Hipotesis Pertama

1. Hipotesis Pertama

Leverage merupakan rasio utang terhadap ekuitas perusahaan (Sejjaaka, 2004). Rasio ini menunjukkan seberapa besar dari keseluruhan aset perusahaan yang diperoleh atau didanai oleh hutang. Perjanjian terbatas seperti utang yang tergambar dalam tingkat leverage dimaksudkan membatasi kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan antar pemegang saham dan

pemegang obligasi (Jensen dan Meckling, 1976). Zhang et. al. (2008) mengatakan bahwa leverage merupakan indikator yang kuat dalam menentukan apakah perusahaan mengungkapkan informasi lingkungan.

0,05 dan menunjukkan koefisien positif sebesar 0,048. Koefisien positif sebesar - 0,048 memperlihatkan hubungan positif yaitu tingkat risk management disclosure akan naik sebesar 4,80% jika leverage bertambah 1 satuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat leverage maka risk management disclosure semakin besar. Perusahaan dengan leverage yang semakin tinggi menunjukkan semakin berisiko dalam pelunasannya. Tingkat leverage yang tinggi menunjukkan tingkat ketergantungan terhadap pihak eksternal (kreditur), sehingga perusahaan mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi yang lebih detail dalam laporan tahunan untuk memenuhi kebutuhan stakeholder. Suhardjanto (2008) memperkuat pendapat tersebut, bahwa semakin besar tingkat leverage perusahaan, maka semakin terperinci informasi yang diungkapkan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto dan Umi (2010); Suhardjanto dan Laras (2009); Cormier dan Magnan (1999); nilai ini menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risk management disclosure perbankan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa leverage tidak mempengaruhi keputusan stakeholder perusahaan. Bagi stakeholder, perusahaan dengan derajat ketergantungan terhadap hutang adalah suatu hal biasa terjadi, hal ini dapat diinterpretasikan bahwa 50% perusahaan di Indonesia mempunyai hutang yang lebih besar daripada modalnya sendiri (Sembiring, 2005). Hasil pengujian bertolak belakang dengan hipotesis, maka hipotesis pertama ditolak.

Blockholder ownership merupakan banyaknya jumlah blockholder yang memiliki 5% atau lebih dari saham perusahaan yang beredar (Endri, 2011). Blockholder ownership mempunyai p-value sebesar 0,003 pada tingkat signifikansi 0,05 dan menunjukkan koefisien negatif sebesar -0,149. Koefisien negatif sebesar -0,149 memperlihatkan hubungan negatif yaitu tingkat risk management disclosure akan turun sebesar 14,90% jika blockholder ownership bertambah 1 satuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Eng dan Mak (2003). Nilai ini menunjukkan bahwa blockholder ownership berpengaruh negatif signifikan terhadap risk management disclosure. Jika kepemilikan saham terkonsentrasi melewati batas tertentu, maka pemegang saham besar akan memiliki pengendalian penuh dan cenderung memanfaatkan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pribadi yang tidak bisa didapat oleh pemegang saham minoritas (Shleifer dan Vishny, 1997).

Morck, Shleifer, dan Vishny (1988) menemukan bahwa ketika kepemilikan saham masih dibawah 10% akan meningkatkan laba perusahaan, namun setelah kepemilikan diatas 10% maka akan menurunkan laba perusahaan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham yang masih kecil maka kontrol terhadap perusahaan lebih efisien, tetapi jika kepemilikan saham sudah efisien dan kepemilikan tersebut ditambah maka kontrol terhadap perusahaan akan berlebihan. Kemampuan kontrol yang yang berlebihan akan merugikan stakeholder yang lain karena pemegang saham hanya mengambil tindakan untuk menguntungkan diri sendiri (Arifin, 2005). Pola kepemilikan yang terdistribusi Morck, Shleifer, dan Vishny (1988) menemukan bahwa ketika kepemilikan saham masih dibawah 10% akan meningkatkan laba perusahaan, namun setelah kepemilikan diatas 10% maka akan menurunkan laba perusahaan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham yang masih kecil maka kontrol terhadap perusahaan lebih efisien, tetapi jika kepemilikan saham sudah efisien dan kepemilikan tersebut ditambah maka kontrol terhadap perusahaan akan berlebihan. Kemampuan kontrol yang yang berlebihan akan merugikan stakeholder yang lain karena pemegang saham hanya mengambil tindakan untuk menguntungkan diri sendiri (Arifin, 2005). Pola kepemilikan yang terdistribusi

Godfrey dan Jones (1999) berpendapat mengenai kepemilikan saham bahwa semakin rendah konsentrasi kepemilikan di tangan satu pemilik, maka semakin besar tingkat disperse control terhadap perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin rendah kepemilikan tunggal atas saham perusahaan, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan sebagai upaya untuk memonitor manajemen. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis kedua, sehingga hipotesis ketiga diterima.

Dokumen yang terkait

MODEL PENYAJIAN HASIL BELAJAR BERBASIS WEB DAN TINDAK LANJUTNYA DALAM KELAS ONLINE UNTUK MEMBANTU SISWA BELAJAR MANDIRI TESIS

0 0 14

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN SOFT SKILLS PADA PENYIAPAN PESERTA DIDIK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 2 SALATIGA DALAM MEMASUKI DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI MELALUI IN-HOUSE TRAINING DENGAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DI SMP KRISTEN 1 SALATIGA

0 2 18

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN

0 0 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DENGAN TINDAKAN DALAM PENANGANAN DISMENOREA DI SMP SWASTA KUALUH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2015 SKRIPSI

0 1 14

PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2017

1 1 496

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN CURRENT RATIO (CR) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011

0 1 13

PENDIDIKAN SEKSUAL BERBASIS BUDAYA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI INDONESIA

0 0 15

PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING, UTANG LUAR NEGERI, DAN EKSPOR TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 1985 -2010

0 0 94

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 74