RISK MANAGEMENT DISCLOSURE DALAM PRESPEKTIF STAKEHOLDER THEORY: STUDI EMPIRIS PERBANKAN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh: TRI REJEKI ARUMSARI

F. 1310086

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

v Jadikanlah sabar dan shalat itu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah

beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 153)

v Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS. Al Insyiroh: 6)

v Setiap kesuksesan dalam hidup tidaklah gratis, harus dibayar dengan

harga yang pantas. (Anonim)

v Nikmati dan syukuri proses yang ada, dari proses itulah kita akan

mendapat pembelajaran kehidupan. (Penulis)

© Ibu, Bapak, my older sister and my younger sister yang selalu mendoakan yang terbaik dalam hidupku.

© Bapak Djoko Suhardjanto, terimakasih untuk bimbingan yang diberikan selama ini.

© Syahroni, untuk dukungan dan doanya. © Teman-teman seperjuangan di UNS Transfer 2010. © ALMAMATER

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, karena penulis menyadari tanpa ridha dan bimbingan-Nya segala sesuatu tidak dapat terwujud.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat- syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan, dorongan, doa dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Wisnu Untoro M. S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons) Ph. D Ak, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, kesabaran dan perhatian yang tinggi dalam memberikan bimbingan, serta pengarahan hingga selesainya penulisan skripsi ini. Makasih Bapak buat dateline setiap minggu, maaf kalo saya keset dan gak mudengan. Pak Djoko joss pokoknya.

4. Keluargaku yang selalu memberikan kepercayaan, dukungan dan doa yang tiada henti. Ibu, Ibu, Ibu dan Bapak, seluas dan sebanyak apapun anakmu ini berikan takkan mampu membalas kebaikan kalian. Semoga Alloh SWT memberikan balasan dengan surga terindah-Nya, Amin. Mba Ipung, Iis (filak), atas motivasi dan dorongan untuk

5. Syahroni, the best man ever i had. Terimakasih untuk dukungan dan doamu.

6. Janita Pratika Sari, makasih karena selalu bersedia mendengarkan atas celotehku tiap kali galau dan patah semangat. Epong, ayo semangat skripsinya, kamu pasti bisa! Nana, makasiih buat tumpangan nge-printnya.

7. Teman-teman “J” yang dipurwokerto (Mbaeh, Mz Rasyid, Mz sony, Mz Budi, Yeti, Evi, Lintung, Aa Ari, Dodo, Pujel, Mz Wendy, Mz Joni and all “J”), ayook pada camping , rafting, manjat..kangen bau tanah, kangen wave+hole-nya Serayu, dan terutama kangen suasana kekeluargaan yang selalu tercipta.

8. Mbak Indi, Sesar, Nana, Awin, Bunga, Yuanita, Tika, kangen buat jalan-jalan bareng kalian lagi. Mbak Indi, Tika, Sesar, Nana, Yuanita, ayook ndang nyusul.

9. The Djs Family (Ima, Moecha, Mbak Indi ma Mbak Citra, Mbak Ane), makasih buat koreksian tiap minggunya, Ima makasih buat sharing, masukan, koreksian dan nyuplai semangatku di akhir-akhir skripsi ini. Buat Moecha, jangan patah semangat yaa..kamu pasti bisa! Mbak Indi ma Mbak Citra ndang konsul neh tho mbak, segera menyusul lho.

10. Wisma Puri Sari dan penduduknya, pasti bakalan kangen sama celoteh dan gumaman

kalian semua.

11. Teman-teman di Akuntansi Transfer 2010, ditunggu reunian yahhh.

12. Semua orang-orang yang telah memberikan warna dalam hidupku, yang tidak bisa disebutkan satu per satu, dengan segenap kerendahan hati izinkan sebuah kata mengalir tulus dari lubuk terdalam: Terima kasih.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan ini. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan

Surakarta, Desember 2012

Penulis

C. Data dan Metode Pengumpulan Data…………………………. . 45

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ........ 46

E. Teknik Analisis Data ................................................................... 51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif data ............................................................................. 56

1. Seleksi Sampel ........................................................................ 56

2. Statistik Deskriptif .................................................................. 58

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ......................................... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 80

B. Saran ............................................................................................ 81

C. Keterbatasan ................................................................................ 83

D. Rekomendasi ………………………………………………… .. 83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Halaman Tabel II.1 Perbandingan Klasifikasi Risiko ... .................................................33 Tabel III.1 Keterangan Persamaan Penghitungan

Risk Management Disclosure ........................................................ 48

Tabel III.2 Keterangan Persamaan Analisis Regresi ....................................... 52 Tabel IV.1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ....................................... 57 Tabel IV.2 Statistik Deskriptif Risk Management Disclosure ......................... 58 Tabel IV.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen ....................................... 61 Tabel IV.4 Hasil Regresi Berganda .................................................................. 68

Gambar II.1 Kerangka Konseptual ................................................................... 36

Lampiran I Summary Item Pengungkapan Risk Management Lampiran II Daftar Perbankan Lampiran III Perbankan dan Skor Pengungkapan Risk Management Lampiran IV Statistik Deskriptif Lampiran V Uji Asumsi Klasik Lampiran VI Regresi Berganda

STAKEHOLDER THEORY: STUDI EMPIRIS PERBANKAN INDONESIA ABSTRAKSI TRI REJEKI ARUMSARI F1310086

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan stakeholder theory terhadap risk management disclosure perusahaan perbankan di Indonesia. Stakeholder theory direpresentasikan dengan leverage, blockholder ownership, kepemilikan manajerial, proporsi Komite Audit Independen, ukuran Komite Pemantau Risiko, Return on Equity (ROE), dan Tobins’q

Pengukuran tingkat risk management disclosure dalam penelitian ini menggunakan item-item yang terdapat dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/23/DPNP/2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 84 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2009-2011. Sampel tersebut dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling .

Rerata tingkat risk management disclosure sebesar 52,24%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kepatuhan perbankan di Indonesia dalam mengungkapkan informasi mengenai risk management masih rendah, mengingat risk management disclosure adalah salah satu pengungkapan wajib (mandatory disclosure ) sesuai dengan PSAK No. 60 (revisi 2010), PBI Nomor: 11/25/PBI/2009. Hasil pengujian regresi menunjukan adanya pengaruh negatif signifikan antara variabel blockholder ownership dan kepemilikan manajerial, dan pengaruh pengaruh positif signifikan antara variabel ukuran Komite Pemantau Risiko terhadap risk management disclosure. Variabel lainnya yaitu leverage, proporsi Komite Audit Independen, ROE dan Tobins’q tidak berpengaruh terhadap tingkat risk management disclosure.

Kata Kunci: risk management disclosure, stakeholder theory, perbankan Indonesia

STAKEHOLDER THEORY: STUDI EMPIRIS PERBANKAN INDONESIA ABSTRACT TRI REJEKI ARUMSARI F1310086

This purpose of this study is to examine the effect of the application of stakeholder theory to risk management disclosure of Indonesian banks. Stakeholder theory are identified as leverage, blockholder ownership, managerial ownership, proportion of audit committee, the number of risk management committee, return on equity (ROE) and tobins’q.

The level of risk management disclosure is measured based on identified items of Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/23/DPNP/2011. Under purposive sampling, secondary data of 84 annual reports year 2009-2011 of banks in Indonesian Stock Exchange are selected.

The average level of risk management disclosure is at 52.24%. This number indicates that Indonesian’s banks are not fully complience to PSAK No.

60 (revisi 2010), PBI Nomor: 11/25/PBI/2009. The results of multiple regression shows the significant negative effect of the variable blockholder ownership and managerial ownership, and a significant positive effect between the variable size of risk management committee to risk management disclosure. Other variables, leverage, the composition of independent audit comittee members, ROE and Tobins'q are not good predictors for level of risk management disclosure.

Keywords: risk management disclosure, stakeholder theory, Indonesian banks

PENDAHULUAN

Bab yang pertama ini akan menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika dari penulisan penelitian ini.

A. Latar Belakang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh stakeholder perusahaan terhadap risk management disclosure perusahaan perbankan di Indonesia. Dimensi stakeholder dalam penelitian ini merunut pada pendapat Ullmann (1985) yang terdiri dari stakeholder power, strategic posture dan economic performance. Stakeholder power diproksikan dengan kreditur, pemegang saham, manajer, sedangkan untuk strategic posture diproksikan dengan Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko. Economic performance diproksikan dengan Return on Equity (ROE) dan Tobins’q.

Sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2008, dunia dilanda krisis keuangan internasional yang disebut credit crisis (Oorschot, 2009). Krisis keuangan ini karena kegagalan kebijakan kredit yang dilakukan di Amerika Serikat yang kemudian menjalar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Topik risk disclosure , khususnya risk management disclosure menjadi topik yang Sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2008, dunia dilanda krisis keuangan internasional yang disebut credit crisis (Oorschot, 2009). Krisis keuangan ini karena kegagalan kebijakan kredit yang dilakukan di Amerika Serikat yang kemudian menjalar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Topik risk disclosure , khususnya risk management disclosure menjadi topik yang

Amran, Abdul, Hassan (2008) mengemukakan bahwa risiko merupakan bagian dari kegiatan bisnis. Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 5/8/PBI/2003 yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi PBI Nomor; 11/25/PBI/2009, risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu. Dalam konteks perbankan, risiko merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank (Lampiran SE No.5/21/DPNP, 29 September 2003).

Ada beberapa kasus berkaitan dengan manajemen risiko perbankan Indonesia diantaranya mengenai penggelapan rekening nasabah Citibank pada periode

2007

– 2011

yang merugikan

30 nasabah Citibank

(http://www.finance.detik.com, 2012 ). Kasus penggelapan tersebut dapat dicegah bila

dengan baik

(http://www.mtempo.co, 2012). Kasus lain yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan risiko kredit adalah penyimpangan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dimana bank tidak mampu mengembalikan BLBI, 5 (lima) Bank yang melakukan penyimpangan terbesar yaitu, Bank Dagang Nasional, Bank Central Asia (BCA), Bank Danamon, Bank Umum Nasional (BUN), Bank Indonesia Raya (BIRA) (Yuntho dan Rahayu, 2006).

tidak dikelola dengan baik dan membuktikan kurangnya transparansi antara pihak manajemen dan stakeholder. Padahal, unsur keterbukaan (transparansi) dalam laporan keuangan perusahaan telah diatur oleh Bapepam, diantaranya perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan transaksi – transaksi penting yang berkaitan dengan perusahaan, risiko yang dihadapi dan rencana/kebijakan perusahaan (corporate action) yang akan dijalankan (Fuad, 2006). Pengungkapan risiko dalam laporan keuangan menjadi penting karena dapat mengurangi asimetri informasi yang menyebabkan kerugian bagi stakeholder.

Penelitian mengenai risk management disclosure di Indonesia dilakukan oleh Yudawijaya (2011) pada sektor publik yaitu, Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan ukuran Pemerintah Daerah, dan leverage yang berpengaruh positif terhadap risk management disclosure . Ukuran Pemerintah Daerah berpengaruh karena pemerintah daerah yang lebih besar cenderung akan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk mendapatkan dan menyampaikan informasi yang lebih banyak kepada stakeholder . Pemerintah Daerah yang mempunyai tingkat leverage tinggi memiliki kewajiban mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan pengungkapan risiko. Pengungkapan tersebut penting dilakukan guna memberikan rasa aman dan kepastian di masa mendatang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang digunakan merupakan aplikasi stakeholder Ulmann (1985) dan sampel yang digunakan adalah pada sektor perbankan (privat) bukan pada sektor publik.

terhadap 300 perusahaan di Canada dengan metode content analysis yang dilakukan dengan mengklasifikasikan kalimat dan meranking, menghasilkan kesimpulan : (1) pengungkapan risiko pada laporan tahunan perusahaan sebagian besar terdapat footnote laporan keuangan sebesar 85,09% dan bersifat kualitatif, (2) sebagian besar perusahaan mengungkapkan minimal satu kategori risiko dan maksimal 9 kategori risiko, dimana risiko keuangan merupakan risiko yang paling sering diungkapkan. Penelitian lain dilakukan oleh Linsley dan Shrives (2006) mengenai pengungkapan risiko annual report perusahaan di UK. Berdasarkan penelitian tersebut, ditemukan pengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan dan tingkat risiko lingkungan dengan luas pengungkapan risiko. Helbok dan Wagner (2006) meneliti luas pengungkapan risiko operasional dalam laporan keuangan dari 59 bank komersial di Nord America, Asia dan Eropa pada rentang waktu tahun 1999 – 2001 secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa lembaga keuangan dengan profitabilitas yang lebih rendah mengungkapkan penilaian dan pengelolaan risiko operasional dengan lebih luas.

Tingkat profitabilitas yang tinggi akan semakin meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, sehingga perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih luas terhadap stakeholdernya.

Amran et.al. (2008) meneliti mengenai risk management disclosure pada laporan tahunan perusahaan Malaysia mengungkapkan bahwa variabel ukuran perusahaan positif signifikan berpengaruh terhadap risk management disclosure.

sehingga akan semakin banyak mengungkapkan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap stakeholdernya. Oorschot (2009) melakukan penelitian mengenai pengungkapan risiko pada perbankan Jerman dengan cakupan pembahasan pengungkapan pasar, kredit dan risiko likuiditas bank di Jerman dalam tahun 2005 – 2008 secara kuantitatif dan kualitatif. Pengungkapan secara kuantitatif dan kualitatif masing-masing mencapai tingkat 74,50% dan 83,00%. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa permintaan dan penawaran tentang risiko pada perbankan di Jerman semakin bertambah dari tahun ke tahun.

Penelitian ini menganalisis aspek dalam stakeholder theory yang dikaitkan dengan risk management disclosure. Chairiri (2008) mengatakan bahwa dalam stakeholder theory perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain), sehingga keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Gray, Kouhy dan Adams (1995) bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder, makin powerfull stakeholder makin besar perusahaan untuk beradaptasi. Dukungan kepada perusahaan dapat diperoleh dengan menerapkan tanggungjawabnya kepada stakeholder salah satunya dengan mengungkapkan risk management disclosure perusahaan. Laporan keuangan dan pengungkapannya sangat penting Penelitian ini menganalisis aspek dalam stakeholder theory yang dikaitkan dengan risk management disclosure. Chairiri (2008) mengatakan bahwa dalam stakeholder theory perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain), sehingga keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Gray, Kouhy dan Adams (1995) bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder, makin powerfull stakeholder makin besar perusahaan untuk beradaptasi. Dukungan kepada perusahaan dapat diperoleh dengan menerapkan tanggungjawabnya kepada stakeholder salah satunya dengan mengungkapkan risk management disclosure perusahaan. Laporan keuangan dan pengungkapannya sangat penting

Era globalisasi seperti saat ini menjadikan produk dan aktivitas bank semakin kompleks sehingga mengakibatkan risiko yang dihadapi bank akan semakin meningkat. Hal tersebut menjadikan penelitian ini penting untuk dilakukan, selain itu penelitian mengenai risk management disclosure dalam perspektif stakeholder theory untuk perusahaan perbankan di Indonesia belum pernah dilakukan. Pemilihan perusahaan perbankan dengan alasan bahwa perbankan berbeda dengan sektor industri lain. Perusahaan perbankan merupakan perusahaan keuangan (financial) yang highly regulated (Suhardjanto dan Aryane, 2011) dan lembaga yang dikenal sebagai risk taking entities (Oorschot, 2009), selain itu penelitian mengenai aplikasi stakeholder pada risk management disclosure di Indonesia belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ”Risk Management

Disclosure dalam Perspektif Stakeholder Theory: Studi Empiris Perbankan di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan judul penelitian, maka permasalahan yang hendak diteliti adalah apakah stakeholder theory yang direpresentasikan dengan (1) leverage, (2) blockholder ownership, (3) kepemilikan manajerial, (4) proporsi Komite Audit Independen, (5) ukuran Komite Pemantau Risiko, (5) Sesuai dengan latar belakang dan judul penelitian, maka permasalahan yang hendak diteliti adalah apakah stakeholder theory yang direpresentasikan dengan (1) leverage, (2) blockholder ownership, (3) kepemilikan manajerial, (4) proporsi Komite Audit Independen, (5) ukuran Komite Pemantau Risiko, (5)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh stakeholder theory yang direpresentasikan dengan (1) leverage, (2) blockholder ownership, (3) kepemilikan manajerial, (4) proporsi Komite Audit Independen, (5) ukuran Komite Pemantau Risiko, (5) return on equity (ROE) dan Tobins’q terhadap risk management disclosure perusahaan perbankan di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat termasuk :

1. Bagi akademisi, memberikan bukti empiris mengenai cakupan risk management disclosure yang dipengaruhi oleh stakeholder perusahaan. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memunculkan penelitian lain mengenai risk management disclosure pada perusahaan perbankan di Indonesia.

2. Bagi stakeholder dan pihak – pihak yang berkepentingan, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan, terutama dalam pengelolaan dan risk management disclosure.

management disclosure dimana dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun annual report.

4. Bagi pihak regulator, khususnya IAI dan Bapepam – LK, memberikan referensi untuk membuat peraturan yang lebih baik mengenai item – item risk management disclosure .

TINJAUAN PUSTAKA

Setelah membahas pendahuluan di Bab I, maka pada Bab II ini akan dijelaskan mengenai landasan teori, kerangka teoritis serta penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.

A. Landasan Teori

Pada landasan teori ini akan dijabarkan mengenai teori dan literatur yang mendasari komponen maupun variabel penelitian.

1. Teori Stakeholder

Teori stakeholder dimulai dengan asumsi bahwa nilai adalah sesuatu yang perlu dan secara eksplisit merupakan bagian dalam kegiatan bisnis (Freeman, Andrew, Bidhan, 2004). Stakeholder merupakan kelompok atau individu yang dapat berpengaruh ataupun dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan, mendapatkan keuntungan ataupun dirugikan oleh perusahaan, serta haknya dipenuhi ataupun diabaikan oleh perusahaan. (Freeman, 1984 dalam Roberts, 1992).

Kelompok stakeholder dalam perusahaan terdiri dari investor, pelanggan, supplier dan karyawan (Donaldson dan Preston, 1995). Kelompok stakeholders inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan (Rafinda, Kelompok stakeholder dalam perusahaan terdiri dari investor, pelanggan, supplier dan karyawan (Donaldson dan Preston, 1995). Kelompok stakeholders inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan (Rafinda,

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain) (Chairiri, 2008). Teori stakeholder memiliki penekanan yang berbeda tentang pihak-pihak yang dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi di dalam annual report perusahaan dimana lebih mempertimbangkan posisi para stakeholders yang dianggap mempunyai kekuasaan (Rafinda et.al., 2011).

Penelitian Roberts (1992) secara empiris membuktikan bahwa teori stakeholder merupakan landasan teori untuk menganalisis dampak dari kinerja keuangan perusahaan, strategi aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan, dan intensitas stakeholder dalam mempengaruhi pengungkapan lingkungan. Perusahaan yang berkomitmen untuk melaporkan segala aktivitasnya kepada stakeholder , biasanya bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan dan keberlanjutan pengkreasian nilai untuk semua stakeholder (Ernst dan Young, 1999).

Salah satu strategi untuk mengelola stakeholder adalah dengan disclosure. Disclosure merupakan suatu cara untuk mewujudkan transparansi dalam bidang bisnis, selain itu disclosure atas laporan keuangan tahunan juga dapat meningkatkan kepercayaan investor dan pengguna laporan lainnya (Ardi dan Salah satu strategi untuk mengelola stakeholder adalah dengan disclosure. Disclosure merupakan suatu cara untuk mewujudkan transparansi dalam bidang bisnis, selain itu disclosure atas laporan keuangan tahunan juga dapat meningkatkan kepercayaan investor dan pengguna laporan lainnya (Ardi dan

Ullmann (1985) menyajikan tiga model dimensi teori stakeholder untuk menjelaskan korelasi antara pengungkapan sosial serta kinerja sosial dan kinerja ekonomi. Dimensi pertama adalah stakeholder power yang menjelaskan mengenai kekuasaan stakeholder. Dimensi kedua adalah strategic posture perusahaan terhadap kegiatan tanggung jawab sosial. Strategic posture menggambarkan respon dari pembuat keputusan perusahaan tentang tuntutan sosial. Dimensi ketiga adalah economic perfomance yang menyangkut kinerja masa lalu dan ekonomi perusahaan saat ini. Economic performance secara langsung mampu mempengaruhi kemampuan keuangan terhadap tanggung jawab sosial.

a. Stakeholder power

Stakeholder power merupakan landasan teori yang mendasari kerangka Ulmann (1985). Weber (1947) dalam Mitchell, Bradley, Donna (1997) mendefinisikan power sebagai kemungkinan dimana seorang pemain diantara suatu hubungan sosial mempunyai posisi untuk membawa kekuasaannya meskipun akan mendapatkan perlawanan. Dahl (1957) mendefinisikan power

mendapatkan pemain sosial yang lain, sebaliknya B melakukan sesuatu dimana B tidak dapat menyelesaikannya. Pihak yang mempunyai power dalam perusahaan dapat memperoleh akses untuk memaksa, memanfaatkan, atau bersifat normatif untuk menjatuhkan suatu hubungan (Mitchell et.al., 1997). Jadi dapat disimpulkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang, kharisma, atau kekuatan fisik. Stakeholder power dibahas sebagai dasar kerangka dari model Ullmann (1985), mengacu bagaimana pengaruh kekuasaan stakeholder terhadap perusahaan, agar perusahaan memenuhi tuntutan stakeholder (pemilik, kreditur, manajer, maupun regulator), hal ini dianggap penting karena untuk keberlanjutan keberhasilan perusahaan (Clarkson, 1995; Roberts, 1992).

1) Stakeholder Power – Kreditur

Kedudukan teori stakeholder terbatas pada memelihara dalam hubungan, perusahaan akan menginformasikan pengungkapan yang lebih banyak kepada stakeholder kunci seperti kreditur. Stakeholder seperti pemegang saham dengan

kreditur mewajibkan hubungan yang baik dengan perusahaan (Suhardjanto, 2008). Kreditur meminjamkan dana kepada perusahaan bila mereka percaya bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik sehingga dapat mengembalikan pinjaman pokok beserta bunganya di kemudian hari.

Jika stakeholder menginvestasikan sumber daya mereka dengan jumlah yang banyak mereka akan mengharapkan hubungan yang lebih penting (Alexander, Paul, Amy, 2004). Kreditur dapat mengontrol akses sumber daya

Kreditur akan melaksanakan kekuasaan mereka dengan meningkatkan biaya modal atau menahan utang (Kent dan Chan, 2003). Dapat disimpulkan bahwa, semakin besar perusahaan bergantung pada pembiayaan utang untuk mendanai proyek-proyek modal, semakin besar pula pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap stakeholdernya.

Kreditur dalam penelitian ini diproksikan dengan tingkat leverage perusahaan. Perusahaan dengan leverage yang semakin tinggi menunjukkan semakin berisiko dalam pelunasannya. Tingkat leverage yang tinggi menunjukkan tingkat ketergantungan terhadap pihak eksternal (kreditur), sehingga perusahaan mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi yang lebih detail dalam laporan tahunan untuk memenuhi kebutuhan stakeholder. Suhardjanto (2008) memperkuat pendapat tersebut, bahwa semakin besar tingkat leverage perusahaan, maka semakin terperinci informasi yang diungkapkan. Semakin rendah tingkat leverage perusahaan maka akan semakin bagus kondisi perusahaan tersebut dan semakin tinggi tingkat leverage semakin tinggi pula risiko pelunasannya.

2) Stakeholder Power – Pemegang Saham

Pemegang saham menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pemegang surat bukti kepemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak atas deviden dan lain – lain menurut besar kecilnya modal yang disetor. Penyebaran kepemilikan perusahaan, terutama oleh pemegang saham yang peduli dengan kegiatan sosial perusahaan (dana tanggung jawab sosial bersama Pemegang saham menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pemegang surat bukti kepemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak atas deviden dan lain – lain menurut besar kecilnya modal yang disetor. Penyebaran kepemilikan perusahaan, terutama oleh pemegang saham yang peduli dengan kegiatan sosial perusahaan (dana tanggung jawab sosial bersama

3) Stakeholder Power – Manajer

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, manajer mempunyai pengertian orang yang berwenang dan bertanggungjawab membuat rencana dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Apabila manajer ikut memiliki perusahaan (insider ownership ), atau apabila pendapatan atau kompensasi manajer dikaitkan secara langsung dengan kekayaan pemilik maka manajer akan bertindak sebagaimana pemilik (Haryono, 2005). Hal tersebut didukung oleh Ujiyantho (2007) bahwa kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.

Manajer dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan manajerial perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa guna mengurangi konflik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, yang berarti Manajer dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan manajerial perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa guna mengurangi konflik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, yang berarti

b. Strategic posture

Ullmann (1985) menerangkan bahwa strategic posture menggambarkan model reaksi yang ditunjukkan untuk pengambil keputusan kunci perusahaan terhadap tuntutan sosial. Cara-cara yang dilakukan perusahaan untuk memanage stakeholdernya tergantung pada strategic posture yang diadopsi perusahaan (Ullmann, 1985). Perusahaan yang mengadopsi strategic posture aktif akan berusaha mempengaruhi hubungan organisasinya dengan stakeholder yang dipandang berpengaruh/penting. Hal ini menunjukkan bahwa strategic posture aktif tidak hanya mengidentifikasi stakeholder tetapi juga menentukan stakeholder mana yang memiliki kemampuan terbesar dalam mempengaruhi alokasi sumber ekonomi ke perusahaan. Sebaliknya, strategic posture pasif cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Kurangnya perhatian terhadap stakeholder (dalam pendekatan strategic posture pasif) akan mengakibatkan rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya Ullmann (1985) menerangkan bahwa strategic posture menggambarkan model reaksi yang ditunjukkan untuk pengambil keputusan kunci perusahaan terhadap tuntutan sosial. Cara-cara yang dilakukan perusahaan untuk memanage stakeholdernya tergantung pada strategic posture yang diadopsi perusahaan (Ullmann, 1985). Perusahaan yang mengadopsi strategic posture aktif akan berusaha mempengaruhi hubungan organisasinya dengan stakeholder yang dipandang berpengaruh/penting. Hal ini menunjukkan bahwa strategic posture aktif tidak hanya mengidentifikasi stakeholder tetapi juga menentukan stakeholder mana yang memiliki kemampuan terbesar dalam mempengaruhi alokasi sumber ekonomi ke perusahaan. Sebaliknya, strategic posture pasif cenderung tidak terus menerus memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder. Kurangnya perhatian terhadap stakeholder (dalam pendekatan strategic posture pasif) akan mengakibatkan rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya

1) Strategic Posture – Komite Audit

Sesuai dengan Keputusan Bapepam Nomor : Kep-29/PM/2004, Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite Audit Independen merupakan anggota Komite Audit yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa: (a) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (b) struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (c) pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, (d) tidak lanjut temuan hasil audit dilaksanan oleh manajemen.

Menurut pasal 43, PBI Nomor: 8/4/PBI/2006 tugas dan tanggung jawab Komite Audit adalah memantau dan mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan audit, serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian internal termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan perbankan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Komite Audit merupakan strategic posture perusahaan karena berfungsi meningkatkan kualitas Menurut pasal 43, PBI Nomor: 8/4/PBI/2006 tugas dan tanggung jawab Komite Audit adalah memantau dan mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan audit, serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian internal termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan perbankan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Komite Audit merupakan strategic posture perusahaan karena berfungsi meningkatkan kualitas

2) Strategic Posture – Komite Pemantau Risiko

Komite Pemantau Risiko merupakan komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris

tugas dan

tanggungjawabnya. Berdasarkan PBI No: 8/4/PBI/2006, Komite Pemantau Risiko bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris dengan keanggotaan paling kurang terdiri dari: (a) seorang komisaris independen, (b) seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang keuangan, dan (c) seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang manajemen risiko. Menurut PBI Nomor: 8/4/PBI/2006 pasal 44 Komite Pemantau Risiko melakukan (a) evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut, (b) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas komite manajemen risiko dan satuan kerja manajemen risiko guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. Komite pemantau risiko dikatakan sebagai strategic posture perusahaan karena dibentuk untuk menjalankan proses dan sistem manajemen risiko yang efektif.

c. Economic Performance

Economic performance sering disebut dengan kinerja perusahaan (Suratno, 2006). Economic performance (kinerja perusahaan) didefinisikan sebagai prestasi manajemen keuangan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan

yang dikeluarkan secara periodik. Penilaian kinerja perusahaan (companies performance assesment ) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996). Menurut Dalton, Daily, dan Ellstrand (1999), terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu accounting based indicator, market based indicator atau kombinasi di antara keduanya sebagai indikator yang digunakan. Accounting based indicator terdiri dari return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan return on investment (ROI) (Dalton, Daily dan Ellstrand, 1999; Pathan, Skully dan Wickramanayake, 2007; Staikouras, Staikouras dan Agoraki, 2007). Market based indicator terdiri dari Tobin’s Q, market to book value, jensen’s alpha, the treynor measure , dan sharpe measure (Dalton, Daily dan Ellstrand, 1999; Larmou dan Vafeas, 2010).

1) Economic performance – Return on Equity (ROE)

Return on equity (ROE) adalah jumlah laba bersih yang dikembalikan sebagai persentase dari ekuitas pemegang saham. ROE menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendirinya sehingga besarnya ROE mengindikasikan tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih.

para pengambil keputusan perusahaan agar dapat berkomitmen untuk masa depan kegiatan tanggung jawab sosial (Ullmann, 1985). ROE merupakan salah satu cara untuk menghitung profitabilitas perusahaan. Haniffa dan Cooke (2005) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas, perusahaan akan semakin lebih banyak mengungkapkan informasi sukarela ke publik. Ullmann (1985) mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas maka akan semakin tinggi pula pengungkapan perusahaan untuk stakeholder, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan akan semakin tinggi risk management disclosure yang diungkapkan.

2) Economic performance – Tobins’ Q

Pengukuran menggunakan accounting based saja dirasa kurang karena beberapa alasan, (1) berpotensi terjadi manipulasi, (2) terdapat penilaian aset yang undervalue, (3) menciptakan distorsi karena mengadopsi metode yang berbeda dalam melakukan konsolidasi, dan (4) sulit dalam menginterpretasi jika terdapat kasus partisipasti multi-industri (Dalton et.al., 1999 ; Nayyar, 1992). Oleh karena itu, diperlukan adanya indikator yang lain sebagai alternatif ataupun sebagai pendamping accounting based indicator, yaitu market based indicator. Pengukuran menggunakan market based indicator memberikan beberapa kelebihan, di antaranya (1) dapat merefleksikan kinerja risiko disesuaikan, (2) pengukuran ini tidak terpengaruh oleh konteks multi-industri atau multidimensional, dan (3) tunduk pada kekuatan di luar kendali manajemen (Dalton et.al., 1999; Nayyar, 1992; Hambrick dan Finkelstein, 1995).

Nilai Tobin’s q digunakan karena menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan (Lang, Stulz dan Walkling, 1989). Tobin’s q adalah rasio dari nilai pasar aset untuk biaya penggantian aset. Tobin’s q dapat diukur sebagai nilai pasar aset (nilai buku aset ditambah nilai pasar ekuitas dikurangi nilai buku ekuitas) atas nilai buku aset (Staikouras, Staikouras, dan Arogaki, 2007). Pengukuran Tobin’s q pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Bhagat dan Bolton (2008).

2. Disclosure (Pengungkapan)

Tanor (2009) mengungkapkan bahwa pengungkapan merupakan informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Meek, Roberts dan Gray (1995) menyatakan bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapa wajib meliputi penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, jumlah saham yang beredar dan ukuran alternatif seperti pos-pos yang dicatat dalam historical cost (Almilia dan Retrinasari, 2007). Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk pembuatan keputusan oleh para pengguna laporan tahunannya. Pengungkapan sukarela meliputi gambaran strategi perusahaan dalam Tanor (2009) mengungkapkan bahwa pengungkapan merupakan informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Meek, Roberts dan Gray (1995) menyatakan bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapa wajib meliputi penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, jumlah saham yang beredar dan ukuran alternatif seperti pos-pos yang dicatat dalam historical cost (Almilia dan Retrinasari, 2007). Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk pembuatan keputusan oleh para pengguna laporan tahunannya. Pengungkapan sukarela meliputi gambaran strategi perusahaan dalam

Pengungkapan dalam laporan keuangan secara umum telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Selain itu, pemerintah melalui Keputusan Bapepam No. SE- 02/PM/2002 juga telah mengatur mengenai pengungkapan informasi dalam laporan keuangan tahunan perusahaan di Indonesia, namun peraturan ini disusun tetap mengacu pada PSAK. Menurut PSAK 31 (revisi 2009) tujuan dari disclosure (pengungkapan) adalah mengevaluasi informasi instrumen keuangan atau posisi dan kinerja keuangan entitas, mengevaluasi informasi mengenai jenis dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas terpengaruh selama periode dan pada akhir periode pelaporan dan bagaimana entitas mengelola risiko tersebut. Kelengkapan informasi penting bagi stakeholder . Informasi yang tidak lengkap dapat menyebabkan keputusan yang diambil bias, karena tidak sesuai dengan keadaan organisasi yang sebenarnya (Yudawijaya, 2011). Pelaporan risiko, sebagai salah satu bentuk pengungkapan wajib dapat mengurangi asimetri informasi yang akan meningkatkan efektivitas manajemen perusahaan dan membantu investor untuk mengelola portofolionya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa disclosure merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi.

Menurut Oorschot (2009), pengungkapan risiko beberapa tahun yang lalu masih bersifat voluntary. Ketentuan mengenai pengungkapan risiko oleh Menurut Oorschot (2009), pengungkapan risiko beberapa tahun yang lalu masih bersifat voluntary. Ketentuan mengenai pengungkapan risiko oleh

disclosure ), tetapi sudah merupakan pengungkapan wajib (mandatory disclosure).

Ketentuan mengenai wajibnya pengungkapan risiko oleh perbankan di Indonesia diperkuat dengan berlakunya PBI Nomor: 5/8/PBI/2003 yang telah mengalami perubahan menjadi PBI Nomor: 11/25/PBI/2009, mewajibkan bank untuk menerapkan dan mengungkapkan risiko yang dihadapai dalam menjalankan usahanya. Pengungkapan tersebut mencakup delapan jenis risiko, yaitu: (a) risiko kredit; (b) risiko pasar; (c) risiko likuiditas; (d) risiko operasional; (e) risiko hukum; (f) risiko reputasi; (g) risiko strategik; dan (h) risiko kepatuhan. Peraturan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia ikut serta mengalami perkembangan dalam risk management disclosure.

3. Risk Management Disclosure

Risiko adalah elemen tak terhindarkan dari setiap usaha bisnis. Selain risiko keuangan, perusahaan juga rentan terhadap risiko bisnis atau perubahan dalam iklim ekonomi secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi harga efek. Oleh karena itu, ini menjadi perhatian stakeholders dimana risiko diungkapkan secara tepat waktu (Amran, et. al, 2008). Jadi, dapat disimpulkan bahwa risiko

menimbulkan kerugian. Menurut PBI Nomor 11/19/PBI/2009, manajemen risiko didefinisikan sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank. Brigham dan Houston (2004) berpendapat bahwa manajemen risiko adalah peristiwa – peristiwa yang dapat memberikan konsekuensi keuangan yang merugikan dan kemudian mengambil tindakan – tindakan untuk mencegah dan/atau meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa – peristiwa tersebut.

Manajemen risiko menurut Rejda (2011) merupakan proses mengidentifikasi kerugian yang dialami perusahaan atau organisasi dan memilih teknik yang paling tepat untuk menyelesaikan kerugian tersebut. Lajli dan Zeghal (2005) mengemukakan bahwa kerangka manajemen risiko melibatkan beberapa proses yaitu, manajemen risiko merupakan suatu identifikasi kehati – hatian dan penilaian atas risiko yang dihadapi, perumusan model atau strategi untuk menangkal risiko, monitoring dan pemeriksaan tindakan dalam menghadapi risiko.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko berkaitan dengan langkah – langkah yang diambil manajemen perusahaan untuk mencegah kerugian yang akan dialami atas peristiwa yang tidak diinginkan. Selain itu, manajemen risiko dapat diidentifikasikan sebagai proses pengukuran atau penilaian risiko Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko berkaitan dengan langkah – langkah yang diambil manajemen perusahaan untuk mencegah kerugian yang akan dialami atas peristiwa yang tidak diinginkan. Selain itu, manajemen risiko dapat diidentifikasikan sebagai proses pengukuran atau penilaian risiko

Brigham dan Houston (2004) menguraikan jenis – jenis risiko, risiko manajemen tersebut adalah :

a. Pure risks are risks that offer only the prospect of a loss.

b. Speculative risks are situations that offer the chance of a gain but might result in a loss.

c. Demand risks are associated with the demand for a firm’s product or services.

d. Input risks are risks associated with input costs, including both labor and materials.

e. Financial risks are risks that result from financial transaction.

f. Property risks are associated with destruction of productive assets.

g. Personnel risks are risk that result from employees’ action.

h. Environmental risks include risks associated with polluting the environment.

i. Liability risks are associated with product, service, or employee

action. j. Insurable risks are risks that can be covered by insurance.

Dokumen yang terkait

MODEL PENYAJIAN HASIL BELAJAR BERBASIS WEB DAN TINDAK LANJUTNYA DALAM KELAS ONLINE UNTUK MEMBANTU SISWA BELAJAR MANDIRI TESIS

0 0 14

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN SOFT SKILLS PADA PENYIAPAN PESERTA DIDIK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 2 SALATIGA DALAM MEMASUKI DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI MELALUI IN-HOUSE TRAINING DENGAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DI SMP KRISTEN 1 SALATIGA

0 2 18

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN

0 0 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DENGAN TINDAKAN DALAM PENANGANAN DISMENOREA DI SMP SWASTA KUALUH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2015 SKRIPSI

0 1 14

PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2017

1 1 496

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN CURRENT RATIO (CR) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011

0 1 13

PENDIDIKAN SEKSUAL BERBASIS BUDAYA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI INDONESIA

0 0 15

PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING, UTANG LUAR NEGERI, DAN EKSPOR TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 1985 -2010

0 0 94

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 74