Penelitian yang Relevan

B. Penelitian yang Relevan

Suparno(2005: 11) mengatakan bahwa “Dari 700 studi mengenai konsep alterantif bidang Fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70 tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi; 35 tentang Bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai Fisika modern”. Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan penelitian penulis:

1. Penelitian Buku Ajar oleh Ari Subiyarti (2001) Penelitian ini berjudul “Analisis buku Ajar Pelengkap Kimia SMU Kelas III yang Beredar di DIY Tahun Ajaran 2000/2001 Ditinjau Dari Kesalahan Konsepnya.” Buku yang diteliti berjumlah 4 buah buku. Penelitian ini menghasilkan beberapa hal diantaranya:

a. Salah konsep dalam buku ajar pelengkap kimia SMU kelas III sebanyak 6 konsep atau 1,69% (sangat rendah).

b. Prosentase salah konsep dalam masing-masing buku ajar pelengkap kimia

SMU kelas III berturut turut: 2,25%; 1,12%; 1,12%; dan 2,25%.

Penelitian ini menujukkan bahwa di dalam buku teks Kimia SMA yang sudah beredar masih terdapat kesalahan konsep.

2. Penelitian Buku Ajar oleh Yusuf Helmi Adisendjaja dan Oom Romlah (2007)

Peneliti meneliti sebuah buku ajar biologi dan mendapatkan hasil sebagai berikut: Dari tujuh Topik Biologi (Struktur tumbuhan, Struktur dan fungsi sel, Sistem koordinasi, Metabolisme sel, Bioteknologi, Reproduksi sel, dan Biogeografi) yang terdapat di dalam buku teks biologi SMU yang diteliti

commit to user commit to user

Penelitian ini menujukkan bahwa kesalahan konsep tidak hanya terjadi di dalam buku teks Kimia SMA, namun juga terjadi di dalam buku teks Biologi.

3. Penelitian Buku Ajar oleh Andi Desy Yuliana Mukti (2011: 3) Peneliti meneliti sebuah buku ajar Fisika SMA yang berjudul Fisika 1 SMA kelas X karangan Purwoko dan Fendi H cetakan kedua tahun 2010 yang diterbitkan oleh Yudhistira. Penelitian kualitatif deskriptif ini menghasilkan persentase potensi miskonsepsi pada setiap materi dengan rincian sebagai berikut:

a. Materi pengukuran 7,2%

b. Materi vektor 0,8%

c. Materi kinematika gerak lurus 7,2%

d. Materi kinematika gerak melingkar 1,6%

e. Materi dinamika gerak lurus 7,2%

f. Materi dinamika gerak melingkar 2,4% Penelitian ini menunjukkan terdapatnya potensi miskonsepsi di dalam buku teks Fisika SMA yang sudah beredar. Penelitian ini menujukkan persentase konsep di dalam buku teks yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi di dalam diri siswa.

4. Penelitian identifikasi konsep alternatif siswa sekolah dasar oleh Mehmet Küçük, Salih Çepni dan Murat Gökdere (2005: 22-26) Penelitian ini diadakan oleh tiga dosen pendidikan di perguruan tinggi di Turki. Penelitian mengambil sample enam anak yang diambil secara acak dari kota Trabzon. Keenam siswa sekolah dasar yang diteliti adalah Samet, Ayfer, Yücel, Zümre, Zühre dan Abidin. Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan konsep usaha, daya dan energi di dalam diri siswa sekolah dasar. Hasil penelitian kepada enam siswa tersebut adalah sebagai berikut:

commit to user

Siswa Sekolah Dasar Turki

No.

Konsep yang Teridentifikasi

Jumlah Siswa

Persentase

Kerja atau usaha terjadi karena energi dihabiskan

2 Energi merupakan sejenis materi

3 Energi merupakan suatu gaya

4 Energi merupakan suatu daya

5 Energi tidak dapat disimpan

6 Energi berbentuk fluida dan dapat terbang

7 Energi didapatkan ketika mengangkat beban

8 Energi didapatkan ketika melakukan kerja

9 Daya merupakan sejenis sumber energi

1 16% Penelitian ini menujukkan bahwa miskonsepsi Fisika tidak hanya

terjadi di dalam diri siswa SMA, namun juga di dalam diri siswa sekolah dasar.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Narenda D. Deshmukh dan Veena M. Deshmukh (2011). Penelitian ini mendeskripsikan buku teks sebagai sumber miskonsepsi siswa sekolah menengah. Penelitian ini menghasilkan beberapa simpulan berikut ini:

a. Ilustrasi di dalam buku teks berperan penting dalam proses pemahaman konsep siswa.

b. Banyak penulis buku teks, guru dan siswa tidak menyadari miskonsepsi yang terdapat dalam buku teks.

c. Penulis buku hendaknya menghapus miskonsepsi di dalam buku teks. Karena buku teks yang beredar dianggap oleh guru dan siswa sebagai buku yang sempurna (tidak mengandung kesalahan konsep).

d. Buku teks adalah ciptaan manusia yang tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang sempurna.

commit to user

Di antara hambatan dalam pembelajaran Fisika adalah adanya miskonsepsi atau konsep alternatif yang ada pada siswa. Salah satu penyebab miskonsepsi adalah buku teks Fisika yang digunakan oleh siswa.

Buku teks Fisika merupakan salah satu sumber belajar bagi siswa, baik ketika belajar di sekolah maupun di sekolah. Buku teks juga digunakan oleh guru dalam mempersiapkan pembelajaran. Kualitas suatu buku ajar tidak hanya dilihat dari kesesuaiannya dengan standar isi yang diterapkan pada suatu Negara, motivasi, minat serta nilai-nilai belajar yang dapat ditumbuhkan darinya, melainkan juga dilihat pada aspek kesesuaian konsep-konsep yang ada di dalanya dengan konsep- konsep yang dimiliki para ahli. Kesalahan penulisan simbol, rumus, satuan, skema, penggambaran suatu peristiwa serta kesalahan konsep yang ada dalam suatu buku teks dapat menimbulkan ketidaksesuaian konsepsi-konsepsi pada siswa dengan konsepsi-konsepsi yang ada pada para ahli, sehingga terjadilah miskonsepsi. Oleh karena itu, kajian kesalahan konsep yang terjadi pada buku teks sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya miskonsepsi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis isi sebagai pendukung penelitian kualitatif yang dilakukan karena kesesuaiannya dengan penelitian miskonsepsi Fisika yang akan penulis ajukan.

Setelah melakukan kajian teknik analisis data kualitatif, penulis membuat disain penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.3 Desain penelitian

Analisis

Penarikan Kesimpulan

Penentuan Sumber

commit to user

Pada tahap ini peneliti mengambil sumber data yang diperlukan dalam penelitian. Sumber data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kata-kata Kata-kata ahli Fisika yang diwawancarai adalah salah satu sumber data. Sumber data ini dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman audio tapes . Moleong (2011: 157) menjelaskan bahwa “Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya”.

b. Sumber Tertulis Moleong (2011: 159) menjelaskan bahwa ”sumber data tertulis dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi”.

Sumber data tertulis pertama adalah buku teks Fisika SMA. Peneliti mengambil materi pokok Energi, Usaha dan Daya dalam tiga buah buku teks Fisika SMA kelas XI sebagai sumber data. Pemilihan materi pokok dan buku yang diambil sebagai sumber data dilakukan melalui konsultasi dengan pembimbing skripsi yang nantinya akan berperan sebagai auditor dalam penelitian ini. Ketiga buku tersebut adalah sebagai berikut:

a. Setya Nurachmandani. 2009. FISIKA 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

b. Koesmanto. 2006. KONSEP FISIKA Untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Mefi Caraka.

c. Mikrajuddin Abdullah. 2006. FISIKA SMA dan MA Kelas XI Semester I. Jakarta: esis. Sumber data tertulis kedua setelah buku teks Fisika SMA adalah buku Universitas. Buku Universitas dipakai sebagai pembanding buku teks Fisika SMA. Melalui buku Universitas, peneliti dapat mengetahui konsep-konsep yang dimiliki oleh Ahli Fisika dari Luar Negeri. Sehingga peneliti mampu menyimpulkan kesesuaian konsep-konsep dalam buku teks Fisika SMA dengan

commit to user commit to user

a. Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (edisi kesepuluh) . Terjemahan Endang Juliastuti. Jakarta: Erlangga.

b. Raymond A. Serway & John W. Jewett. 2004. Physics for Scientists and Engineers . Stamford: Thomson Brook/Cole. Sumber data kata-kata adalah Dosen Fisika. Dosen Fisika adalah seorang ahli di bidang Fisika. Data diambil melalui teknik wawancara dengan narasumber yang bersangkutan. Teknik wawancara membuat peneliti mampu berinteraksi secara langsung dengan Ahli Fisika. Hal ini diharapkan mampu menambah kedalaman konsep dan analisis kesalahan konsep dalam buku teks Fisika SMA.

2. Tahap pengambilan data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah kajian dokumen dan arsip dan wawancara.

a. Kajian Dokumen dan Arsip Penjelasan H. B. Sutopo (2006: 81) mengenai teknik kajian dokumen dan arsip dapat dirangkum sebagai berikut: Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana sampai yang lebih lengkap dan kompleks, dan bahkan bisa berupa benda-benda lainnya sebagai peninggalan masa lampau. Demikian pula arsip yang pada umunya berupa catatan-catatan yang lebih formal bila dibandingkan dengan dokumen. Sebagai catatan formal arsip sering memiliki peran sebagai sumber informasi yang sangat berharga bagi pemahaman suatu peristiwa. Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin (1987) disebut dengan content analysis , sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitianya. Dalam melakukan teknik ini perlu disadari bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat.

commit to user commit to user

Selanjutnya penjelasan Moleong (2011: 216-219) dapat dirangkum sebagai berikut: Moleong membedakan antara dokumen dan record. Guba dan Lincoln (1981: 228) mendefinisikannya seperti berikut: “Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik” (Moleong, 2011: 216). Selanjutnya Moleong membagi dokumen menjadi dua jenis, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Dokumen pribadi diantaranya adalah buku harian, surat pribadi dan otobiografi. Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk di dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pimpinan kantor, dan semacamnya. Dokumen ekstrenal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini digunakan dokumen berupa buku ajar Fisika SMA kelas XI semester 1 dan buku Fisika Universitas, serta menggunakan record berupa rekaman dan lembar hasil wawancara dengan ahli Fisika.

b. Wawancara Pendapat H. B. Sutopo (2006: 68) dapat dilihat dalam rangkuman berikut ini: Teknik wawancara diperlukan untuk mengumpulkan informasi dari narasumber, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan

commit to user

Teknik wawancara ini merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penilitian kualitatif, terutama pada penelitian lapangan. Secara umum kita mengenal ada dua jenis teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur yang kebanyakan dilakukan dalam penelitian kuantitatif, dan wawancara tidak terstruktur yang disebut wawancara mendalam, yang pada umumnya dilakukan dalam penelitian kualitatif.

Moleong (2011: 186) menjelaskan beberapa hal tentang wawancara dirangkuman sebagai berikut: Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Lincoln dan Guba (1985: 266) menegaskan bahwa maksud dari diadakannya wawancara antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverivikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota (Moleong, 2011: 186)

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam. Hal ini dilakukan untuk mendalami kesalahan konsep-konsep Fisika, sehingga peneliti dapat mengetahui dengan seksama letak dari kesalahan konsep-konsep Fisika yang terjadi dalam buku ajar Fisika SMA. Hal-hal yang dipersiapkan sebelum wawancara adalah sebagai berikut:

1) Instrumen penelitian

2) Daftar pertanyaan

3) Lembar/catatan hasil wawancara

commit to user

Dalam penelitian ini yang menjadi pewawancara adalah peneliti, dan yang diwawancarai adalah dosen Program Studi Fisika UNS.

3. Tahap reduksi data

H. B. Sutopo (2006: 114) menjelaskan bahwa reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga narasi sajian data dan simpulan-simpulan dari unit-unit permasalahan yang telah dikaji dalam penelitian dapat dilakukan.

Dalam penelitian ini, data tertulis yang berasal dari kajian dokumen dua buah buku Fisika Universitas tidak mungkin disajikan dalam keadaan yang persis sama dengan di buku tersebut. Hasil record wawancara pun juga tidak mungkin disajikan tanpa adanya perbaikan. Kedua data tersebut perlu diringkas, dihilangkan hal-hal yang tidak perlu, serta ditata agar rapi dan sesuai dengan format penyajian data.

4. Tahap penyajian data

H. B. Sutopo (2006: 114-115) menjelaskan bahwa sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam

bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Kedalaman dan kemantapan hasil analisis sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.

Miles dan Huberman (1992: 18) menjelaskan bahwa sebagaimana halnya dengan reduksi data, penciptaan dan penggunaan

penyajian data tidaklah terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Merancang deretan dan kolom-kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan memutuskan jenis dan bentuk data yang harus dimasukkan ke dalam kotak-kotak matriks merupakan kegiatan analitis.

Data disajikan dengan pengaturan yang dapat memudahkan proses identifikasi kesalahan konsep pada tiap buku. Data disajikan dalam bentuk lembar identifikasi kesalahan konsep. Desain lembar identifikasi kesalahan konsep adalah sebagai berikut:

commit to user

No.

Materi Fisika Buku Universitas

dan Ahli Fisika

Materi Fisika Buku SMA

Keputusan

1 Konsep 1 2 Konsep 2 3 Konsep 3

Setelah proses identifikasi kesalahan konsep pada masing-masing konsep di setap buku selesai, selanjutnya adalah proses perhitungan kesalahan konsep yang ada pada tiap buku ajar Fisika SMA. Jumlah inilah yang nantinya akan digunakan sebagai dasar pembuatan sistem peringkat. Semakin sedikit jumlah kesalahan konsep pada suatu buku maka semakin baik kualitasnya. Sebaliknya, semakin banyak jumlah kesalahan konsep pada suatu buku maka semakin buruk kualitasnya. Tabel 2.6 Peringkat Kualitas Buku Ajar Fisika SMA Kelas XI Semester 1

Ditinjau dari Kesalahan Konsepnya No.

Nama Buku Ajar Fisika SMA

Jumlah Kesalahan Konsep

Peringkat

5. Tahap penarikan kesimpulan Tahap selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan. Kesimpulan akhir dibangun dengan kesimpulan-kesimpulan awal sebelumnya. Kesimpulan awal adalah kesimpulan yang menyebut apakah suatu konsep mengalami kesalahan atau tidak. Kesimpulan akhir adalah kesimpulan yang menyebutkan jumlah konsep yang terdapat dalam setiap buku dan peringkat masing-masing buku.

Dalam tahap ini pula dilakukan uji keabsahan data. Keabsahan data adalah permasalahan suatu penelitian dapat dipercaya atau dapat dipertimbangkan. Adapun perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif dilihat daris segi konstruknya:

commit to user

Konstruknya (Moleong, 2011: 321) Konstruk

Kuantitatif

Kualitatif ’Nilai benar’ Validitas internal

Kredibilitas

Aplikabilitas Validitas eksternal Transferabilitas (keteralihan) Konsistensi Reliabilitas

Dependabilitas (kebergantungan) Netralitas

Objektivitas

Konfirmabilitas (kepastian) Sama dengan penelitian kuantitatif bahwa suatu studi tidak akan valid jika tidak reliabel, maka penelitian kualitatif tidak akan bisa transferabel jika tidak kredibel, dan tidak akan kredibel jika tidak memenuhi kebergantungan.

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Penjelasan Moleong (2011: 324) tentang teknik pemeriksaan keabsahan data dapat dilihat dalam rangkuman berikut ini:

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) berfungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriteria keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Kriteria kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian nonkualitatif. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai. Kriteria kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut penelitian nonkualitatif. Jika penelitian nonkualitatif

commit to user commit to user

Kriteria

Teknik Pemeriksaan Kredibilitas (derajat kepercayaan)

· Perpanjangan keikut-sertaan · Ketekunan pengamatan · Triangulasi · Pengecekan sejawat · Kecukupan referensial · Kajian kasus negatif · Pengecekan anggota

Keteralihan

Uraian rinci

Kebergantungan

Audit kebergantungan

Kepastian

Audit kepastian

(Moleong, 2011: 327) Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: teknik ketekunan pengamatan, triangulasi, uraian rinci, dan auditing . Penjelasan masing-masing teknik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan Pendapat Moleong (2011: 329) tentang teknik ketekunan dan keajegan pengamatan dapat diringkas sebagai berikut: Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan dan tentatif. Ketekunan pengamatan berfungsi untuk menemukan ciri-ciri dan unsur- unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.

commit to user

Sutopo (2006: 92) berpendapat bahwa: ”Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif”. Patton (1984) menyatakan bahwa ”ada empat macam teknik triangulasi, yaitu triangulasi data (data triangulation), triangulasi peneliti (investigator triangulation), triangulasi metodologis (methological triangulation ), dan triangulasi teoritis (theoritical triangulation)” (Sutopo, 2006: 92).

Penelitian ini hanya menggunakan teknik triangulasi data. Teknik triangulasi sumber menurut Patton (1984, dalam) ”juga disebut sebagai triangulasi data. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda yang tersedia” (Sutopo, 2006: 93).

Menurut Sutopo (2006: 93): Teknik triangulasi sumber bisa menggunakan satu jenis sumber data seperti misalnya informan, namun beberapa informan atau narasumber yang digunakan harus perlu diusahakan posisinya dari kelompok atau tingkatan yang berbeda (... .) Dengan cara menggali data dari sumber yang berbeda- beda dan juga teknik pengumpulan data yang berbeda itu pun dengan data sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya, teknik ini tetap dinyatakan sebagai triangulasi sumber.

Sesuai dengan uraian teknik triangulasi sumber sebelumnya, maka dalam penelitian ini sumber data ada tiga. Data bersumber dari dokumen buku Fisika dan record wawancara dengan dua orang ahli Fisika.

Gambar 2.4 Triangulasi Sumber

c. Uraian Rinci Pendapat Moleong (2011: 337) tentang teknik uraian rinci dapat dilihat dalam ringkasan berikut ini:

Data Analisis isi

commit to user commit to user

d. Review Informan Kunci Pendapat H. B. Sutopo (2006: 99) tentang teknik uraian rinci dapat dilihat dalam ringkasan berikut ini: Teknik review informan kunci adalah salah satu jenis usaha pengembangan validitas penelitian yang sering digunakan oleh peneliti kualitatif. Pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian datanya, walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh, maka unit-unit laporan yang telah disusunnya perlu dikomunikasikan dengan informannya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informant). Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang bisa disetujui mereka. Teknik ini juga merupakan usaha untuk lebih menguatkan sifat participant’s point of view sebagai salah satu karakteristik metodologi penelitian kualitatif.

e. Auditing Berbeda dengan teknik review informan kunci yang hanya memeriksa data, teknik auditing lebih bersifat menyeluruh dalam pemeriksaannya. Teknik auditing digunakan untuk untuk memenuhi kriteria kebergantungan dan kepastian dalam penelitian kualitatif, serta untuk membangun konsistensi dan netralitas dalam penelitian secara umum.

Pendapat Moleong (2011: 339-342) mengenai teknik auditing dapat diringkas sebagai berikut: Proses auditing dapat mengikuti langkah-

commit to user commit to user

1) Pra-entri Pada tahap ini terlebih dahulu auditi (dalam hal ini peneliti) memilih auditor yang potensial untuk melaksanakan auditing. Sebelum proses audit dilaksanakan, auditi terlebih dahulu menjelaskan maksud, tujuan, proses dan hasil temuan studi, serta auditi juga menyiapkan hal-hal yang akan diaudit. Auditi menjelaskan secara rinci cara pencatatan yang telah diadakan selama penelitian. Kemudian kesepakatan dicapai lagi dalam tiga bentuk kondisi, yaitu meneruskan, meneruskan dengan perubahan, atau menghentikan sama sekali. Jika diadakan perubahan, maka perubahan itu harus dibuat secara tertulis tentang apa dan bagaimana perubahan itu dikehendaki. Dalam kesepakatan itu perlu pula ditetapkan apakah auditing itu diadakan selama studi atau hanya mengaudit hasilnya saja.

2) Penetapan Hal-hal yang Dapat Diaudit Tugas auditi adalah menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia seperti yang sudah dikemukakan klasifikasinya. Auditor bertugas mempelajari seluruh bahan yang tersedia, kemudian meminta penjelasan-penjelasan seperlunya tentang apa yang belum dipahaminya secara mantap. Pada tahap ini auditor harus pula membuat ketetapan tentang studi yang sedang atau telah selesai dilaksanakan. Jika studi sedang berjalan, saran keputusannya hendaknya menegaskan agar dapat diteruskan, dihentikan sementara, atau diberhentikan sama sekali. Keputusan itu dapat didasarkan pada beberapa patokan, seperti lengkap-tidaknya, yaitu seluruh bahan penelitian yang disediakan dan telah digunakan; tuntas-tidaknya, telah disusun

sehingga

memungkinkan

pengecekan silang, pengorganisasian, pembuatan indeks, dan semacamnya; bahan itu berkaitan secara sistematis dengan pendekatan dan metodologi yang

commit to user commit to user

3) Kesepakatan Formal Pada tahap ini auditor dengan auditi mengadakan persetujuan tertulis tentang apa yang telah dicapai oleh auditor. Persetujuan yang dilakukan hendaknya mencakup batas waktu pelaksanaannya; tujuan pelaksanaan audit berkaitan dengan kebergantungan atau kepastian; penjabaran peranan yang akan dimainkan, baik oleh auditor maupun oleh auditi; penyusunan logistik yang diperlukan seperti waktu, tempat, bantuan material yang diperlukan dan sebagainya; penetapan format yang dibutuhkan sebagai kerangka dan isi laporan auditor; dan kriteria perundingan kembali jika diperlukan, misalnya apa yang harus dilakukan apabila laporan auditor itu melenceng, keliru atau salah.

4) Penentuan Keabsahan Data Tahap ini merupakan tahap terpenting. Penelusuran audit meliputi pemeriksaan terhadap kepastian maupun terhadap kebergantungan. Pemeriksaan terhadap kriteria kepastian terdiri atas beberapa langkah kecil. Pertama auditor perlu memastikan, apakah hasil temuan itu benar-benar berasal dari data. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat dan mempelajari secara teliti teknik analisis, kecukupan label kategori, kualitas penafsiran, dan kemungkinan terdapat hipotesis alternatif atau pembanding. Auditor juga perlu melakukan penilaian terhadap derajat ketelitian peneliti apakah ada kemelencengan, memperhatikan terminologi peneliti dan apakah dilakukan atas dasar teori dari-dasar, apakah terlalu menonjolkan pengetahuan a-priori peneliti dalam konseptualisasi temuan, dan menelaah apakah ada atau tidak instrospeksi. Terakhir auditor menelaah kegiatan peneliti dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data, misalnya bagaimana peneliti menggunakan triangulasi, analisis kasus negatif, dan lain-lain secara memadai. Jika auditor selesai melakukan pekerjaanya pada tahap ini, maka dia sudah

commit to user commit to user

Dalam pemeriksaan kriteria kebergantungan terdapat beberapa langkah. Pertama auditor berurusan dengan kecukupan kepustusan inkuiri dan pemanfaatan metodologinya. Dalam hal ini auditor memenuhi patokan, apakah keputusan inkuiri dan metodologinya ditemukan, diperiksa, dan ditunjang. Juga auditor perlu menelaah: sejauh manakah seluruh data telah dimanfaatkan dalam analisis, dan sejauh manakah setiap bidang yang tercakup sudah ditelaah. Keputusan tentang sampling dan proses triangulasi perlu juga ditelaah.

5) Tahap Akhir Tahap akhir dari auditing ini adalah mengakhiri auditing. Pada tahap ini ada dua hal yang perlu dikerjakan oleh auditor, yaitu memberikan umpan balik dan berunding dengan auditi, yaitu si peneliti, dan menuliskan laporan hasil pemeriksaannya. Tahap reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dalam

penelitian kualitatif adalah satu kesatuan proses analisis. Tidak seperti penelitian kuantitatif yang melaksanakan setiap tahap secara terpisah, penelitian kualitatif dapat melakukan dua tahap analisis secara bersamaan. Dalam penelitian kualitatif ini pula peneliti sangat mungkin melewati suatu tahap analisis berulang-ulang sampai selesai.