frequency principle prinsip frekuensi. Menurut recency principle jika stimulus baru saja menimbulkan respons, maka kemungkinan stimulus itu untuk menimbulkan respons yang sama apabila diberikan umpan lagi akan lebih besar daripada kalau stimulus itu diberikan setelah lama berselang. Menurut frequency principle apabila suatu stimulus dibuat lebih sering menimbulkan suatu respon maka kemungkinan stimulus itu akan menimbulkan respon yang sama pada waktu yang lain akan lebih besar. Selain itu, psikolinguistik behaviorisme berusaha menjelaskan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama sebenarnya dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu rangsangan yang diberikan melalui lingkungan Chaer, 2002:222 Penerapan teori behaviorisme ini didasarkan oleh adanya rangsangan stimulus kemudian diikuti oleh reaksi respon. Bila rangsangan menghasilkan reaksi yang benar maka akan diberi hadiah atau imbalan reinforcement yang menyenangkan dan kemungkinan rangsangan itu akan dilakukan berulang-ulang. Namun, jika reaksi yang dihasilkan salah akan dihukum, yaitu penghentian imbalan. Bagi anak autistik, imbalan ini sangat diperlukan agar mereka mematuhi Universitas Sumatera Utara perintah yang diberikan. Perlu sekali diuperhatikan bahwa imbalan harus terkesan sebagai upah dan bukan sebagai suap atau sogokan Handojo, 2008:55. Handojo 2008:56-57 juga menjelaskan bahwa imbalan semacam ini dapat dibertikan dalam bentuk pemberian makanan atau minuman dalam porsi kecil karena harus diberikan secara berulang-ulang. Selain itu, dalam bentuk memberikan mainan kepada anak. Imbalan verbal juga perlu diberikan seperti “bagus”, “pintar” sebagai pujian karena telah melaksankan instruksi dengan benar.

2.3 Tinjauan Pustaka