1 Kerangka konseptual

Gambar II.1 Kerangka konseptual

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat diketahui bahwa model penelitian ini hanya terdiri dari satu arah, yaitu untuk menjelaskan pengaruh stakeholder theory yang terbagi dalam tiga dimensi (stakeholder power, strategic posture dan economic performance) yang direpresentasikan dengan leverage, blockholder ownership , kepemilikan manajerial, proporsi Komite Audit Independen, ukuran Komite Pemantau Risiko, ROE, dan Tobins’ q.

Leverage (X 1 )

Blockholder

Ownership (X 2 )

Proporsi Komite Audit

Independen (X 4 )

Kepemilikan

Manajerial (X 3 )

Risk Management Disclosure (Y)

Ukuran Komite

Pemantau Risiko (X 5 )

Return on Equity (ROE)

(X 6 )

Tobin’s q (X 7 )

Stakeholder Power

Strategic Posture

Economic Performance

Untuk membangun hipotesis, penulis menggunakan beberapa acuan dari penelitian terdahulu yang akan dijelaskan dalam bagian ini.

1. Pengaruh leverage terhadap risk management disclosure

Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat leverage (Sembiring, 2005). Leverage ratio merupakan perbandingan antara hutang terhadap modal (Suharli dan Megawati, 2005). Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya piutang. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976).

Menurut teori stakeholder, perusahaan diharapkan mengungkap lebih banyak risiko dengan tujuan untuk menyediakan penilaian dan penjelasan mengenai apa yang terjadi pada perusahaan (Amran et.al., 2009). Suhardjanto

(2008) mengemukakan bahwa semakin besar tingkat leverage perusahaan, maka semakin terperinci informasi yang diungkapkan. Penggunaan utang yang sangat besar oleh perusahaan akan membuat perusahaan menyediakan informasi lebih banyak untuk memenuhi tuntutan stakeholder (kreditur), sebab kreditur akan selalu mengawasi dana yang dipinjamkannya kepada perusahaan (Suhardjanto dan Laras, 2009).

(2009) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap disclosure. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

H 1 = Leverage berpengaruh positif terhadap risk management disclosure.

2. Pengaruh blockholder ownership terhadap risk management disclosure Pemegang saham menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah pemegang surat bukti kepemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak atas deviden dan lain – lain menurut besar kecilnya modal yang disetor. Blockholder ownership merupakan banyaknya jumlah blockholder yang memiliki 5% atau lebih dari saham perusahaan yang beredar (Endri, 2011). Penyebaran kepemilikan perusahaan, terutama oleh pemegang saham yang peduli dengan kegiatan sosial perusahaan (dana tanggung jawab sosial bersama misalnya, gereja dan rencana pensiun sipil, dan pemegang saham etis), mempertinggi tekanan bagi manajemen untuk mengungkapkan kegiatan tanggung jawab sosial (Ullmann, 1985).

Pendapat Ullmann (1985) berbeda dengan pendapat Godfrey dan Jones (1999) yang menyatakan bahwa semakin rendah konsentrasi kepemilikan di tangan satu pemilik, maka akan semakin besar tingkat disperse control terhadap perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin rendah kepemilikan tunggal atas saham perusahaan, maka akan

semakin tinggi tingkat pengungkap an laporan keuangan perusahaan. Eng dan Mak (2003); menemukan pengaruh negatif antara blockholder ownership semakin tinggi tingkat pengungkap an laporan keuangan perusahaan. Eng dan Mak (2003); menemukan pengaruh negatif antara blockholder ownership

H 2 = Blockholder ownership berpengaruh negatif terhadap risk management disclosure.

3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap risk management disclosure Kepemilikan manajerial adalah persentase saham biasa yang dimiliki CEO dan eksekutif direktur (Eng dan Mak, 2003). Menurut Boediono (2005) kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Susanti, Rahmawati, Aryani (2010), mengungkapkan bahwa proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer mempengaruhi kebijakan perusahaan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola (Boediono, 2005).

Tingginya tingkat kepemilikan manajerial akan mengakibatkan konflik antara stockholder dan bondholders sehingga mengakibatkan ketidakkompakan karena manajer cenderung mengambil tindakan untuk mementingkan diri sendiri dan dapat meningkatkan risiko perusahaan (Chen dan Steiner, 1999; Morck et.al., 1988). Semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan maka keterbukaan mengenai informasi akan semakin kecil Tingginya tingkat kepemilikan manajerial akan mengakibatkan konflik antara stockholder dan bondholders sehingga mengakibatkan ketidakkompakan karena manajer cenderung mengambil tindakan untuk mementingkan diri sendiri dan dapat meningkatkan risiko perusahaan (Chen dan Steiner, 1999; Morck et.al., 1988). Semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan maka keterbukaan mengenai informasi akan semakin kecil

H 3 = Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap risk management disclosure.

4. Pengaruh proposi Komite Audit Independen terhadap risk management disclosure Menurut Suhardjanto dan Novita (2009) Komite Audit merupakan komite yang dibentuk untuk membantu tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Komite Audit bertugas mewakili dan membantu Dewan Direksi untuk mengawasi proses pelaporan akuntansi dan keuangan, audit laporan keuangan dan pengendalian internal serta fungsi – fungsi audit. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/4/PBI/2006 Komite Audit melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindal lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan. Komite Audit yang dibentuk dalam perusahaan sebagai sebuah komite khusus diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya dilakukan oleh Dewan Komisaris (Siallagan dan Mas’ud, 2006)

Komite Audit Independen berpengaruh terhadap pengawasan dan proses pelaporan keuangan yang lebih baik (Beasley, 1996). Forker (1992) Komite Audit Independen berpengaruh terhadap pengawasan dan proses pelaporan keuangan yang lebih baik (Beasley, 1996). Forker (1992)

H 4 = Proporsi Komite Audit Independen berpengaruh positif terhadap risk management disclosure.

5. Pengaruh ukuran Komite Pemantau Risiko terhadap risk management disclosure Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum pasal 12 menyebutkan bahwa dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang : (a) Komite Audit, (b) Komite Pemantau Risiko, (c) komite remunerasi dan nominasi. PBI Nomor: 8/4/PBI/2006 pasal 44 menerangkan bahwa Komite Pemantau Risiko paling kurang melakukan : (a) evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut, (b) pemantauan terhadap evaluasi pelaksanaan tugas Komite Pemantau Risiko dan satuan kerja manajemen risiko, guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.

Penetapan mengenai kewajiban Dewan Komisaris dalam pembentukan Komite Pemantau Risiko diharapkan agar manajemen risiko Penetapan mengenai kewajiban Dewan Komisaris dalam pembentukan Komite Pemantau Risiko diharapkan agar manajemen risiko

H 5 = Ukuran Komite Pemantau Risiko berpengaruh positif terhadap risk management disclosure.

6. Pengaruh return on equity (ROE) terhadap risk management disclosure Pertumbuhan yang berkelanjutan dalam keuntungan ekonomi bagi pemegang saham ekuitas adalah tujuan utama yang umum bagi semua manajer perusahaan (Robert, 1992). Kinerja perusahaan yang memuaskan memiliki pengaruh tingkat dukungan para pengambil keputusan perusahaan agar dapat berkomitmen untuk masa depan kegiatan tanggung jawab sosial (Ullmann, 1985).

Suhardjanto dan Aryane (2011); Haniffa dan Cooke (2005) mengemukakan bahwa semakin tinggi nilai ROE maka akan semakin besar tingkat pengungkapan perusahaan. Dengan demikian, teori stakeholder memprediksi hubungan positif antara tindakan akuntansi berbasis kinerja ekonomi dan tingkat perusahaan dari pengungkapan tanggung jawab sosial (Robert, 1992). Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar economic performance perusahaan maka akan semakin besar pula risk management disclosure yang diungkapakan.

H 6 = Return on Equity berpengaruh positif terhadap risk management disclosure.

Tobin’s q merupakan salah satu dari beberapa jalur other asset channel yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam mempengaruhi perekonomian khususnya dalam mencapai sasaran akhir dari kebijakan moneter yang dikeluarkan yaitu kestabilan harga-harga (tingkat inflasi) (Jin, 2010). Nilai pasar ekuitas saham (market value of equity) dihitung dengan mengalikan harga penutupan saham di akhir tahun dengan jumlah lembar saham yang beredar. Nilai Tobin’s q dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan. Menurut Tobin (1969), bila rasio lebih besar dari 1, berarti perusahaan menghasilkan earning dengan rate of return yang sesuai dengan harga perolehan aset.

Nilai Tobin’s q menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan (Lang,et.al., 1989). Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diproksikan dengan nilai Tobins’q. Dengan demikian jika nilai Tobin’s q tinggi maka risk management disclosure pun akan meningkat.

H 7 = Tobins’q berpengaruh positif terhadap risk management disclosure.

Dokumen yang terkait

MODEL PENYAJIAN HASIL BELAJAR BERBASIS WEB DAN TINDAK LANJUTNYA DALAM KELAS ONLINE UNTUK MEMBANTU SISWA BELAJAR MANDIRI TESIS

0 0 14

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN SOFT SKILLS PADA PENYIAPAN PESERTA DIDIK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 2 SALATIGA DALAM MEMASUKI DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI MELALUI IN-HOUSE TRAINING DENGAN PENDEKATAN ANDRAGOGI DI SMP KRISTEN 1 SALATIGA

0 2 18

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIONAL DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN

0 0 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DENGAN TINDAKAN DALAM PENANGANAN DISMENOREA DI SMP SWASTA KUALUH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2015 SKRIPSI

0 1 14

PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2017

1 1 496

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN CURRENT RATIO (CR) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011

0 1 13

PENDIDIKAN SEKSUAL BERBASIS BUDAYA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI INDONESIA

0 0 15

PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING, UTANG LUAR NEGERI, DAN EKSPOR TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 1985 -2010

0 0 94

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 74