Peran Kearifan dalam Pengambilan Keputusan Cerai pada Istri yang Mengajukan Cerai Gugat di Pengadilan Agama

E. Peran Kearifan dalam Pengambilan Keputusan Cerai pada Istri yang Mengajukan Cerai Gugat di Pengadilan Agama

Pengambilan keputusan adalah suatu hal yang tidak dapat dilakukan begitu saja, tetapi perlu adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu terkait dengan resiko atau akibat yang mungkin akan ditimbulkan oleh keputusan yang akan diambil tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Tampubolon (2004) bahwa pengambilan keputusan merupakan proses yang berurutan dan bukannya serangkaian langkah- langkah untuk memungkinkan kita tiap-tiap unsur dalam gerak maju yang menuju ke arah suatu keputusan.

Pengambilan keputusan akan menjadi sulit dan lebih memerlukan banyak pertimbangan apabila pengambilan keputusan itu dilakukan untuk menentukan perceraian oleh istri yang sebelumnya sudah mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya kepada Pengadilan Agama. Casson (2008) menjelaskan bahwa pada saat mengambil keputusan terkadang daya pikir seseorang mengalami kelumpuhan dan akibatnya benar-benar sangat merugikan, hal ini biasanya terjadi pada orang yang sedang mengalami kesukaran keuangan atau masalah rumah tangga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Alwi (2005) menjelaskan bahwa gugat adalah pengaduan perkara atau menuntut, dalam hal ini cerai gugat dimaknai sebagai cerai yang dimohon atau dituntut oleh istri terhadap suami kepada Pengadilan Agama (Subekti dan Tjitrosudibio, 2006).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pengajuan cerai hingga diputuskan dan dikabulkannya permohonan cerai oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lain harus melalui proses yang panjang, salah satunya adalah suami istri yang sedang berada pada ambang perceraian sebelum perkara diputus maka harus menjalani proses mediasi, mediasi adalah bertemunya kedua belah pihak tergugat dan penggugat dengan salah seorang mediator (yang biasanya diperankan oleh hakim) guna mengupayakan perdamaian antara kedua belah pihak tersebut (Pengadilan Agama Karanganyar, 2010).

Dari adanya proses mediasi tersebut dapat dikatakan bahwa masih ada kesempatan bagi kedua belah pihak untuk memberikan keputusan lagi mana sebenarnya keputusan yang paling baik untuk dirinya, keluarga, dan juga aspek lingkungan lainnya sebelum permohonan cerai dikabulkan oleh Pengadilan Agama.

Penelitian ini akan mendalami lebih lanjut tentang bagaimana istri yang berkedudukan sebagai penggugat memutuskan keputusan untuk benar-benar melanjutkan permohonannya untuk bercerai dari suaminya atau tidak. Melihat aspek lain dari diri seorang istri yang merupakan seorang wanita dengan segala sifat, kepribadian, keadaan biologis maupun fisiologis dalam dirinya, yang sangat khas dan berbeda dengan laki-laki. Selain itu dinyatakan oleh Ibrahim (2002), bahwa wanita mengalami lebih banyak kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri didalam pernikahan, hal ini lebih diperkuat dengan data satatistik yang menunjukkan bahwa jumlah istri yang puas dengan pernikahan lebih sedikit dibanding jumlah suami.

Selain itu pengetahuan dalam berbagai hal dan pengalaman para istri yang mempengaruhi perilaku dan sikap serta kematangan berpikir khususnya pada saat menghadapi masalah yang disebut dengan kearifan, dan pasti dimiliki oleh setiap istri sebagai manusia normal dengan landasan teori dari Harter (dalam Peterson 2004), bahwa setiap orang pasti mempunyai sisi kearifan tersendiri dan dengan tingkatan yang berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain, sesuai dengan perjalanan hidup, masalah yang pernah dialami, pengalaman, dan pengetahuan praktis lain yang didapat selama hidup.

Kearifan tersebut selanjutnya akan berperan dalam proses pengambilan keputusan untuk bercerai yang dilakukan oleh para istri yang mengajukan cerai gugat di Pengadilan Agama yang diharapkan akan menghasilkan keputusan yang bermutu, hal ini didasarkan pada penjelasan Baltes (dalam Santrock 2002), bahwa kearifan merupakan pengetahuan seseorang mengenai aspek-aspek praktis dari kehidupan yang memungkinkan munculnya suatu keputusan yang bermutu mengenai hal-hal penting dalam kehidupan, sehingga akan menjadi lebih menarik apabila dipahami lebih lanjut tentang bagaimana peran kearifan dalam proses pengambilan keputusan pada istri dengan segala sifat, kepribadian, dan kondisinya.