Ketuntasan Klasikal = jumlah anak tidak tuntas = 2/26 x 100% = 7,7%

Ketuntasan Klasikal = jumlah anak tidak tuntas = 2/26 x 100% = 7,7%

= jumlah anak setengah tuntas = 4/26 x 100% = 15,3% = jumlah anak tuntas = 20/26 x 100% = 77%

Hasil pembelajaran kemampuan bercerita anak kelompok B Tk Pembina Cawas pada siklus II disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3. Frekuensi Nilai Kemampuan Bercerita Anak Kelompok B Tk Pembina Cawas.

No

Nilai

Frekuensi Prosentase (%)

Keterangan

Tindak tuntas

Setengah tuntas

Tuntas KKM

= Tanda Lingkaran Penuh (●)

Anak tuntas

= 20 anak

Prosentase Keberhasilan

x 100%

= (20:26) x 100 % = 76,92% = (20:26) x 100 % = 76,92%

Pada siklus II terdapat peningkatan hasil belajar dari siklus I sejumlah

13 anak atau 50% meningkat menjadi 20 anak atau 77%. Melalui tabel frekuensi nilai tes kemampuan bercerita kelompok B Tk Pembina Cawas pada siklus II tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2 Grafik Nilai Tes Kemampuan Bercerita kelompok B Tk Pembina

Cawas Siklus II Praktek bercerita secara keseluruhan mengalami peningkatan dalam ketepatan isi cerita, sistematika cerita, pelafalan, intonasi, serta kemandirian bercerita anak juga mengalami peningkatan. Pencapaian indikator kemampuan bercerita pada siklus II yaitu 77% dari indikator yang ditentukan adalah 75%. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat peneliti simpulkan kegiatan bercerita kelompok B Tk Pembina Cawas pada siklus II sudah berhasil.

o (Tidak tuntas)

√ (Setengah tuntas)

● (Tuntas)

1. Kinerja Guru

Penilaian observasi kinerja guru ini terbagi menjadi dua bentuk penilaian yaitu penilaian RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang menilai perencanaan kegiatan guru serta kelengkapan materi ajar atau instrumen yang diperlukan dalam kegiatan tersebut, serta penilaian observasi guru mengajar yang menilai bagaimana guru mnerapkan RKHnya dalam kegiatan secara keseluruhan. Selanjutnya kedua bentuk penilaian tersebut dirangkum sehingga mendapatkan hasil penilaian observasi kinerja guru secara keseluruhan.

Di dalam penilaian RKH terdapat 8 indikator yang diamati dan berikut penilaian sesuai indikatornya: (1) kejelasan perumusan tujuan, (2) pemilihan materi ajar, (3) pengorganisasian materi ajar, (4) pemilihan sumber/media pembelajaran, (5) kejelasan skenario, (6) kerincian skenario pembelajaran, (7) kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran, (8) kelengkapan instrumen.

Sedangkan dalam penilaian observasi guru mengajar, terbagi dalam 3 indikator dalam pra tindakan, kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pencapaian kinerja guru mengalami peningkatan siklus I pertemuan 1 sebesar 3,01 atau 75%, siklus I pertemuan 2 sebesar 3,15 atau 78,75%, siklus I pertemuan 3 sebesar 3,47 atau 86%. Siklus II pertemuan 1 sebesar 3,47 atau 86%, siklus II pertemuan 2 sebesar 3,35 atau 83%, siklu II pertemuan 3 sebesar 3,43 atau 85,75%.

Perbandingan nilai hasil kinerja guru sesudah tindakan dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Skor Rata-rata Prosentase(%)

Siklus I

Siklus II

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.3. Grafik perbandingan hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan 1, 2, dan 3, serta siklus II pertemuan 1, 2, dan 3.

Berdasarkan gambar 4.3 diatas menunjukan pencapaian kinerja guru mengalami peningkatan siklus I pertemuan 1 sebesar 3,01 atau 75%,klus I pertemuan 2 sebesar 3,15 atau 78,75%, siklus I pertemuan 3 sebesar 3,35 atau 83%. Siklus II pertemuan I sebesar 3,47 atau 86%, siklus II pertemuan 2 sebesar 3,35 atau 83%, siklus II pertemuan 3 sebesar 3,43 atau 85,75%. Walaupun terjadi

Siklus I pert 1 Siklus I pert 2 Siklus I pert 3 Siklus II pert 1 Siklus II pert 2 Siklus II pert 3 Siklus I pert 1 Siklus I pert 2 Siklus I pert 3 Siklus II pert 1 Siklus II pert 2 Siklus II pert 3

2. Aktifitas Anak dalam Proses Pembelajaran

Selain dari kinerja guru secara keseluruhan, penilaian terhadap kualitas proses pembelajaran juga diperoleh melalui pengamatan terhadap aktifitas anak dalam proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini terbagi menjadi 3 indikator inti yaitu keterlaksanaan oleh anak, motifasi belajar anak dan keaktifan dalam kegiatan belajar. Pencapaian aktifitas anak dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan 1 yaitu sebesar 2,25 atau 56,25%, aiklus I pertemuan 2 sebesar 2,37 atau 59,37%, siklus I pertemuan 3 sebesar 65,62%. Siklus II pertemuan I sebesar 2,85 atau 71,25%, siklus II pertemuan 2 sebesar 3,25 atau 81,25%, dan siklus II pertemuan 3 sebesar 3,5 atau 87,5%.

Perbandingan nilai hasil aktivitas anak dari siklus I pertemuan 1, 2, 3, dan siklus II pertemuan 1, 2, 3 dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Prosentase Aktivitas Anak pada Siklus I dan Siklus II

No Tindakan

Pertemuan

Skor Rata-rata Prosentase(%)

Siklus I

Siklus II

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pertemuan 3

Gambar 4.4. Grafik Perbandingan hasil observasi aktivitas anak siklus I pertemuan 1, 2 dan 3, serta siklus II pertemuan 1,2, dan 3.

3. Kualitas Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan kualitas proses pembelajaran pra tindakan sampai pada hasil pengamatan kualitas proses pembelajaran setelah tindakan yang meliputiasi kinerja guru dan aktibitas anak, maka dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan bercerita anak beserta proses kualitas pembelajaran kemampuan bercerita kelompok B Tk Pembina Cawas pada penelitian kali ini telah meningkat secara keseluruahan, hal ini dapat dilihat dari tabel kualitas proses pembelajaran berikut ini :

Tabel 6. Perbandingan Prosentase Kualitas Proses Pembelajaran secara keseluruhan pada Siklus I, dan Siklus II.

1 Siklus I

Kinerja Guru

78,91%

Aktivitas anak

60,41%

2 Siklus II

Kinerja Guru

85%

Aktivitas Anak

Siklus I pert 1 Siklus I pert 2 Siklus I pert 3 Siklus II pert 1 Siklus II pert 2 Siklus II pert 3

pembelajaran dari siklus I dan siklus II sebagai berikut:

Gambar 4.5. Grafik Kualitas Proses Pembelajaran Keseluruhan Pada Siklus I

dan Siklus II. Melalui hasil pengamatan secara keseluruhan dari grafik gambar di atas maka selain dari hasil belajar anak, peningkatan juga terjadi pada kualitas proses pembelajaran secara keseluruhan, berikut rangkuman pada siklus II terhadap pengamatan kualitas proses pembelajaran:

a. Prosentase Kinerja Guru

: 85%

b. Rata-rata Aktivitas Anak

: 85%

4. Hasil Belajar Kemampuan Bercerita

Penilaian terhadap hasil belajar kemampuan bercerita anak dilakukan dalam bentuk tes unjuk kerja di dalam setiap pertemuannya. Penilaian kemampuan bercerita ini terbagi menjadi 5 indikator inti, yaitu ketepatan isi cerita, sistematika jalan cerita, penggunaan bahasa meliputi pelafalan dan intonasi, kelancaran bercerita dan kemandirian bercerita. Hasil penilaian terhadap hasil belajar kemampuan bercerita anak dari sebelum da sesudah tindakan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

kinerja guru aktivitas anak kinerja guru aktivitas anak

pada Kondisi awal, Siklus I, Siklus II.

No Ketuntasan

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Jumlah (%) Jumlah

2 Setengah tuntas

3 Tidak tuntas

Berdasarkan tabel di atas yaitu tabel rekapitulasi ketuntasan belajar anak kelompok B Tk Pembina Cawas, terlihat adanya peningkatan pada ketuntasan belajar anak pada kemampuan bercerita yaitu pada kondisi awal jumlah anak yang tuntas 8 anak atau 30,8%, kemudian Siklus I mengalami peningkatan sebanyak 13 anak atau 50%, dan pada Siklus II mengalami peningkatan sebanyak 20 anak atau 77%.

Data dari rekapitulasi ketuntasan belajar anak kelompok B Tk Pembina Cawas pada kondisi awal, siklus I, siklus II di atas dapat disajikan dalam bentuk gambar 4.6. yaitu grafik peningkatan ketuntasan kemampuan bercerita anak kelompok B Tk Pembina Cawas pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sebagai berikut:

Gambar 4.6. Grafik Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Bercerita Anak

kondisi awal

siklus I

siklus II

Berdasarkan perumusan masalah, diskripsi hasil tindakan tiap siklus dan perbandingan hasil tindakan antarsiklus, berikut ini akan dikemukakan pembahasan mengenai kemampuan bercerita pada anak kelompok B Tk Pembina Cawas.

Hasil pengamatan dan analisis data menunjukan bahwa kemampuan bercerita anak kelompok B Tk pembina Cawas mengalami peningkatan. Penilaian kemampuan bercerita ini terbagi menjadi 5 indikator inti, yaitu ketepatan isi cerita, sistematika jalan cerita, penggunaan bahasa meliputi pelafalan dan intonasi, kelancaran bercerita dan kemandirian bercerita.

Hal ini dapat ditunjukan dengan pencapaian ketuntasan anak yang telah dicapai. Pada kondisi awal prosentase ketuntasan anak mencapai 30,8%, pada siklus I prosentase ketuntasan anak mencapai 50%, dan pada siklus II prosentase ketuntasan anak mencapai 77%. Sesuai indikator yang telah ditetapkan yaitu 75%, dapat diketahui bahwa kondisi awal dan siklus I belum mencapai target yang ditetapkan, maka dari itu peneliti melanjutkan kesiklus II, pada siklus II indikator ketercapaian mencapai 77%.

Dari hasil pengamatan di atas telah melampaui target kinerja 75%. Sehingga melalui rangkuman tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajran kemampuan bercerita dengan menggunkan metode role playing pada anak kelompo B Tk Pembina Cawas dinyatakan meningkat. Sebelumnya sudah pernah dilaksanakan penelitian yang menggunakan metode role playingantara lain penelitian yang dilaksanakan di TK Al Kautsar Bandar Lampung oleh Siska pada tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bermain peran (role playing) dapat meningkatkan ketrampilan berbicara Anak Usia Dini TK Al Kautsar Bandar Lampung. Penelitian ke dua dilaksanakan di SDN Pandak I Sidoharjo Sragen oleh Sutino pada tahun 2011. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa metode role playing dapat mendorong siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif..

dengan menggunakan metode role playing dapat meningkatkan kemampuan bercerita Anak Usia Dini Kelompok B pada TK Pembina Cawas.

TK Pembina Cawas terdiri dari 26 anak , 2 anak dari 26 anak memiliki nilai tidak tuntas, peneliti sudah melakukan bimbingan dan melaksanakan metode pembelajaran role playing dengan maksimal, dan bagi anak yang belum tuntas peneliti menyerahkan sepenuhnya kepada guru kelas TK Pembina Cawas untuk ditindak lanjuti.