PERILAKU SOSIAL

B. PERILAKU SOSIAL

1. Pengertian

Perilaku sosial tersusun dari dua kata, perilaku dan sosial. Perilaku atau tingkah laku menurut Walgito, 1997:10, adalah tingkah laku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme yang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenai individu atau organisme itu.

Tingkah laku pada manusia tidak timbul dengan sendirinya, namun akibat dari adanya rangsangan atau pengaruh yang datang dari luar, sehingga apabila pengaruh yang mengenainya itu pengaruh yang baik, maka baik pula apa yang dikerjakan dan sebaliknya apabila pengaruh buruk yang ia dapatkan maka buruk pula yang dikerjakan.

Sedangkan sosial, menurut fajri,769 adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat, khayalak, umum,suka menolong dan memperhatikan orang lain.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah kegiatan atau aktivitas manusia yang melibatkan proses pemikiran, Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah kegiatan atau aktivitas manusia yang melibatkan proses pemikiran,

Dalam Surat Al A‟raf ayat 96, Al Quran menggambarkan hubungan antara ketakwaan dari satu sisi dengan masyarakat di sisi lain.

Artinya :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.”

Pesan utama ayat ini, disatu sisi dapat dilihat sebagai janji Allah yang menyatakan bahwa, jika suatu masyarakat beriman dan bertakwa, maka mereka akan memperoleh keberuntungan. Sedangkan di sisi lain, pesan utama ayat ini juga mengilustrasikan hubungan kualitas antara iman dan takwa dengan kesejahteraan hidup para pemeluknya.(Ar- Rifai, 1999:108)

Takwa dalam hal ini dapat dipahami sebagai keadaan kualitas jiwa seseorang (individu) yang membimbing dan memandu hidupnya dalam mewujudkan kondisi sosial (kolektif) yang makmur dan sejahtera bagi seluruh alam semesta. Kesejahteraan kolektif ini akan terwujud dengan sendirinya jika setiap individu telah melaksanakan ketentuan-ketentuan iman dan takwa secara utuh dan benar.

Islam memandang bahwa perubahan individual harus bermula dari peningkatan dimensi intelektual (pengenalan akan syariat Islam), kemudian Islam memandang bahwa perubahan individual harus bermula dari peningkatan dimensi intelektual (pengenalan akan syariat Islam), kemudian

Artinya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S Al-Ankabut. 45)

Ibadah sholat selalu dikaitkan dengan zakat banyak ayat al Quran; sholat diperintahkan bersama dengan tindakan yang bersifat sosial, firman Allah QS. Al Ma‟arij. 22-28

Artinya :

“Kecuali orang -orang yang melakukan sholat, yang mereka itu tetap mengerjakan sholatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa- apa (yang tidak mau meminta).”

Selain itu masih nayak ayat-ayat perintah ibadah sholat (Ritual) dalam Al Quran yang dihubungkan dengan perintah tentang pelaksanaan tindakan yang bersifat untuk kepentingan sosial.

2. Jenis-jenis perilaku

a. Perilaku terpuji Yang termasuk perilaku terpuji adalah Ridho kepada Allah, cinta dan beriman kepada-Nya,beriman kepada malaikatkitab, rosul, hari kiamat, takdir, taat beribadah, selalu menepati janji, melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan, dan perbuatan qonaah (rela terhadap pemberian Allah), tawakal (berserah diri),sabar, syukur, tawadhu‟ (merendah diri) dan segala perbuatan yang baik menurut ukuran atau pandangan islam, ciri pokoknya yaitu :

1) Keimanan Ciri pokok akhlak terpuji adalah keimanan, karena iman merupakan landasan pokok keagamaan, artinya pelaksanaan agama seseorang sangat tergantung pada kualitas imannya. Semakin tinggi kualitas iman seseorang, maka semakin tinggi pula kulitas ibadah dan akhlaknya. Yang semakin mendasar lagi ialah bahwa iman itu merupakan kondisi dasar manusia, artinya dalam pandangan islam, iman merupakan pembawaan dasar manusia.

2) Takwa Takwa meruakan tujuan pokok dari segala bentuk kehendak, perilaku, dan perbuatan keagamaan seseorang dalam mencapai 2) Takwa Takwa meruakan tujuan pokok dari segala bentuk kehendak, perilaku, dan perbuatan keagamaan seseorang dalam mencapai

b. Perilaku Tercela Perilaku tercela adalah tingkah laku tercela yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Bentuk-bentuk perilaku tercela ini dapat berkaitan dengan Allah, Rosulullah, dirinya, keluarganya, masyarakat, atau sesama manusia dan lingkungan. (Jamhari,1999:100 )

Jadi yang dimaksud dengan perilaku tercela merupakan kegiatan yang merugikan baik bagi dirinya sendiri atau orang lain dan perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan norma agama, susila dan norma budaya. Perbuatan tercela yang akan mendapat balasan dari Allah SWT.

3. Indikator-indikator perilaku sosial

a. Berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan Sebagai makhluk sosial, kita harus mampu mengabdikan potensi yang kita miliki terhadap masyarakat. Seperti pikiran, tenaga dan materi yang ada pada diri kita

b. Taat pada peraturan di masyarakat, berbangsa dan bernegara

Sebagai warga negara yang baik, kita wajib menaati peraturan yang telah ditetapkan demi menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat

c. Menghargai pendapat orang lain Organisasi adalah sebagai wadah di mana sekelompok orang mempunyai tujuan bersama, di mana tujuan itu di ambil dari kesepakatan bersama. Yang bersumber pada pendapat tiap-tiap anggota. Setiap pendapat akan menjadi motivasi untuk diri sendiri dan semua anggota. Sehingga kita wajib menghargai setiap pendapat orang lain

d. Sopan santun dalam berbicara Kehormatan seseorang adalah mereka yang mampu menjaga perkataan dalam setiap ucapan

e. Memaafkan kesalahan orang lain Kebesaran hati seseorang tercermin pada sikap dan perilaku seseorang dalam memaafkan kesalahan orang lain

f. Menjenguk tetangga yang sakit. Ukhuwah terdapat pada pertemuan, kebahagiaan orang sakit hanyalah mengharap do‟a pada orang lain .

g. Tidak melakukan perbuatan anarki. Bagian terbaik seseorang adalah kebaikan.janganlah kamu melakukan hal-hal yang tidak baik dalam bermasyarakat.

h. Tolong menolong dengan sesama.

Kehidupan seseorang tidak harus menjadi yang terbaik namun, harus berusaha sebaik-baik nya bagi orang lain.

i. Menahan amarah. Kemarahan tidak akan menyelesaikan suatu masalah, tetapi akan menimbulkan masalah yang baru. Jika hati di bekali dengan amarah maka hati kita akan di penuhi rasa dendam terhadap orang lain. Lain halnya kesabaran, akan meredam hawa nafsu kita terhadap tindakan kita. Karena kunci segala sesuatu adalah kesabaran.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku

Manusia dalam berperilaku dan berbuat sesuatu diakibatkan oleh adanya beberapa faktor atau sebab, perkembangan individu itu akan ditentukan baik oleh faktor pembawaa (dasar) atau faktor endogen maupun oleh faktor keadaan atau lingkungan maupun faktor eksogen (walgito,1997:46). Faktor endogen adalah faktor yang dibawa oleh luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya. Sedangkan faktor eksogen atau dari luar meliputi keluarga, masyarakat, dan sebagainya. Akan berpengaruh juga padakehidupan seseorang.

Dari uraian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dapat dibedakan menjadi dua (2) meliputi

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan perbuatan seseorang yang dipengaruhi oleh keadaanyang berasal dari diri itu sendiri, baik itu dari pola fikir, kondisi badan, kecerdasannya, dan lain sebagainya.

b. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor pembentukan perilaku seseorang yang berasal dari luar diri seseorang, baik itu berasal dari keluarga, lingkungan, termasuk media di dalamnya, dan faktor pembentuk perilaku seseorang yang berasal dari luar.

5. Peran Agama dalam Kehidupan

Rais, 1998:107, Dalam bukunya Tauhid Sosial menyebutkan bahwa tauhid sosial adalah dimensi sosial dari tauhidullah. Ini dimaksudkan agar tauhid uluhiyyah, rubiyyah, yang sudah tertanam pada kaum muslimin, bisa diturunkan lagi ke dalam dataran pergaulan sosial, realitas sosial, secara konkrit. Seperti halnya ibadah mahdhah yang termasuk dalam arkanul Islam, seperti Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji sebenarnya juga sarat dengan dimensi sosial.

Konsep ketauhidan menggambarkan harus adanya kesatuan dan keadilan lain. Meskipun berbeda-beda dalam profesi, menempuh beragam orientasi hidup, tetapi dalam konsep yang paling dasar manusia adalah satu pedoman kehidupannya satu, dan tujuan hidup manusia adalah satu.

Disatu sisi, agama mengajarkan untuk berbuat baik antar sesama, menyantuni kaum-kaum miskin dan orang-orang tertindas. Namun di sisi lain agama juga mendoktrin untuk melakukan jihad dan memerangi segala bentuk kemungkaran dan kemaksiatan.

Pemahaman terhadap ajaran agama yang primodial akan berimplikasi pada perilaku keagamaan. Sehingga yang terjadi, perilaku yang bertentangan dengan agama dianggapnya sebagai misi keagamaan. Agama hadir di muka bumi untuk mengatur dan menata kehidupan sosial kemanusiaan. Agama dan seperangkat doktrin sucinya diturunkan bukan untuk Tuhan, Rosul, apalagi untuk agama itu sendiri, karena agama hanya untuk kemaslahatan umat (manusia). Agama merupakan penyadaran manusia mengenai, hubungan- hubungan keagamaan, realitas, sehingga religisitas merupakan bentuk kesadaran hubungan keagamaan realitas tersebut. (Mulkhan, 1998: 22).

Tugas utama yang diperintahkan Tuhan kepada Nabi adalah membangun peradaban yang mampu memanusiakan manusia tanpa melihat latar belakang sosial, ekonomi, maupun dari keturunan karena setiap ajaran agama selalu menganjurkan makna ceivilited atau beradaban manusia, bukan beradaban Tuhan. Sebab Tuhan sudah punya peradaban sendiri. Disinilah misi agama menjadi jelas, bahwa secara substantif agama berpihak untuk membela dan memperjuangkan kepentingan manusia, bukan kepentingan Tuhan, karena Tuhan tidak punya kepentingan terhadap manusia (Mulkhan, 1998: 27).

Dari permasalah di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang membahas tentang p engaruh sholat berjama‟ah terhadap perilaku sosial. Penulis berusaha menyampaikan ada atau tidaknya pengaruh sholat berjama‟ah bagi orang yang melaksanakannya terhadap perilaku sosial.