ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NON MIGAS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 1980-2010

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NON MIGAS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 1980-2010

Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

ARIS MUNANDAR NIM . F0108038 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

ii

commit to user

iii

commit to user

iv

MOTTO

Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai harapannya, maka Allah akan memberi kepuasan dalam hatinya, menghimpunkan segala impiannya, dan dunia pun akan mendatanginya dengan merunduk. Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan jadikan kemiskinan di depan matanya, membayarkan segala impiannya, dan dunia takkan mendatanginya melainkan apa yang telah ditentukan baginya (HR. Tirmidzi)

Terimalah sesuatu yang tidak dapat kamu ubah dan ubahlah sesuatu yang tidak dapat kamu ubah. Bersyukurlah terhadap sesuatu yang telah diberi olehNya karena rasa syukur dapat menjadikan seseorang ikhlas menjalani hidup dan selalu berusaha mengoptimalkan sesuatu yang dimiliki sehingga keterbatasan dapat dilawan dan meraih apa yang dicita – citakan (Penulis)

Be better is better than be the best

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :

Rabb Penguasa Alam Semesta, Allah SWT atas limpahan kekuatan, nikmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Orangtuaku tercinta, ayah dan ibu yang selalu memberi doa dan pengorbanan untuk penulis Dosen Pembimbing-ku yang dengan sabar telah membantu menyelesaikan karya ini. Semoga Allah tetap memberi beliau hidayah dan keistiqomahan.

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan berkat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah “ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EKSPOR NON MIGAS PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN 1980 - 2010”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih pada :

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta..

3. Ibu Izza Mafruhah, S.E, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin penulisan skripsi.

4. Bapak Wahyu Agung Setyo, DRS,MSI selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bantuan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua penulis, atas seluruh doa, cinta, pengorbanan, nasehat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

6. Adiku yang telah memberi inspirasi dan semangat.

7. Teman saya khususnya Rizki Adhi Pradana yang telah menemani saya mencari data di semarang dan dukungannya.

commit to user

vii

8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ekonomi Pembangunan 2008, yang telah memberi doa dan dukungan.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca, demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.

Surakarta, September 2012

Penulis

commit to user

2. Uji Ekonometrika / Asumsi Klasik ........................................ 84

a. Uji Normalitas ................................................................... 84

b. Uji Multikolinearitas ......................................................... 85

c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 86

d. Uji Autokorelasi ................................................................ 87

E. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 88

1. Pengaruh Inflasi terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah ............................................................. 88

2. Pengaruh Kurs Terhadap Ekspor Non Migas

Provinsi Jawa Tengah ............................................................. 89

3. Pengaruh Pendapatan Perkapita Jepang (pGDP JPG) terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah ............. 90

4. Pengaruh Pendapatan Perkapita Singapor (pGDP SING) terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah ............. 91

5. Pengaruh Harga terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah ............................................................. 92

6. Pengaruh Impor terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah ............................................................. 92

7. Pengaruh Pendapatan Perkapita Amerika Serikat (pGDP USA) terhadap Ekspor Non Migas Provinsi Jawa Tengah ............................................................. 93

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 94

B. Saran ............................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1. Nilai Ekspor Non Migas Jawa Tengah Menurut Komoditi 2 DGT Periode : 2007 - 2011 ...............................................................................5

4.1. Luas Wilayah Per Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Tengah 61

4.2. Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2005 .....64

4.3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Jawa Tengah 2001-2005 ..........................................................65

4.4. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2002-2006 .....................68

4.5. Pertumbuhan SektorEkonomi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2001 - 2006 .........................................................................................................69

4.6. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ................................................78

4.7. Uji Multikolinearitas...............................................................................85

4.8. Uji Heterokedastisitas.............................................................................86

4.9. Uji Autokorelasi ......................................................................................87

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1.1. Perkembangan Kurs Jawa Tengah ...........................................................2

4.1. Tingkat Pendidikan Provinsi Jawa Tegah .............................................66

4.2. Perkembangan Realisasi Ekspor Non Migas Jawa Tengah .................71

4.3. Perkembangan Impor Non Migas Jawa Tengah ...................................72

4.4. Perkembangan Nilai Kurs (Rp/$) ..........................................................73

4.5. Perkembangan Tingkat Inflasi Jawa Tengah ........................................74

4.6. Perkembangan Ekspor Non Migas Jawa Tengah ke Negara

Tujuan Ekspor Utama Tahun 2000-2010 ..............................................76

4.7. Uji Normalitas .........................................................................................84

commit to user

ii

ABSTRAKSI ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARHI EKSPOR NON

MIGAS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 1980-2010. Aris Munandar

F 0108038

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh harga ekspor produk non migas, inflasi, impor, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan GDP perkapita negara tujuan ekspor (Amerika Serikat, Jepang, Singapor). Metode analisis yang digunakan Regresi Linier Berganda dengan pengujian statistik

meliputi uji t, uji F dan R 2 (koefisien determinan) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Hasil analisis data menunjukan bahwa variabel Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor non migas Provinsi Jawa. Variabel Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor non migas Jawa Tengah. Variabel Pendapatan perkapita Jepang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor non migas Jawa. Sedangkan variabel Pendapatan perkapita Singapor berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor non migas Jawa Tengah. Pengujian terhadap uji asumsi klasik tidak terdapat Multikolinearitas, Heterokedastisitas dan Autokorelasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang terlah dilakukan maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Perlu adanya capur tangan pemerintah yang tegas dalam hal pembuatan kebijakan untuk menstabilkan laju inflasi melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, menciptakan kebijakan yang mendukung pengusaha dan bagi palaku bisnis agar selalu aktif dalam menghadapi perekonomian global yang selalu mengalami perubahan dengan perlu ditingkatkan daya saing produk – produk ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah. Efek daya saing merupakan indkator kemampuan suatu komoditi ekspor di pasar luar negeri. Kemampuan daya saing suatu produk sebaiknya tidak hanya ditentukan oleh harga barang yang relatif murah terhadap jenis barang yang sama dari produsen yang lain. Kualitas, kemasan, waktu pengiriman, dan pelayanan kepada pembeli yang lebih baik dibandingkan dengan negara yang menjadi kompetitor.

Kata kunci : Ekspor, Inflasi, Kurs, Pendapatan Perkapita, Regresi Linier berganda.

commit to user

ii

ABSTRACT AN ANALYSIS ON THE FACTORS AFFECTING NON-OIL & GAS EXPORT IN CENTRAL JAVA PROVINCE DURING 1980-2010 PERIOD ARIS MUNANDAR

F 0108038

This research aims to analyze the effect of non-oil & Gas export price, inflation, import, rupiah exchange value to dollar, and per capita GDP of export destination countries (United States, Japan, Singapore). The method of analysis used was a Multiple Linear Regression with statistical tests including t-test, F-test,

and R 2 (coefficient of determinant) as well as classical assumption tests including multicolinearity, heteroskedasticity, and autocorrelation.

The result of data analysis showed that inflation variable affected negatively and significantly the non-oil and gas export of Java Province. The foreign exchange variable affected positively and significantly the non-oil and gas export of Central Java. The Japan’s gross national product affected negatively and significantly the non-oil and gas export of Java Province. Meanwhile the Singapore’s gross national product affected positively and significantly the non- oil and gas export of Central Java. The result of classical assumption test showed no multicolinearity, heteroscedasticity and autocorrelation.

Considering the result of research conducted, the following recommendations could be given: there should be government’s firmly intervention in the term of policy making in order stabilize the inflation rate through fiscal and monetary policies, the policy should be developed that supports the businessmen and the businessmen should face actively the ever changing global economy by improving the competitiveness of non-oil & gas exported products in Central Java Province. The effect of competitiveness was an indicator of an export commodity’s capability in foreign market. A product’s competitiveness should be determined by relatively cheap price compared with other producer’s good. The better quality, packaging, delivery time, and customer service compared with the competitor countries.

Keywords: Exports, Inflation, Exchange rate, Per capita income, Multiple linear

regression.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan luar negeri pada era globalisasi sekarang ini merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dihindari oleh suatu negara, karena tanpa itu suatu negara tidak akan mampu untuk dapat bertahan. Perdagangan luar negeri merupakan suatu sarana dan stimulator penting bagi pertumbuhan ekonomi, yaitu: memperbesar kemampuan konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia dan memberikan jalan bagi pasaran produk- produk seluruh dunia, yang tanpa melalui perdagangan tidak akan mungkin dapat bagi negara-negara miskin untuk berkembang. Diversifikasi atau keanekaragaman kondisi produksi merupakan alasan mendasar setiap negara untuk terlibat didalam perdagangan internasional. Menurut prinsip umum, perdagangan internasional terjadi apabila: (a) karena perbedaan kondisi produksi, (b) karena menurunnya biaya (atau timbulnya skala ekonomis ) dan (c) karena keanekaragaman selera. Semakin cepat timbulnya perbedaan produktivitas di dalam suatu negara akibat perdagangan internasional, maka spesialisasi dan perdagangan semakin menguntungkan. Perdagangan internasional memungkinkan terwujudnya spesialisasi dan pembagian kerja yang efisien dibanding hanya mengandalkan produktifitas domestik. Alasan utama perdagangan internasional adalah prinsip keunggulan komparatif. Prinsip ini mengatakan bahwa perdagangan antara dua wilayah akan menguntungkan, meskipin salah satu wilayah, secara absolut lebih produktif atau kurang produktif dibandingkan wilayah yang lain pada semua komoditi.

commit to user

Sepanjang terdapat perbedaan efisiensi relatif atau komparatif di antara negara, setiap negara pasti mempunyai keunggulan komparatif atau kelemahan komparatif pada suatu produk tertentu. Keunggulan yang besar akan diperoleh bila suatu negara bersepesialisasi pada bidang yang mempunyai keunggulan komparatif, mengekspor produk tersebut dan menukarkannya dengan produk negara lain yang dinegaranya mempunyai kelemahan absolut (Samuelson & Nordhaus. 1995).

Perdagangan luar negeri tidak lepas dari permasalahan yang timbul antara lain karena ketidak siapan suatu negara untuk ikut serta dalam persaingan pasar bebas akan kalah dengan kompetitor yang memiliki kesiapan yang baik. Negara yang belum memiliki kesiapan hanya akan menjadi pasar bagi negara – negara yang menjadi kompetitornya, akibatnya banyak pengusaha yang gulung tikar kalah bersaing dengan kompetitor yang berakibat banyaknya penganguran dan perekonomian akan lesu.

commit to user

Gambar 1.1 Perkembangan Kurs di Jawa Tengah

Sumber: Bank Indonesia , berbagai edisi Sesuai dengan gambar 1.1 perubahan naik turunnya kurs rupiah

terhadap dollar memiliki dampak terhadap ekspor dan impor Provinsi Jawa Tengah. Gejolak kurs dapat menyebabkan fluktuasi ekspor non – migas. Menguatnya kurs rupiah dapat berdampak pada menurunnya ekspor non– migas. Rupiah mengguat harga produk Indonesia akan meningkat jika di nilai dengan mata uang asing, karena harga lebih mahal, maka permintaan produk Indonesia di luar negeri akan berkurang, sehingga ekspor menurun. Sebaliknya, bila kurs rupiah melemah maka akan terjadi peningkatan ekspor, karena harga produk buatan Indonesia menjadi relative murah jika di nilai dengan mata uang asing. Permintaannya cenderung meningkat, sehingga ekspor bertambah.

commit to user

Importir, apabila terjadi penguatan kurs rupiah, rnaka permintaan akan barang - barang impor akan cenderung meningkat, karena menguatnya kurs menyebabkan produk buatan luar negeri harganya akan turun bila dinilai dengan rupiah. Sedangkan bila kurs rupiah melemah, maka impor akan menurun, karena harga barang-barang impor menjadi mahal di Indonesia, sehingga permintaan akan barang-barang impor menjadi berkurang.

Eksportir, akan diuntungkan jika dalam kondisi kurs rupiah melemah terhadap dollar, sehingga dalam kondisi ini akan menjadikan pendapatan pengusaha dari hasil kegiatan ekspor akan meningkat, dengan melemahnya rupiah sehingga pengusaha mendapatkan hasil dari kegiatan ekspor lebih tinggi dari sebelum adanya perubahan kurs, dan sebaliknya pengusaha akan dirugikan jika kurs rupiah menguat terhadap dollar.

Tabel 1.2

NILAI EKSPOR NON MIGAS JAWA TENGAH

MENURUT KOMODITI HS 2 DGT PERIODE : 2007-2011 ( dalam satuan US$ )

trend % HS2dgt

2011 th.'07-'11

- Komoditi

4,897,284,068.41 8.11 01 Binatang Hidup

2,327.49 (43.95) 02 Daging Hewan

371,192.74 (21.04) 03 Ikan dan Udang

120,237,750.74 5.31 04 Susu, Mentega, Telur

6,153,442.43 57.71 05 Produk Hewani

371,920.59 23.30 06 Pohon hidup, dan Bunga Potong

10,382,214.23 40.79 09 Kopi, Teh, Rempah-rempah

0.00 - 11 Hasil Penggilingan

637,731.73 (15.34) 12 Biji-bijian berminyak

8,674,956.63 10.01 13 Lak, Getah dan Damar

14 Bahan-bahan Nabati 1,602,214.00

15 Lemak & Minyak Hewan / Nabati 57,603,069.00

16 Daging dan Ikan Olahan 20,513,655.00

17 Gula dan Kembang Gula 9,121,403.00

18 Kakao / Coklat 757,444.00

19 Olahan dari Tepung 2,025,034.00

20 Olahan dari Buah-buahan / Sayuran 14,809,745.00

21 Berbagai Makanan Olahan 15,968,413.00

22 Minuman 3,727,483.00

23 Ampas / Sisa Industri Makanan 809,885.00

48,002,509.79 12.81 25 Garam, Belerang, Kapur

11,904,075.00 47.29 26 Bijih, Kerak dan Abu Logam

48,881,586.94 221.37 27 Bahan Bakar Mineral

0.00 - 28 Bahan Kimia Anorganik

1,702,576.30 277.44 29 Bahan Kimia Organik

17,237,588.92 (1.85) 30 Produk Industri Farmasi

2,026,946.21 20.19 32 Sari Bahan Samak & Celup

1,672,211.32 (4.31) 33 Minyak Atsiri, Kosmetik Wangi-wangian

11,417,362.54 35.97 34 Sabun dan Preparat Pembersih

4,680,905.28 (5.69) 35 Perekat, Enzim

232,099.41 28.00 36 Bahan Peledak

194,535.82 - 37 Barang-barang Fotografi / Sinematografi

122,845.70 - 38 Berbagai Produk Kimia

81,023,654.90 19.42 39 Plastik dan Barang dari Plastik

55,808,504.81 (0.73) 40 Karet dan Barang dari Karet

81,118,061.94 21.79 41 Jangat dan Kulit Mentah

9,357,238.73 (14.56) 42 Barang-barang dari Kulit

14,385,991.62 10.07 43 Kulit Berbulu

44 Kayu, Barang dari Kayu 412,996,216.00

1,156.40 (74.68) 46 Jerami / Bahan Anyaman

45 Gabus dan Barang-barang Gabus 64,589.00

47 Bubur Kayu / Pulp 17,614.00

35,702,235.87 4.20 49 Buku dan Barang Cetakan

48 Kertas / Karton 31,628,833.00

51 Wol, Bulu Hewan 6,804.00

52 Kapas 201,350,482.00

53 Serat Tekstil dan Barang Kertas 158,246.00

195,347,589.02 3.54 55 Serat Stafel Buatan

54 Filamen Buatan 175,809,062.00

575,985,291.20 12.78 56 Kapas Gumpalan, Tali

94,669.96 14.48 58 Kain Tenunan Khusus

1,387,206.27 (18.81) 59 Kain Ditenun Berlapis

1,245,618.12 (21.30) 60 Kain Rajutan

378,932.65 (11.07) 61 Barang-barang Rajutan

269,934,858.98 8.17 62 Pakaian Jadi Bukan Rajutan

960,256,419.42 13.59 63 Kain Perca

124,783,533.08 7.94 64 Alas Kaki

41,329,978.07 9.19 65 Tutup Kepala

516,592.80 (12.64) 67 Bulu Unggas

121,076,763.32 33.74 68 Benda-benda dari Batu, Gips dan Semen

15,886,586.25 25.30 69 Produk Keramik

23,124,292.65 10.25 70 Kaca & Barang dari Kaca

27,017,088.67 (3.01) 71 Perhiasan / Permata

1,282,468.99 27.49 72 Besi dan Baja

824,401.80 30.95 73 Benda-benda dari Besi dan Baja

21.35 3,116,122.99 5,573,318.57 3,626,578.50 78 Timah Hitam 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -

73,568.53 - 80 Timah

81 Logam Dasar Lainnya 0.00 400.00

82 Perkakas, Perangkat Potong 14,497.00

83 Berbagai Barang Logam Dasar 832,266.00

84 Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 26,214,209.00

137,036,454.41 2.13 86 Lokomotif dan Peralatan Kereta Api

85 Mesin / Peralatan Listik 106,059,312.00

4,215,671.71 21.06 87 Kendaraan dan Bagiannya

1,641,900.21 74.73 88 Kapal Terbang dan Bagiannya

17,064.56 (67.10) 89 Kapal Laut dan Bangunan Terapung

0.00 - 90 Perangkat Optik

11,915,305.12 9.43 91 Lonceng, Arloji dan Bagiannya

5,788.46 36.12 92 Perangkat Musik

21,978,384.12 14.96 93 Senjata / Amunisi

0.00 0.00 - 94 Perabot, Penerangan Rumah

3,102,287.29 22.48 96 Berbagai Barang Buatan Pabrik

1,742,102.13 22.03 97 Hasil Karya Seni

4,342,364.10 19.43 98 Kendaraan bermotor / komponen terbongkar

Sumber: BI ( data diolah Dinperindag Prov. Jateng )

commit to user

Perkembangan eksor non migas Provinsi Jawa Tengah, menunjukkan bahwa perkembangan ekspor non migas terus mengalami kenaikan. Peranan ekspor non migas pada tahun 2007 sampai 2011 mencapai trend 8.11 % dari total nilai ekspor non migas Provinsi Jawa Tengah ke berbagai negara tujuan ekspor. Berdasarkan tabel 1.2 diatas

menunjukan bahwa komoditas Bahan Kimia Anorganik dengan persentase perubahan dari tahun 2007 sampai 2011 mencapai 277.44%. Tahun 2007 komoditi perabotan penerangan rumah merupakan komoditas dengan nilai ekspor paling tinggi di bandingkan dengan komoditas yang lain dengan nilai US$ 643,264,394.00. Data diatas dapat dilihat bahwa pada periode tahun 2007 – 2011 komoditas perabotan penerangan rumah yang paling tinggi nilai ekspornya akan tetapi mengalami penurunan pada tahun 2009 dengan nilai sebesar US$ 522,554,230.03 dan pada periode tahun 2010 - 2011 mengalami penurunan sebesar US$ 45,373,792,21 . K omoditas pakaian jadi bukan rajutan merupakan komoditas ekspor terbesar nomor dua di Provinsi Jawa Tengah dengan nilai ekspor sebesar US$ 577,602,389.00 pada tahun 2007 , komuditas ini dari tahun ke tahun pada periode 2007 – 2010 selalu mengalami kenaikan yang signifikan. Komoditas kayu barang dari kayu merupakan komoditas ekspor terbesar nomor tiga di Provinsi Jawa Tengah dengan nilai ekspor sebesar US$ 412,996,216.00 pada tahun 2007, namun komoditas ini selalu mengalami kenaikan yang signifikan akan tetapi pada periode tahun 2008 – 2009 mengalami penurunan sebesar US$ 51,341,684.41. Meskipun Indonesia (Jawa Tengah khususnya ) memiliki banyak sumber daya alam (SDA) dan jumlah tenaga kerja yang berlimpah,

commit to user

yang merupakan dua faktor utama keunggulan komparatif, namun produk – produk ekspor Indonesia sanggat terkonsentrasi pada hal – hal berikut: (a) empat produk, yakni furniture (perabotan), kayu lapis, pakaian jadi, dan produk tekstil yang memiliki pangsa pasar terbesar komoditi non migas, dimana kontinuitas bahan baku dan ketergantungan impor merupakan kendala yang harus diantisipasi: (b) tiga negara, yakni Amerika Serikat, Jepang dan Singapora,merupakan tiga negara pengekspor terbesar produk Jawa Tengah. Diperlukan diversifikasi pasar dan pendekatan ke pasar yang potensial yang lain dengan promosi, pemeran, misi dagang dan lain – lain agar ekspor Jawa Tengah tidak tergantung pada tiga negara tersebut guna menghindari external shock :(c) banyaknya negara yang menjadi kompetitor yang aktif pada perubahan yang terjadi diluar sehingga produk dari Jawa Tengah tidak mampu bersaing dengan negara yang menjadi kompetitor seperti Chaina, Thailand, Filipina.

Kegiatan ekspor provinsi Jawa Tengah dihadapkan pada tantangan – tantangan baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Pengaruh lingkungan eksternal antara lain ditandai dengan perkembangan ekonomi dunia yang cepat dan dinamis dalam pola hubungan ekonomi dan perdagangan antara negara. Globalisasi juga meningkatkan saling ketergantungan antara bangsa dan negara sehingga peranan suatu sistem multilateral seperti “ World Trade Organization” (WTO) yang mulai beroprasi pada tanggal 1 Januari 1995 menjadi penting dalam penegakkan suatu sistem perdagangan multilateral yang terbuka, bebas, adil, dan transparan. Semakin tersedianya pasar yang terbuka dan bebas akan

commit to user

mendorong peningkatan perdagangan dunia yang pada akhirnya mendorong pembangunan sektor perdagangan dan industri.

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada analisis faktor – faktor yang mempengaruhi fluktuasi perkembangan ekspor non migas provinsi Jawa Tengah sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variabel harga ekspor non migas, impor non migas, inflasi, kurs, dan GDP negara tujuan ekspor (Amerika Serikat, Jepang, Singapor) secara individu dan bersama – sama terhadap tingkat pertumbuhan ekspor non migas provinsi Jawa Tengah tahun 1980 – 2010.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas bahwa penelitian ini:

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel harga ekspor non migas, impor non migas, inflasi, kurs, dan GDP negara tujuan ekspor (Amerika Serikat, Jepang, Singapor) secara individu dan bersama – sama terhadap tingkat pertumbuhan ekspor non migas provinsi Jawa Tengah tahun 1980 – 2010.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pelaku ekspor dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam bidang perdagangan luar negeri.

2. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang kaitannya dengan masalah ini.

commit to user

3. Menambah pustaka dalam bidang dan masalah pengembangan ekspor non migas.

4. Bagi peneliti ini merupakan penerapan dari ilmu yang didapat selama kuliah.

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdagangan Internasional

1 . Ekonomi internasional

Ilmu ekonomi internasional mempelajari alokasi sumber daya yang langka guna memenuhi kebutuhan manusia. Problematika ekonomi di pelajari dalam ruang lingkup internasional. Artinya, masalah alokasi di analisa dalam hubungan antara pelaku ekonomi satu negara dengan negara yang lain. Ilmu ekonomi internasional berusaha untuk mempelajari bagaimana hubungan ekonomi antara satu negara dengan negara yang lain dapat memenuhi alokasi sumberdaya baik antara dua negara tersebut maupun beberapa negara. Hubungan ekonomi internasional ini dapat berupa perdagangan, harga, pinjaman, bantuan serta kerjasama internasional. Ekonomi internasional lebih luas pengertiannya apabila di bandingkan dengan perdagangan internasional yang hanya menyangkut pertukaran barang dan jasa. Pelaku yang mengadakan hubungan ekonomi internasional meliputi swasta, pemerintah, maupun organisasi internasional ( Nopirin, 1995).

2. Garis Besar Perdagangan Luar Negeri

Setiap negara berbeda dengan negara lainnya ditinjau dari sudut sumber alamnya, iklimnya, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur ekonomi dan sosial.

commit to user

Perbedaan – perbedaan itu menimbulkan pula perbedaan barang yang di hasilkan, biaya yang di perlukan, serta mutu dan kuantumnya. Karena itu mudah dipahami adanya negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam memproduksi hasil tertentu.

Keunggulan suatu negara dalam memproduksi suatu jenis barang di sebabkan faktor alam, maka negara itu di sebut mempunyai ke unggulan mutlak ( absolute advantage). Negara dapat memproduksi suatu jenis barang lebih baik dan lebih murah disebabkan lebih baiknya kombinasi faktor – faktor produksi ( alam, tenaga kerja, modal dan pengurusannya ) maka negara tersebut dapat pula memperoleh keunggulan ini di sebabkan karena produktivitasnya yang tinggi hal ini di sebut sebagai keunggulan dalam perbandingan biaya ( Amir, 1996 ).

Spesialisasi dengan bidang – bidang tertentu yang tingkat produktifitasnya tinggi, setiap negara dapat memproduksi lebih banyak barang maupun jasa daripada bila memproduksi segala sesuatunya sendiri. Perdagangan luar negeri merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Perdagangan internasional (ekspor impor) adalah kegiatan yang dijalankan eksportir maupun produsen eksportir dalam transaksi jual beli suatu komoditi dengan orang asing, bahasa asing, negara asing. Tahap selanjutnya penjual dan pembeli, yang lazim disebut eksportir dan importir, melakukan pembayaran dengan valuta asing (Amir M.S,2004).

commit to user

Para ekonom seperti Haberler, telah mengemukakan keuntungan – keuntungan perdagangan internasional bagi pembangunan ekonomi negara – negara berkembang dewasa ini. Adapun keuntungan – keuntungan antara lain adalah:

a. Perdagangan dapat meningkatkan pendayagunaan sumber – sumber daya domestik disuatu negara berkembang. Hubungan perdagangan internasional, suatu negara berkembang dapat beranjak dari titik produksinya tidak efisien (titik – titik yang terletak dibawah kurva batas kemungkinan produksi), dan memanfaatkan sumber daya yang semula tidak bisa diserap oleh pasar domestik.

b. Melalui peningkatan ukuran pasar, perdagangan internasional juga dapat menciptakan pembagian kerja dan skala ekonomis (economies of scale ) yang lebih tinggi.

c. Perdagangan internasional juga berfungsi sebagai wahana transmisi gagasan – gagasan baru, teknologi yang lebih baik, serta kecakapan manejerial dan bidang – bidang keahlian lainnya yang diperlukan bagi kegiatan bisnis.

d. Perdagangan antara negara juga merangsang dan memudahkan mengalirnya arus modal internasional dari negara maju ke negara berkembang.

e. Perdagangan internasional merupakan instrumen yang efektif untuk mencegah monopoli karena perdagangan pada dasarnya akan

commit to user

merangsang peningkatan efisiensi setiap produsen domestik agar mampu menghadapi persaingan dari negara lain (Salvatore,1997).

3. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional membatu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap stuktur perekonomian suatu negara. Di samping itu, teori perdagangan internasional dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional. Beberapa teori yag menerangkan tentang timbulnya perdagangan internasional pada dasarnya adalah sebagai berikut.

a. Merkantilisme

Merkantilisme adalah filosofi ekonomi abad enam belas yang berpendapat bahwa kekayaan suatu negara diukur berdasarkan atas kepemilikan logam mulia (emas dan perak). Menurut penganut merkantilisme, tujuan negara adalah memperbesar kepemilikan logam mulia dengan meningkatkan ekspor dan mencegah impor.

Aliran merkantilisme yang tumbuh dan berkembang pada abad XVI-XVIII di Eropa Barat, menempatkan kegiatan perdagangan internasional, khususnya ekspor, sebagai pengerak utama yang dipacu melalui peningkatan industri di dalam negeri. Ide pokok merkantilisme adalah sebagai berikut:

commit to user

1) Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat bila ekspor lebih besar dari impor.

2) Surplus yang diperoleh dari selisih (X-M) atau ekspor neto yang positif tersebut ditunjukan dengan semakin banyaknya logam mulia (sebagai alat pembayaran atau uang) yang dimiliki negara.

3) Logam mulia yang melimpah digunakan oleh negara untuk memperluas perdagangan luar negeri dengan kolonisasi (Hady. 2004).

Karena merkantilisme benar – benar menguntungkan anggota – anggota masyarakat tertentu, kebijakan – kebijakan merkantilisme secara politis masih menarik bagi beberapa perusahaan dan pekerjanya. Pendukung modern kebijakan – kebijakan semacam itu, yang biasa disebut noemerkantilis dan proteksionis (Griffin dan pustay.2005).

Menurut (Halwani dan Tjiptoherijanto 1993) menyebutkan bahwa aliran merkantilisme berpendapat bahwa penekanan perdagangan internasional terletak pada kesempatan memperoleh surplus penerimaan dalam neraca transaksi berjalan (current account). Itulah sebabnya kegiatan ekspor merupakan lokomotif utama melalui peningkatan industri dalam negeri, untuk memenuhi kebutuhan impor, sedangkan impor tersebut merupakan saingan yang dapat menurunkan permintaan terhadap produk – produk industri lokal yang dihasilkan di dalam negeri. Merkantilisme berpendapat bahwa kegiatan produksi dalam negeri dan ekspor harus digenjot melalui rangsangan subsidi dan

commit to user

fasilitas dari pemerintah. Sebaliknya, impor harus dibatasi melalui hambatan yang bersifat proteksi, khususnya untuk industri strategis yang memang memerlukan perlindungan, yang dijadikan sarana utama adalah bagaimana mengupayakan surplus perdagangan luar negeri.

b. Teori klasik

1) Keunggulan absolute ( absolute advantage ) oleh Adam Smith.

Teori ini lebih mendasarkan pada besaran ( variabel ) riil bukan moneter sehingga sering di kenal dengan nama teori murni ( pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang di ukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Banyaknya tenaga kerja yang di gunakan akan makin tinggi harga barang tersebut ( Nopirin, 1995).

Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. Jika sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap ) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap ) negara lain dalam memproduksi komoditas lainnya, maka kedua negara tersebut bisa memperoleh keuntungan dengan cara masing – masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarnya dengan komoditi

commit to user

lain yang memiliki kerugian absolut. Melalui proses ini , sumber daya dari kedua negara dapat digunakan dengan cara yang paling efisien. Output kedua komoditas yang diproduksi pun akan meningkat. Peningkatan dalam output ini akan mengukur keuntungan dari spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan ( Salvatore. 1997).

2) Keunggulan komparatif (Comparative Advantage ) oleh J. S Mill

Pada

teo ri

keun ggu lan

abso lut terdapat permasalahan b ila antara dua negara hanya satu negara saja yang mempunyai keunggulan absolut atas semua barang. Perdagangan tidak akan terjadi karena bila d ilaku kan hanya akan menguntun gkan salah satu negara saja. Dalam perkembangan selanjutnya,di sadari bahwa perdagangan yang saling menguntungkan tidak selalu menuntut setiap negara harus memiliki keunggulan absolute di banding dengan mitra dagangnya. Menurut J.S.Mill, jika suatu negara kurang efisien dibanding dengan negara yang lain dalam produksi ke dua komoditi, akan menguntungkan jika negara satu memproduksi dan mengekspor komoditi yang kerugian absolute lebih kecil ( komoditas yang memiliki keunggulan komparatif ) dan mengimpor komoditi yang kerugian absolutnya lebih besar ( komoditi yang memiliki kerugian komparatife ). Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang di arahkan untuk memproduksi barang tersebut. Semakin banyak

commit to user

tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang semakin mahal barang tersebut ( Nopirin, 1995 )

3) Biaya Relatif ( comparative cost ) oleh David Ricardo

Titik pangkal teori David Ricardo tentang perdagangan internasional adalah teori tentang nilai. Menurut David Ricardo nilai suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang di curahkan untuk memproduksi barang tersebut ( labor cost value theory ). Perdagangan antara negara akan timbul apabila masing – masing negara memiliki comparative cost yang terkecil.

Pada dasarnya teori comparative cost dengan comparative advantage itu sama, hanya saja pada teori:

a) Comparative advantage untuk sejumlah tertentu tenaga kerja di masing – masing negara outputnya berbeda.

b) Sedangkan comparative cost untuk sejumlah output tertentu, waktu yang di butuhkan berbeda antara satu negara dengan negara lainnya.

Teori – teori klasik tersebut di atas disusun berdasarkan beberapa anggapan antara lain adalah hanya ada 2 negara, 2 barang, keadaan full employment , persaingan sempurna, mobilitas dalam negara yang tinggi dari faktor – faktor produksi tenaga kerja dan capital ( Nopirin. 1995 ).

commit to user

c. Teori modern

1) Faktor proporsi ( Hecksher dan Ohlin)

Teori ini menyatakan bahwa perbedaan dalam opportunity cost suatu negara dengan negara lain karena adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimiliki.

Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak dari pada negara lain, sedangkan negara lain memiliki capital lebih banyak dari pada negara tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya pertukaran.

Pada dasarnya, teori perdagangan Heckscher – Ohlin dilandaskan pada asumsi – asumsi pokok sebagai berikut:

a) Didunia hanya terdapat dua negara saja (negara 1 dan negara 2), dua komoditas (komoditas X dan komoditas Y) dan dua faktor produksi (tenaga kerja dan modal).

b) Kedua negara tersebut memiliki dan mengunakan metode atau tingkat teknologi produksi yang sama persis.

c) Komoditi X secara umum bersifat padat karya atau padat tenaga kerja sedangkan komoditi Y secara umum bersifat padat modal, hal ini berlaku untuk kedua negara.

commit to user

d) Kedua komoditi tersebut sama – sama diproduksikan berdasarkan skala hasil yang konstan dan hal ini sama – sama terjadi di kedua negara.

e) Spesialisasi produksi yang berlangsung di kedua negara sama – sama tidak lengkap atau tidak menyeluruh; artinya masing – masing negara tetap memproduksi kedua jenis komoditi itu secara sekaligus, meskipun dalam komposisi yang berbeda.

f) Selera atau preferensi – preferensi permintaan para konsumen yang ada dikedua negara itu sama.

g) Terdapat kompetisi sempurna dalam pasar produk (tempat perdagangan kedua komoditi) dan juga dalam pasar faktor (tempat bertemunya permintaan dan penawaran atau berbagai faktor produksi, yang dalam teori ini dibatasi pada modal dan pasar tenaga kerja). Pemasok komoditi maupun faktor produksi begitu banyak, sehingga tidak ada yang bisa megatur harga secara sefihak. Harga terbentuk oleh mekanisme pasar.

h) Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing – masing negara namun tidak ada mobilitas faktor antara negara atau internasional. Seorang pekerja atau sejumlah modal bisa dengan mudah berpindah – pindah dari satu sektor ekonomi atau industri ke sektor lainnya dalam negara yang sama, namun mereka tidak bisa berpindah kenegara lain.

commit to user

i) Sama sekali tidak ada biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan lainnya yang dapat mengurangi kebebasan arus perdagangan barang yang berlangsung di antara kedua negara tersebut.

j) Semua sumber daya produksi dan faktor produksi yang ada di masing – masing negara dapat dikerahkan secara penuh dalam kegiatan produksi.

k) Perdagangan internasional yang terjadi di antara negara 1 dengan negara 2 sepenuhnya seimbang (jumlah ekspor dan impor kedua negara itu persis sama) (Salvatore.1997).

2) Kesamaan harga faktor produksi (factor price equalization)

Inti dari teori ini adalah bahwa perdagangan bebas cenderung mengakibatkan harga – harga faktor produksi sama di beberapa negara.

3) Teori permintaan dan penawaran

Pada prinsipnya perdagangan antara dua negara itu timbul karena adanya perbedaan di dalam permintaan maupun penawaran. Permintaan itu berbeda karena perbedaan pendapatan dan selera sedangkan perbedaan penawaran di karenakan perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktor – faktor produksi , tingkat teknologi dan eksternalitas.

commit to user

4) Kurva kemungkinan produksi dan indifference ( production

possibilities and indifference curves )

Production possibilities curve (ppc) adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi dari pada output yang dapat dihasilkan dengan sejumlah tertentu faktor produksi yang dikerjakan dengan sepenuhnya (full employment).

5) Offer curve. Offer curve seperti halnya kurva permintaan menunjukan

berapa jumlah suatu barang yang ingin di tukar dengan barang lain pada harga tertentu. Harga keseimbangan di tentukan oleh perpotongan antara permintaan dan penawaran.

B. Ekspor

1. Pengertian Ekspor

Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean sesuai peraturan dan perundang – undangan yang berlaku. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan udara, serta tempat – tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landasan kontinen yang di dalamya berlaku undang – undang No 10 tahun 1995, tentang Kepabean ( SK Menperindag No.146/MPR/IV/1999)

Kegiatan jual beli yang dilakukan dengan Negara atau bangsa lain dengan pembayaran valuta asing (Amir MS,2000).

commit to user

a. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah Pabean.

b. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang digunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.

c. Eksportir adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan (ekspor) dalam wilayah hukum NKRI, baik sendiri maupun secara bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.

d. Eksportir Terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Barang yang diatur ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh Eksportir Terdaftar.

f. Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk setelah mendapat rekomendasi dari instansi terkait.

commit to user

g. Barang yang dilarang ekspornya adalah barang yang tidak dapat diekspor.

h. Barang yang bebas ekspornya adalah barang yang tidak termasuk pada butir (d,e,f).

i. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat K3LM, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

j. Verifikasi atau penelusuran teknis adalah penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan surveyor sebelum muat barang.

k. Surveyor adalah perusahaan survey yang mendapat otorisasi dari dan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan untuk melakukan verifikasi atau penelusuran teknis atas ekspor dan impor.

l. Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia tertentu yang dapat digunakan sebagai bahan baku penolong untuk keperluan proses produksi industri apabila disimpangkan dapat digunakan dalam memproses pembuatan narkotika dan atau psikotropika.

m. Rekomendasi adalah surat yang diterbitkan oleh instansi terkait yang memuat penjelasan secara teknis dan bukan merupakan izin persetujuan ekspor.

commit to user

n. Pre-Export Notification (PEN) adalah pemberitahuan persetujuan ekspor yang disampaikan kepada instansi badan lembaga yang berwenang di negara tujuan ekspor ( Departemen Perdagangan,2007).

2. Dasar Kebijakan Ekspor.

a. Kebijakan ekspor didasarkan pada Program Perencanaan Nasional (Propenas) dan Rencana Jangka panjang dan Menengah (RJPM) yang pelaksanaannya dituangkan dalam bentuk peraturan perundang- undangan, peraturan Presiden dan peraturan Menteri.

b. Penetapan kebijakan ekspor dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat mengingat bahwa kebijakan tersebut terkait dengan perjanjian internasional, jangkauan operasional bersifat nasional yang memerlukan koordinasi antar instansi terkait tingkat nasional maupun lembaga internasional.

c. Kebijakan ekspor disusun dalam rangka peningkatan daya saing, menjamin kepastian usaha dan kesinambungan bahan baku industri di dalam negeri, mendukung tetap terpeliharanya kelestarian lingkungan sumber daya alam dan yang menyangkut Kesehatan, Keamanan, Keselamatan, Lingkungan dan Moral Bangsa (K3LM) serta adanya perjanjian internasional.

d. Kebijakan ekspor ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Menteri Perdagangan (Departemen Perdagangan,2007).

commit to user

3. Kebijakan Lain yang Mempengaruhi Perdagangan.

Dumping merupakan diskriminasi harga internasional, dimana suatu perusahaan pengekspor menjual barangnya di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga di pasar yang lain (biasanya di dalam negeri sendiri). Dumping perampasan (Predatory dumping) terjadi apabila perusahaan melakukan diskriminasi yang menguntungkan beberapa pembeli luar negeri dan di laksanakan secara temporer, dengan tujuan menghilangkan beberapa pesaing dan kemudian meningkatkan kembali harganya setelah pesaingnya tersingkir. Dumping secara terus menerus seperti pada namanya berlangsung tanpa batas waktu (Lindert & Kindleberger. 1990)

4. Struktur Ekspor Negara Berkembang.

Ekspor andalan sebagian besar negara berkembang adalah produk alam mentah atau produk pertanian. Ketergantunan ini membuahkan kesulitan makro ekonomi mengingat produk – produk tersebut relatif sangat tidak setabil dibandingkan dengan harga produk manufaktur. Kemerosotan harga suatu produk yang menjadi andalan ekspor akan langsung mengakibatkan kemerosotan serentak pada tingkat pendapatan dan saldo neraca transaksi berjalan, sehingga pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan pun merosot. Keseimbangan eksternal dan internal dari negara yang bersangkutan tidak dapat di pulihkan sampai harga itu membaik kembali.

commit to user

Harga ekspor negara – negara berkembang sanggat peka terhadap kebijakan makro ekonomi negara – negara maju. Pengurangan permintaan agregat di negara maju dengan cepat memukul perekonomian negara berkembang karena hal itu mengurangi secara derastis pendapatan ekspor mereka ( krugman & obstfeld, 1999)

5. Penentu Ekspor

Suatu negara yang melakukan ekspor apabila negara tersebut dapat memproduksi barang – barang yang kemudian melakukan kegiatan ekspor ke negara – negara lain yang membutuhkan produk tersebut dan negara tersebut tidak bisa memproduksi sendiri. Faktor yang paling penting dalam menentukan besarnya ekspor satu negara adalah kemampuan dari negara tersebut untuk memproduksi barang - barang yang dapat bersaing di pasaran luar negeri. Mutu barang dan harga barang produksi dalam negeri itu haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang diperjualbelikan dalam pasar luar negeri. Semakin banyak barang yang mempunyai keistimewaan yang demikian yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin besar ekspor yang dilakukan (Sukirno.2002).

Ekspor merupakan salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab itu ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya akan menaikkan pendapatan nasional. Sebaliknya pendapatan nasional tidak akan mempengaruhi ekspor. Ekspor

commit to user

belum tentu bertambah apabila pendapatan nasional bertambah, atau ekspor dapat mengalami perubahan walaupun pendapatan nasional tetap.

6. Tantangan, Peluang dan Strategi Ekspor Non Migas

a. Diversifikasi ekspor

Strategi pengembangan ekspor pada dasarnya ditunjukan untuk menciptakan struktur ekspor yang kuat dan tangguh. Struktur ekspor yang kuat dapat tercapai apabila produk ekspor tersebut telah benar – benar beragam jenisnya, pasarnya tersebar luas, dan juga pelakunya semakin banyak. Untuk itu langkah yang perlu dilakukan adalah diversifikasi, baik produk, pasar, maupun pelakunya.

1) Diversifikasi produk dapat dilakukan secara horisontal, dengan cara menggali berbagai jenis produk baru, dan secara vertikal dengan cara menciptakan produk baru dari bahan baku yang ada.

2) Strategi

dalam diversifikasi pasar

dilakukan dengan memperhatikan pengelompokan jenis produk yang akan dipasarkan dalam produk primer dan hasil industri pengolahan serta pasarnya, baik pasar tradisional maupun pasar baru. Dalam hal komoditi primer, sering terjadi bahwa negara sedang berkembang dihadapkan dalam keadaan kelebihan barang di dunia atau adanya peraturan yang menghambat ekspor negara tersebut. Dalam menghadapi hal tersebut, negara berkembang harus mempertahankan pangsa pasar serta harus meningkatkan nilai