Hakikat Role Playing

4. Hakikat Role Playing

a. Pengertian Role Playing

Pada umumnya orang-orang menyebut role (peran) disini berarti rangakaian perasaan, kata-kata, tindakan. Role merupakan sebuah alat yang unik dan lumrah dengan berhubungan dengan orang lain, sedangkan playing berarti bermain.

Dalam penelitian yang dilakukan Sutino (2011) dengan menggunakan metode role playing untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak, menunjukan bahwa anak menjadi lebih aktif, karena mereka termotivasi untuk mengetahui isi cerita yang dibawakan.

Menurut Joyce (2009-302) Role playing adalah model berbasis pengalaman dan mensyaratkan adanya materi dukungan yang tidak berlaku banyak, selain situasi – situasi permaslahan ini sendiri. Role Playing membantu masing – masing siswa memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial. Dalam dimensi sosial memudahkan individu dalam menganalisis keadaan sosial khususnya masalah

Role Playing as a model of teaching has roots in both the personal and sosial dimension of educatian. It attempts to help individuals find personal meaning within their sosial words and to resolve personal dilemmas with the assistance of the social grup. In the sosial dimension, it’s allow individual to work together to analyzing social situasion, aspecially interpersonal proble, and in developing decent and democratic ways of coping with these situasion.

Dari uraian tersebut dapat diartikan role playing merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari dimensi-dimensi pendidikan individu maupun sosial. Model ini membantu anak untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial. Dalam dimensi sosial memudahkan individu dalam bekerja sama dalam menganalisis keadaan sosial khususnya masalah antara manusia.

Pada prinsip Role Playing mengeksplorasi masalah-masalah hubungannya dengan manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi permasalahan kemudian mendiskusikan peraturan. Siswa bersama – sama mengungkapkan perasaan, tingkah laku, nilai, strategi pemecahan masalah, kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar anak memberikan penilaian tentang permainan yang telah dilakukan. Role Playing adalah berakting sesui dengan peran yang telah ditentukan untuk tujuan- tujuan tertentu misalnya memerankan cerita rakyat.

Ladousse (Tompkins, 1998) memandang role playingcukup sederhana, singkat dan fleksibel. Dalam Role playing anak mewakili dan mengalami beberapa jenis karakter yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari. (Scarcella &Oxford dalam Tompkins, 1998).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain peran merupakan kegiatan menjadi orang lain sesuai dengan peran yang telah ditentukan dengan tujuan mempertunjukan peristiwa yang berisi pesan – pesan moral yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Bermain peran dapat dilakukan dengan latihan atau tanpa latihan terlebih dahulu agar dalam pembelajaran siswa merasa lebih mengekspresikan perasaan, memperoleh wawasan tentang sikap, mengembangkan ketrampilan dan Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain peran merupakan kegiatan menjadi orang lain sesuai dengan peran yang telah ditentukan dengan tujuan mempertunjukan peristiwa yang berisi pesan – pesan moral yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Bermain peran dapat dilakukan dengan latihan atau tanpa latihan terlebih dahulu agar dalam pembelajaran siswa merasa lebih mengekspresikan perasaan, memperoleh wawasan tentang sikap, mengembangkan ketrampilan dan

b. Tujuan Role Playing

Tujuan Metode Role Playing ini digunakan untuk mencapai beberapa bentuk tujuan pembelajaran baik secara interaksional maupun pengiring. Metode Role Playing ini digunakan untuk meningkat kemampuan bercerita, misalnya drama pendek.

Esensi role playing adalah keterlibatan partisipan dan peneliti dalam situasi masalah yang sebenarnya dan adanya keinginan untuk memunculkan resolusi damai serta memahami apa yang muncul dari keterlibatan tersebut Calhoun (2009:329).RolePlaying bertujuan untuk, (1) mengeksplorasi perasaan anak, (2) mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan presepsi anak, (3) mengembangkan kemampuan pemecahaan masalah dan tingkah laku, (4) mengeksplorasi materi pelajaran dalam cara yang berbeda.

Menurut Hamalik (2003:199) tujuan role playing sesuai dengan jenis belajar adalah sebagai berikut (1) Belajar dengan berbuat yaitu anak melakukan peranan tertentu sesuai dengankenyataan yang sesungguhnya. Tujuan untuk mengembangkan ketrampillan-ketrampilan interaktif atau reaktif, (2) Belajar tingkah laku pemeran, (3) Belajar melalui balikan, pengamat menanggapai perilaku peran pemain peran yang ditampilkan, (4) Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan yaitu pemeran dapat memperbaiki ketrampilan-ketrampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan role playing adalah suatu aktifitas pembelajaran terencana dengan bermain peran untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan interaktif dan memupuk perilaku sosial anak dalam kehidupannya. Perilaku sosial tersebut diantaranya sikap empatik dan senang bekerjasama. Bermain peran dapat meningkatkan dan menumbuhkan kerjasama anak dalam proses belajar. Kerjasama merupakan fenomena kehidupan Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan role playing adalah suatu aktifitas pembelajaran terencana dengan bermain peran untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan interaktif dan memupuk perilaku sosial anak dalam kehidupannya. Perilaku sosial tersebut diantaranya sikap empatik dan senang bekerjasama. Bermain peran dapat meningkatkan dan menumbuhkan kerjasama anak dalam proses belajar. Kerjasama merupakan fenomena kehidupan

c. Manfaat Role Playing

Shaftel dan Shaftel (Wahab 2009:109) mengemukakan bahwa role playing memiliki dua manfaat utama yaitu “ education for citizen “ dan “ group counseling “.

Selain dua manfaat tersebut masih terdapat beberap manfaat lainnya. Penggunaan metode ini akan memberikan manfaat apabila dilakukan dengan langkah-langkah yang benar.

Manfaat role playing menurut Joyce dan Weils (2009:341), sebagai berikut :

1) Anak dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengenali dan

memperhitungkan perasaannya sendiri serta perasaan orang lain. Anak bisa memiliki perilaku baru dalam menghadapi situasi sulit yang tengah dihadapi, dan meningkatkan skill memecahkan masalah.

2) Role Playing bisa merangsang timbulnya beberapa aktifitas. Anak menikmati

tindakan atau pemeranan. Role playing adalah salah satu sarana untuk mengembangkan materi instruksional. Tingkatkan dalam metode ini tindakan pernah berakhir sendirinya, tetapai hanya membantu anak untuk mengekspresikan nilai - nilai, perasaan, solusi masalah, dan tingakah laku yang ada dan terpendam dalam diri anak.

Manfaat penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut:

1) Membantu anak menemukan makna dirinya dalam kelompok.

2) Membantu anak memecahkan persoalan pribadi dengan bantuan kelompok.

3) Memberi pengalaman bekerjasama dalam memecahkan masalah.

4) Memberi anak pengalaman mengembangkan sikap dan ketrampilan memecahkan masalah. (Anugrahwan, 2011) 4) Memberi anak pengalaman mengembangkan sikap dan ketrampilan memecahkan masalah. (Anugrahwan, 2011)

d. Langkah – langkah menggunakan Role Playing.

Menurut Joyce dan Weil (2008:345-346) mengemukakan langkah – langkah menggunakan role playing yaitu:

1) Memanaskan situasi kelompok

a) Mengidentifikasi dan memaparkan masalah.

b) Menjelaskan maslah.

c) Menafsirkan masalah.

d) Menjelaskan tentang role playing.

2) Memilih Partisipan

a) Menganalisis peran.

b) Memilih pemain yang melakukan peran.

3) Mengatur setting/latar

a) Mengatur sesi tindakan.

b) Menegaskan kembali peran.

c) Mendekatkan kemasalah yang akan dipelajari.

4) Menyiapkan pengamat

a) Menjelaskan tujuan dari role playing.

b) Memberikan tugas kepada pengamat.

5) Pemeranan.

a) Waktu tidak terlalu lama untuk tingkat pemula.

b) Memulai memerankan role playing.

c) Mengukuhkan role playing.

6) Berdiskusi dan Mengevaluasi

a) Mengulang kembali pemeranan.

b) Mengembangkan fokus utama.

7) Jika terjadi kesulitan hal yang perlu dilakukan.

a) Membimbing dengan pertanyaan.

b) Mencari pengganti paran yang mengalami kesulitan tersebut.

c) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut.

8) Jika pemain keluar skenario, hal yang perlu dilakukan:

a) Menghentikan lalu meluruskan kembali keadaan dan masalah.

b) Setelah anak paham memulai lagi bermain peran.

9) Jika anak lain mengganggu:

a) Diperingatkan agar tidak menggangu temannya.

b) Diberi tugas khusus.

c) Jangan memperdulikan.

d) Jika ada anak yang kurang setuju dengan peran temannya, akan diberi kesempatan untuk memerankan