PENGARUH PENYULUHAN TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP DUKUNGAN SUAMI KEPADA IBU UNTUK MENYUSUI BAYI KARYA TULIS ILMIAH

DUKUNGAN SUAMI KEPADA IBU UNTUK MENYUSUI BAYI KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

YUNI LESTARI R1111041 PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP DUKUNGAN SUAMI KEPADA IBU UNTUK MENYUSUI BAYI

Yuni Lestari R1111041

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji di Hadapan Tim Penguji Pada tanggal………………

Pembimbing Utama

Erindra Budi C, S.Kep.Ns, M.Kes NIP. 19780220 200501 1 001

Pembimbing Pendamping

E. Listyaningsih S, dr, M.Kes NIP. 19640810 199802 2 001

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Erindra Budi C, S.Kep.Ns, M.Kes NIP. 19780220 200501 1 001

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP DUKUNGAN SUAMI KEPADA IBU UNTUK MENYUSUI BAYI

Yuni Lestari R1111041

Telah Dipertahankan dan Disetujui Di Hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS

Pada Tanggal : ……………………

Pembimbing Utama

Nama : Erindra Budi C, S.Kep.Ns, M.Kes NIP : 19780220 200501 1 001

Pembimbing Pendamping

Nama : E. Listyaningsih S, dr, M.Kes NIP : 19640810 199802 2 001

Penguji Utama

Nama : S. Bambang Widjokongko, dr, PHK, M.Pd.Ked NIP : 19481231 197609 1 001

Sekretaris Penguji

Nama : Ika Sumiyarsi, S.SiT, M.Kes NIP :-

Mengesahkan,

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Erindra Budi C, S.Kep.Ns, M.Kes NIP. 19780220 200501 1 001

Ketua Prodi DIV Bidan Pendidik FK UNS

H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG (K) NIP. 19510421 198011 1 002

Alhamdulillah, trimakasih ya Allah, sudah mentenagaiku untuk menyelesaikan tahapan hidupku ini… Karya kecil ini aku persembahkan untuk :

Ibu dan Bapak tersayang di Lampung dan Yogyakarta yang selalu mendoakan dan mendukungku selama ini…

Suami tercinta di Kalimantan Timur yang selalu menyemangatiku untuk terus berjuang tanpa mengeluh…

Yang mengajarkan arti kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan dalam menjalani tantangan hidup…

Yang selalu meyakinka nku bahwa aku mampu, bahwa aku bisa… Teman-teman D4 Bidan Pendidik Transfer 2011-2012 dan Reguler 2008

yang mensupport serta banyak membantuku, terutama Mb Tana, Yanti, Dela, Ratna, Felsa, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu…

Semua orang- orang yang selalu mendoakanku… Trimakasih atas cinta kalian semua …

YUNI LESTARI. R1111041. 2012. PENGARUH PENYULUHAN TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP DUKUNGAN SUAMI KEPADA IBU UNTUK MENYUSUI BAYI.

Latar Belakang. Kurangnya kesadaran ibu dalam memberikan ASI Eksklusif

mengakibatkan rendahnya cakupan ASI Eksklusif di berbagai daerah. Kesadaran ibu bisa didorong dengan adanya dukungan dari suami. Penyuluhan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan dukungan suami kepada ibu. Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang ASI eksklusif terhadap dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi. Desain penelitian. Quasi Eksperiment dengan rancangan Posttest Only Control Design . Populasi dalam penelitian ini adalah suami dari ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan serta tidak menyusui bayinya secara eksklusif dan berada di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan, sejumlah 116 orang. Teknik pengambilan sampel secara Non Probability Sampling dengan metode Quota Sampling. Sampel minimum sebanyak 30 responden untuk masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner untuk mengetahui dukungan suami pada kelompok kontrol dan eksperimen. Teknik analisis data menggunakan Uji Mann Whitney. Hasil Penelitian. Dukungan suami yang berkategori baik pada kelompok intervensi (83,3%) lebih besar daripada kelompok kontrol (56,7%). Dengan uji Mann Whitney didapatkan hasil p = 0,025 < = 0,05. Simpulan. Penyuluhan tentang ASI eksklusif berpengaruh terhadap dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi.

Kata Kunci: Penyuluhan, ASI eksklusif, Dukungan Suami.

YUNI LESTARI. R1111041. 2012. THE EFFECT OF COUNSELING ON EXCLUSIVE BREASTFEEDING FOR HUSBAND’S SUPPORT TO THE MOTHER TO BREASTFEED THE BABY.

Background. Lack of awareness of mothers in exclusive breastfeeding results the lower coverage of exclusive breastfeeding in various regions Awareness of women can be encouraged by the support of her husband. Counseling is one effort to increase support to the mother's husband. Destination. To determine the effect of counseling on exclusive breastfeeding for the husband ’s support to the mothers who breastfeed the baby. Research Methods. Quasi experiments with Posttest Only Control Design. The population in this study is the husband of the mother who had babies aged 0-6 months and not breastfeed exclusively in the working area Ngoresan health center, it about 116 people. The sampling technique used in this research was Non- Probability Sampling with Sampling Quota. Minimum sample of 30 respondents were divided in half, into control group and experiment groups. The instrument used questionnaire to find husband support in the control group and experiment group. Technique of analyzing data were used the Mann Whitney test. The Research Results. Support a husband who categorized both in the intervention group (83.3%) greater than the control group (56.7%). By using Mann Whitney test obtained the result p = 0.025 < = 0.05. Conclusion. Counseling on exclusive breastfeeding affect the husband's support to the mother to breastfeed the baby.

Keywords: Counseling, exclusive breastfeeding, husband ’s support.

Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Pengaruh Penyuluhan Tentang Asi Eksklusif Terhadap Dukungan Suami Kepada Ibu Untuk Menyusui Bayi ”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana saint terapan program studi Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K) selaku Ketua Program Studi D IV Bidan Pendidik Universitas Sebelas Maret.

2. Erindra Budi C, S.Kep.Ns, M.Kes, selaku Ketua Tim KTI D IV Bidan Pendidik Universitas Sebelas Maret dan selaku Pembimbing Utama yang selalu membimbing dan memberikan saran serta ilmunya.

3. E. Listyaningsih S, dr, M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang selalu membimbing dan memberikan saran serta ilmunya.

4. Bambang Widjokongko, dr, PHK, M.Pd.Ked selaku Penguji Utama yang telah banyak memberikan saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ika Sumiyarsi, S.SiT, M.Kes selaku Sekretaris Penguji yang telah banyak memberikan saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Kepala Bidang Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian ini.

7. Kepala Puskesmas Ngoresan Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian serta kader posyandu yang telah membantu proses penelitian ini.

8. Seluruh dosen, karyawan dan karyawati D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

9. Orangtua dan suami tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang selama ini.

10. Teman-teman mahasiswa D IV Bidan Pendidik Transfer maupun Reguler Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Wasalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Agustus 2012 Penulis

Yuni Lestari

b. Metode Penyuluhan .......................................................

c. Media Penyuluhan .........................................................

d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyuluhan

2. ASI Eksklusif

a. Definisi ..........................................................................

b. Komposisi .....................................................................

c. Manfaat Pemberian ASI ................................................

d. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI ................

3. Sikap

a. Definisi ..........................................................................

b. Komponen Sikap ...........................................................

c. Tingkatan Sikap ............................................................

d. Faktor yang Mempengaruhi Sikap ...............................

4. Dukungan Suami kepada Ibu untuk Menyusui Bayi

a. Definisi ..........................................................................

b. Bentuk Dukungan .........................................................

c. Manfaat Dukungan ........................................................

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan .............

5. Pengaruh Penyuluhan tentang ASI Eksklusif terhadap Dukungan Suami kepada Ibu untuk Menyusui Bayi ...........

B. Kerangka Konsep ......................................................................

C. Hipotesis ....................................................................................

A. Desain Penelitian .......................................................................

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................

C. Populasi Penelitian ....................................................................

D. Sampel dan Teknik Sampling ...................................................

E. Kriteria Restriksi .......................................................................

F. Definisi Operasional ..................................................................

G. Pengumpulan Data ....................................................................

H. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................

IV. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .........................................

B. Karakteristik Responden ...........................................................

C. Dukungan Suami kepada Ibu untuk Menyusui Bayi ................

D. Pengaruh Penyuluhan tentang ASI Eksklusif terhadap Dukungan Suami kepada Ibu untuk Menyusui Bayi ..................................

V. PEMBAHASAN ...............................................................................

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................

B. Saran ........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... . ….

53 LAMPIRAN

Halaman

Tabel 3.1: Skor Jawaban Kuesioner Sikap ………………………. ........ 34 Tabel 3.2: Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan tentang ASI Eksklusif

Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................

37 Tabel 3.3: Kisi-kisi Kuesioner Dukungan Suami Kepada Ibu untuk

Menyusui Bayi Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas .........

38 Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ............

42 Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ...

42 Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan ...

43 Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Tidak

diberikannya ASI Eksklusif ...................................................

43 Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

tentang ASI Eksklusif pada Kelompok Kontrol ....................

44 Tabel 4.6: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

tentang ASI Eksklusif pada Kelompok Eksperimen .............

44 Tabel 4.7: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Suami Kepada Ibu untuk Menyusui Bayi pada Kelompok Kontrol ...................................................................................

45 Tabel 4.8: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

Suami Kepada Ibu untuk Menyusui Bayi pada Kelompok Eksperimen ............................................................................

Halaman Gambar 2.1: Kerangka Konsep ............................................................

29 Gambar 3.1: Skema Rancangan Penelitian ...........................................

30

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 2 : Surat Permohonan ke Responden Lampiran 3 : Informed Consent Lampiran 4 : Kuesioner Lampiran 5 : Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 7 : Materi Penyuluhan Lampiran 8 : Media Penyuluhan ( Slide Power Point dan Leaflet) Lampiran 9 : Dokumentasi Penyuluhan dan Pengambilan Data Lampiran 10 : Correlations Validitas dan Reliability Pengetahuan tentang ASI

eksklusif Lampiran 11 : Correlations Validitas dan Reliability Dukungan Suami Lampiran 12 : Rekap Data Hasil Penelitian Karakteristik Responden Lampiran 13 : Frekuensi Karakteristik Responden Lampiran 14 : Tabulasi Skor Postest Pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Lampiran 15 : Tabulasi Skor Postest Dukungan Suami pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Lampiran 16 : Skor Kuesioner Pengetahuan Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Kelompok Eksperimen

Lampiran 18 : Frekuensi Pengetahuan tentang ASI Eksklusif Lampiran 19 : Frekuensi Dukungan Suami Lampiran 20 : Hasil Uji Mann Whitney Dukungan Suami Lampiran 21 : Surat Permohonan Ijin dan Surat Jawaban Penelitian Lampiran 22 : Surat Permohonan Ijin dan Surat Jawaban Uji Validitas dan

Reliabilitas

Lampiran 23 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

YUNI LESTARI. R1111041. 2012. PENGARUH PENYULUHAN TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP DUKUNGAN SUAMI KEPADA IBU UNTUK MENYUSUI BAYI.

Latar Belakang. Kurangnya kesadaran ibu dalam memberikan ASI Eksklusif

mengakibatkan rendahnya cakupan ASI Eksklusif di berbagai daerah. Kesadaran ibu bisa didorong dengan adanya dukungan dari suami. Penyuluhan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan dukungan suami kepada ibu. Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang ASI eksklusif terhadap dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi. Desain penelitian. Quasi Eksperiment dengan rancangan Posttest Only Control Design . Populasi dalam penelitian ini adalah suami dari ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan serta tidak menyusui bayinya secara eksklusif dan berada di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan, sejumlah 116 orang. Teknik pengambilan sampel secara Non Probability Sampling dengan metode Quota Sampling. Sampel minimum sebanyak 30 responden untuk masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner untuk mengetahui dukungan suami pada kelompok kontrol dan eksperimen. Teknik analisis data menggunakan Uji Mann Whitney. Hasil Penelitian. Dukungan suami yang berkategori baik pada kelompok intervensi (83,3%) lebih besar daripada kelompok kontrol (56,7%). Dengan uji Mann Whitney didapatkan hasil p = 0,025 <  = 0,05. Simpulan. Penyuluhan tentang ASI eksklusif berpengaruh terhadap dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi.

Kata Kunci: Penyuluhan, ASI eksklusif, Dukungan Suami.

YUNI LESTARI. R1111041. 2012. THE EFFECT OF COUNSELING ON EXCLUSIVE BREASTFEEDING FOR HUSBAND’S SUPPORT TO THE MOTHER TO BREASTFEED THE BABY.

Background. Lack of awareness of mothers in exclusive breastfeeding results the lower coverage of exclusive breastfeeding in various regions Awareness of women can be encouraged by the support of her husband. Counseling is one effort to increase support to the mother's husband. Destination. To determine the effect of counseling on exclusive breastfeeding for the husband ’s support to the mothers who breastfeed the baby. Research Methods. Quasi experiments with Posttest Only Control Design. The population in this study is the husband of the mother who had babies aged 0-6 months and not breastfeed exclusively in the working area Ngoresan health center, it about 116 people. The sampling technique used in this research was Non- Probability Sampling with Sampling Quota. Minimum sample of 30 respondents were divided in half, into control group and experiment groups. The instrument used questionnaire to find husband support in the control group and experiment group. Technique of analyzing data were used the Mann Whitney test. The Research Results. Support a husband who categorized both in the intervention group (83.3%) greater than the control group (56.7%). By using Mann Whitney test obtained the result p = 0.025 <  = 0.05. Conclusion. Counseling on exclusive breastfeeding affect the husband's support to the mother to breastfeed the baby.

Keywords: Counseling, exclusive breastfeeding, husband ’s support.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyuluhan dalam hal ini pendidikan kesehatan merupakan komponen dari program-program kesehatan dan kedokteran yang didalamnya terdapat usaha-usaha yang terencana untuk mengubah tingkah laku individu, kelompok dan masyarakat dengan tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan (Siswanto, 2010).

Berdasarkan klarifikasi United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) bersama World Health Assembly (WHA) merekomendasikan dan menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Besar dkk, 2009). Menurut UNICEF 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan (Tama dan Anti, 2006).

Menteri negara pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam Permeneg PP&PA Nomor 03 tahun 2010 tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui menyatakan bahwa suami memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan menyusui yaitu dengan memberikan dukungan bagi ibu yang dapat diwujudkan dalam bentuk dukungan emosional dan bantuan praktis ( MENEGPP&PA , 2010).

menyusui bukanlah semata-mata proses antara ibu dan bayi saja. Seorang ayah dan lingkungan yang mengelilingi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Proses memberikan ASI memiliki aspek psikologis dan rohaniah antara ibu, bayi dan ayah (Gunawan, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemberian susu formula atau tidak menyusui memiliki risiko untuk bayi dan anak-anak yaitu meningkatkan risiko asma, alergi, ISPA, oklusi gigi, kurang gizi, kanker, penyakit kronis dan jantung, diabetes, obesitas, kematian, infeksi (saluran pencernaan, telinga dan otitis media ), dan menghambat perkembangan kognitif. Selain itu memiliki risiko juga untuk ibu yaitu meningkatkan risiko kanker (mamae, ovarium, endometrium ), overweight, osteoporosis, rheumatoid arthritis, stres dan keresahan, diabetes, dan mengurangi kedekatan ibu dan anak (Sutanto, 2011).

Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa cakupan ASI Eksklusif di Indonesia tahun 2007 sebesar 38%, sementara jumlah bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat menjadi 27,9%. Hal ini disebabkan antara lain masih adanya stigma dan stereotipe bahwa menyusui merupakan urusan perempuan saja yang masih melekat di sebagian besar masyarakat. Pada hakikatnya perempuan yang memiliki kodrat menyusui, namun suami sangat berperan penting dalam memberikan dukungan bagi ibu ( MENEGPP&PA , 2010).

Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya

Berdasarkan data profil kesehatan Kota Surakarta tahun 2011 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif sekitar 52,6%. Sedangkan cakupan ASI eksklusif di puskesmas Ngoresan sebesar 5,5% yang merupakan urutan terendah pertama diantara beberapa puskesmas yang berada di kota Surakarta (DKK Surakarta, 2012). Tingkat pemberian masih rendah karena sebagian besar memilih susu formula akibat pengetahuan dan rasa percaya diri yang kurang (Widjajadi, 2011).

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Hiryani (2009) didapatkan hasil ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Peran suami penting dalam pemberian ASI eksklusif, maka suami harus dijadikan sasaran penyuluhan, didorong untuk lebih aktif mencari informasi dan aktif belajar mengenai ASI. Perbedaan dengan penelitian saat ini yaitu desain penelitian sebelumnya menggunakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional .

Mengingat pentingnya dukungan suami dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif untuk meminimalkan risiko morbiditas dan mortalitas bayi, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh penyuluhan tentang ASI eksklusif terhadap dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta.

Apakah ada pengaruh penyuluhan tentang ASI eksklusif terhadap dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang ASI eksklusif terhadap dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi pada kelompok kontrol

b. Mengetahui dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi pada kelompok eksperimen

c. Menganalisis pengaruh penyuluhan tentang ASI eksklusif terhadap dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif dengan baik kepada bayinya dengan cara meningkatkan dukungan suami kepada ibu melalui penyuluhan tentang ASI eksklusif.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan

a. Definisi penyuluhan Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana dan melakukan apa yang bisa dilakukan (Fitriani, 2010).

b. Metode penyuluhan Metode yang digunakan dalam penyuluhan menurut Depkes (2008) digolongkan berdasar:

1) Teknik komunikasi

a) Metode penyuluhan langsung yaitu penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.

secara langsung tatap muka dengan sasaran, tapi menyampaikan pesan melalui perantara (media).

2) Sasaran yang dicapai

a) Pendekatan perorangan Penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan.

b) Pendekatan kelompok Dengan pendekatan ini petugas penyuluhan berhubungan dengan sekelompok sasaran.

c) Pendekatan masal Petugas penyuluhan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak.

3) Indra penerimaan

a) Metode melihat/ memperhatikan Pesan diterima oleh sasaran melalui indra penglihatan, seperti: menempel poster, pemasangan gambar/foto, pemutaran film, pemasangan koran dinding.

b) Metode pendengaran Pesan diterima sasaran melalui indra pendengar.

c) Metode kombinasi Seseorang belajar melalui panca indranya. Setiap indra berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. 1% melalui indra c) Metode kombinasi Seseorang belajar melalui panca indranya. Setiap indra berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang. 1% melalui indra

c. Media penyuluhan Media atau alat peraga dalam penyuluhan menurut Depkes (2004) dapat diartikan sebagai alat bantu untuk penyuluhan yang dapat dilihat, didengar, dirasa, diraba, dan dicium, baik secara kombinasi atau tunggal. Jenis media dibagi menjadi 4 kelompok:

1) Benda asli yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk, dan ukuran yang tepat.

2) Benda tiruan yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Hal ini dikarenakan menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misalnya ukuran benda asli terlalu berat atau terlalu besar.

3) Gambar/media grafis berupa poster, leaflet, lukisan, dan gambar karikatur. Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar- gambar yang sederhana. Leaflet dapat disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan.

4) Gambar alat optik seperti foto, slide, dan film. Foto dapat berbentuk album yang berurutan maupun dokumentasi lepasan. Slide sangat efektif untuk membahas suatu topik tertentu dan 4) Gambar alat optik seperti foto, slide, dan film. Foto dapat berbentuk album yang berurutan maupun dokumentasi lepasan. Slide sangat efektif untuk membahas suatu topik tertentu dan

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan

Menurut Fitriani (2011), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyuluhan terdiri dari tiga faktor antara lain:

1) Faktor penyuluh yaitu meliputi persiapan, penguasaan materi, penampilan, penggunaan bahasa, intonasi, cara penyampaian.

2) Faktor sasaran yaitu meliputi tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, kepercayaan dan adat, serta kondisi lingkungan.

3) Faktor proses penyuluhan yaitu meliputi pilihan waktu, tempat, jumlah sasaran, alat peraga dan metode.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan menurut Prasko (2011) yaitu:

1) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi didapatnya.

2) Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

4) Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.

5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan. Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah-langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai berikut : Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat, menetapkan masalah kesehatan masyarakat, memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat, menyusun perencanaan penyuluhan.

a. Definisi ASI eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara eksklusif saja tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2005).

Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang bervitamin, suplemen mineral atau obat (Purnamasari, 2011)

ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004).

b. Komposisi Soetjiningsih (2012), menyatakan bahwa komposisi ASI ini ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor- faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan Diet ibu. ASI menurut stadium laktasi adalah:

1) Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara yang disekresi dari hari pertama sampai hari Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara yang disekresi dari hari pertama sampai hari

Kolostrum mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan ASI matur dengan protein utamanya adalah globulin (gamma globulin). Kolostrum mengandung lebih banyak antibodi dibandingkan ASI matur sehingga dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan, kadar karbohidrat lemaknya rendah tetapi kadar mineral terutama natrium, kalium dan kloridanya lebih tinggi. Total energi rendah, yaitu hanya 58 Kal/100 ml kolostrum.

Bila dipanaskan, kolostrum akan menggumpal. Volume kolostrum sekitar 150-300 ml/24 jam.

2) ASI transisi / peralihan

ASI peralihan merupakan peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. ASI transisi ini disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein dalam ASI transisi semakin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi.

ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya dimana komposisinya relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi relatif konstan baru mulai minggu ketiga sampai kelima). Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. ASI matur merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. ASI matur ini tidak akan menggumpal jika dipanaskan dan terdapat beberapa antimikrobial, antara lain: antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit granulosit, makrofag dan limfosit T),

enzim, protein (laktoferin, B 12 binding protein ), faktor resisten terhadap stafilokokus, komplemen, interferron producting cell, dan hormon-hormon.

Secara umun komposisi dari ASI menurut Soetjiningsih (2012) adalah:

1) Protein

ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi tetapi protein dalam ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin yang tinggi yang ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi tetapi protein dalam ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin yang tinggi yang

2) Karbohidrat

ASI mengandung karbohidrat yang relatif lebih tinggi daripada susu sapi. Karbohidrat yang utama terdapat pada ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini akan difermentasi menjadi asam laktat yang akan memberikan kondisi asam dalam usus bayi. Suasana asam ini akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu: menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis, memacu pertumbuhan mikoroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin, memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat, serta mempermudah absorpsi mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium. Selain laktosa, juga terdapat glokosa, galaktosa, dan glukosamin. Galaktosa penting untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Glukosamin merupakan bifidus faktor di samping laktosa, yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacilus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.

3) Lemak

Kadar lemak dalam ASI relatif sama dengan susu sapi dan merupakan sumber kalori utama bagi bayi, sumber vitamin larut lemak, dan sebagai sumber asam lemak esensial. Tetapi lemak Kadar lemak dalam ASI relatif sama dengan susu sapi dan merupakan sumber kalori utama bagi bayi, sumber vitamin larut lemak, dan sebagai sumber asam lemak esensial. Tetapi lemak

4) Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi adalah konstan tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung diet ibu dan stadium laktasi. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah: kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Mineral yang terbanyak adalah kalium sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan pembuat darah relatif sedikit. Komposisi air kira-kira 88% dari ASI. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik adalah aman. Kadar air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi.

5) Vitamin

Vitamin dalam ASI cukup lengkap. Vitamin A, D, dan C jumlahnya cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam pantothenik tergolong kurang.

Jumlah kalori dalam ASI relatif rendah, yaitu hanya 77 kal/100 ml ASI. Sekitar 90% dari jumlah kalori tersebut berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein.

7) Unsur-unsur lainnya

Unsur-unsur lainnya yang terkandung dalam ASI adalah laktorom, kreatinin, urea, xanthin, amonia, dan asam sitrat.

c. Manfaat Pemberian ASI

1) Bagi Bayi

Sebagai nutrisi yang tepat, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang, mengandung asam lemak untuk pertumbuhan otak, membantu pertumbuhan rahang yang bagus, mengurangi resiko terkena penyakit, menunjang perkembangan motorik, menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik (Roesli, 2005).

2) Bagi Ibu

Mengurangi perdarahan selama melahirkan, mengurangi terjadinya anemia, menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, lebih cepat langsing kembali, mengurangi kemungkinan menderita kanker, lebih ekonomis/murah, tidak merepotkan dan hemat waktu, portabel dan praktis, memberi kepuasan bagi ibu (Roesli, 2005).

Dalam aspek ekonomi dapat menghemat uang, dalam aspek psikologis dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga, dalam aspek kemudahan berupa kepraktisan dimana dapat diberikan dimana saja dan kapan saja (Suradi, 2004).

4) Bagi Negara

Menurunkan angka kesakitan dan kematian, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, mengurangi devisa untuk membeli susu formula, meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa (Suradi, 2004).

5) Bagi Lingkungan

Mengurangi polusi udara karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap dan tidak butuh transportasi untuk mengangkut. ASI mengurangi bertambahnya sampah karena tidak perlu kaleng susu, kertas dan karton untuk membungkus, botol plastik dan dot karet (Roesli, 2005).

d. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Menurut Briawan (2004) beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI adalah:

1) Faktor pengetahuan ibu tentang menyusui

Penelitian tentang pengetahuan, sikap dan praktek ibu dan anak balita terhadap kesehatannya di 7 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar ibu belum mengetahui arti dan Penelitian tentang pengetahuan, sikap dan praktek ibu dan anak balita terhadap kesehatannya di 7 propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar ibu belum mengetahui arti dan

2) Faktor dukungan keluarga terutama dukungan suami

Kelompok ibu-ibu yang sehat dan produksi ASI-nya bagus, sebetulnya yang paling memungkinkan dapat memberikan ASI dengan baik, tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor keluarga dan kekerabatan. Tidak semua suami atau orangtua ibu akan mendukung pemberian ASI. Misalnya, suami merasa tidak nyaman apabila isterinya menyusui. Pada waktu seorang ibu melahirkan, keluarga besar atau kerabatnya berdatangan untuk membantu merawat ibu serta bayinya dan mereka memberikan makanan atau minuman pada usia yang sangat dini.

3) Faktor modernisasi gaya hidup

Kebanyakan ibu-ibu di perkotaan adalah sebagai karyawan atau pekerja profesional. Meskipun kelompok ini tahu manfaat dan keunggulan ASI, namun sulit untuk mempraktekannya. Alokasi Kebanyakan ibu-ibu di perkotaan adalah sebagai karyawan atau pekerja profesional. Meskipun kelompok ini tahu manfaat dan keunggulan ASI, namun sulit untuk mempraktekannya. Alokasi

4) Faktor sosial dan budaya masyarakat

Wanita diperkotaan sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis. Di pedesaan masih banyak dijumpai kebiasaan membuang kolostrum yang dianggap susu kotor dan memberikan makanan tambahan selain ASI kepada bayi yang terlalu dini.

5) Faktor ekonomi keluarga

Pada saat ini banyak ibu yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah. Pada kondisi tersebut sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya apalagi bila tempat bekerja jaraknya jauh.

6) Meningkatnya promosi susu sebagai pendamping ASI Bayi menolak saat diberi ASI sejak lahir, karena pertama kali sudah diperkenalkan pendamping ASI sehingga bayi menjadi bingung puting.

7) Fasilitas yang terbatas ditempat kerja

Kebanyakan tempat kerja di Indonesia belum memiliki fasilitas yang mempermudah ibu memberikan ASI.

Menurut Bahiyatun (2009) dan Suradi (2004) faktor medis juga dapat mempengaruhi pemberian ASI yaitu:

1) Masalah pada ibu yang sering muncul pada proses menyusui antara lain puting susu lecet, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, 1) Masalah pada ibu yang sering muncul pada proses menyusui antara lain puting susu lecet, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat,

2) Masalah pada bayi berupa keluhan bayi sering menangis, bingung putting, BBLR, ikterik, sumbing, kembar, sakit, lidah pendek, dan memerlukan perawatan.

3) Masalah menyusui pada keadaan khusus, misalnya ibu melahirkan dengan SC, ibu menderita penyakit kronik, ibu memerlukan pengobatan tertentu, dan ibu hamil.

3. Sikap

a. Definisi Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.

b. Komponen Sikap Menurut Notoatmodjo (2007), komponen-komponen sikap antara lain:

1) Komponen Kognitif yaitu pengetahuan, pandangan, keyakinan

2) Komponen Afektif yaitu rasa senang atau tidak senang

3) Komponen Konatif yaitu kecenderungan berperilaku tertentu

c. Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2007), tingkatan yang dimiliki oleh sikap adalah : c. Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2007), tingkatan yang dimiliki oleh sikap adalah :

2) Merespons (responding), yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing), yaitu mengajak oranglain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible), atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

d. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain : pendidikan, pekerjaan, pengalaman, kebudayaan, lingkungan dan informasi (Notoatmodjo, 2007).

4. Dukungan suami kepada ibu untuk menyusui bayi

a. Definisi Dukungan adalah bentuk bantuan yang dirasakan oleh seseorang dari orang lain yang datang dari suatu hubungan interpersonal (Irianti, 2010).

diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan.

Menurut Kodrat (2010), dukungan suami adalah dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri untuk menunjang melakukan sesuatu. Dukungan suami diperlukan istri terutama pada masa kehamilan, persalinan, menyusui, dan merawat bayinya.

b. Bentuk Dukungan Menurut Tasya (2008), dukungan kepada ibu menyusui diberikan oleh berbagai pihak, diantaranya suami, keluarga, lingkungan kerja atau kantor dan pemerintah. Dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan dari suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. Dukungan suami merupakan dukungan yang dirasakan ibu yang diberikan suami untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6 bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi seimbang bagi ibu.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Meiliasari (2002), bahwa sukses pemberian ASI eksklusif adalah hasil kerja tim, yang beranggotakan paling sedikit dua orang, yaitu ayah dan ibu. Menurut Meiliasari (2002), ada 7 bentuk dukungan yang harus diberikan oleh ayah pada ibu yang menyusui secara eksklusif, yaitu:

Suami harus memberikan dukungan penyemangat kepada ibu melalui kalimat-kalimat pujian, maupun kata-kata penyemangat. Dengan hal ini ibu akan merasa sangat bangga dan senang dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini berkaitan dengan refleks oksitosin.

2) Membantu mengatasi masalah dalam pemberian ASI

Tidak setiap ibu dapat memberikan ASI dengan lancar. Banyak ibu mengalami masalah, mulai dari ASI yang tak keluar, puting payudara lecet, pembengkakan, mastitis, stres, dll. Modal utama memecahkan keluhan secara benar adalah jika ayah/ibu menguasai teori manajemen menyusui. Ayah bisa ikut menginformasikan hal-hal yang diketahuinya, atau menunjukkan referensi, atau turun tangan langsung mengatasinya. Misalnya jika payudara istri harus dipijat, dikompres, jika harus berobat, bagaimana cara menyimpan ASI perah. Untuk menguasai hal ini, ayah dapat ikut pergi ke klinik laktasi sebelum program menyusui dimulai.

3) Ikut merawat bayi

Suami dapat ikut serta dalam merawat bayi dengan membantu mengganti popok bayi, menyendawakan bayi setelah menyusui, menggendong bayi, membantu memandikan bayi, dan Suami dapat ikut serta dalam merawat bayi dengan membantu mengganti popok bayi, menyendawakan bayi setelah menyusui, menggendong bayi, membantu memandikan bayi, dan

4) Mendampingi ibu menyusui walaupun tengah malam Mendampingi, menemani, yang sedang menyusui pun merupakan bentuk dukungan yang besar. Sebisanya, ayah ikut bangun saat istri terbangun tengah malam atau jika tak bisa bangun malam, paling tidak jangan tunjukkan ekspresi kesal akibat tidur yang terganggu saat bayi menangis lapar di malam hari. Suami yang terkantuk-kantuk saat menunggui istri menyusui, akan sangat menyentuh perasaan istri dan membuat cinta istri semakin dalam.

5) Melayani ibu menyusui

Ayah tak bisa memberi makan bayi dengan air susu, tetapi ayah dapat 'memberi makan' bayi dengan jalan memberi makan ibu. Jadi jika ingin ambil bagian dalam aktivitas 'memberi makan' ini, layani istri saat dia kelaparan dan kehausan selagi menyusui. Karena menyusui sangat menguras energi, biasanya ibu butuh ekstra asupan kalori dan cairan sesudah menyusui. Ayah bisa membantu membuatkan susu hangat, telur dadar, dan camilan lain, atau potongan buah, tanpa perlu diminta untuk disajikan kepada istri.

6) Menyediakan anggaran ekstra

Hal ini bisa diupayakan bersama istri sejak terjadi kehamilan. Menyusui membutuhkan ekstra dana paling tidak untuk

(bra menyusui, alat-alat menyimpan ASI perah, dll). Tetapi angkanya pasti jauh lebih kecil daripada bayi diberi susu formula.

7) Menjaga romantisme

Diakui atau tidak, kehadiran anak akan sedikit mengusik keintiman suami istri. Suami sesekali bisa merasa tersisihkan atau kehilangan romantisme karena istri sibuk menjalankan peran orang tua. Sebaliknya, kadang istri juga merasa dirinya kurang seksi dan kurang bergairah selagi menyusui, akibat kelelahan dan terlebih, bergesernya fungsi payudara dari organ seksual menjadi sumber makanan bayi. Jadi penting bagi suami untuk tidak berpaling dari istrinya yang sedang menyusui. Suami harus membantu istri menciptakan suasana romantis atau hal-hal lain yang bisa menghangatkan hubungan. Dengan demikian kegiatan menyusui bayi secara eksklusif dapat dilaksanakan dengan baik. Dukungan suami terhadap ibu menyusui yaitu dengan tidak melontarkan kritik terhadap bentuk tubuh istri yang umumnya memang melar setelah melahirkan.

Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif dengan memberikan dukungan emosional, penghargaan, informatif, dan instrumental atau bantuan praktis lainnya. Suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran refleks pengeluaran

Keadaan yang harmonis dalam keluarga, ketenangan batin seorang ibu penting dalam memberikan ASI bagi anaknya. Jika ibu mengalami depresi, cemas, sedang ada masalah atau tidak mendapat dukungan suami, akan mempengaruhi pemberian ASI (Sudiharto, 2007 dan Roesli, 2005).

Suami perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan agar ibu berhasil menyusui, misalnya dengan menggantikan untuk sementara tugas rumah tangga ibu seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah karena ibu dan bayi memerlukan waktu untuk berkenalan (Suradi, 2004).

c. Manfaat Dukungan Dukungan sosial bermanfaat karena seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Selain itu juga dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu sendiri mempengaruhi strategi untuk mengatasi kecemasan dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu sendiri mempengaruhi strategi untuk mengatasi kecemasan dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Menurut Irianti (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan antara lain : pemberi dukungan, jenis dukungan, penerima dukungan, permasalahan yang dihadapi, waktu pemberian dukungan, dan rentang waktu pemberian dukungan.

Menurut Kodrat (2010), dukungan suami dalam masa menyusui dipengaruhi beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan tentang ASI, dan budaya setempat.

5. Pengaruh Penyuluhan tentang ASI Eksklusif Terhadap Dukungan Suami Kepada Ibu untuk Menyusui Bayi

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Fitriani, 2010).

Kesuksesan pemberian ASI eksklusif adalah hasil kerja tim, yang beranggotakan paling sedikit dua orang, yaitu ayah dan ibu (Meiliasari, 2002). Penyuluhan tentang ASI eksklusif sebaiknya tidak hanya diberikan pada ibu menyusui saja, akan tetapi diberikan juga kepada suami agar Kesuksesan pemberian ASI eksklusif adalah hasil kerja tim, yang beranggotakan paling sedikit dua orang, yaitu ayah dan ibu (Meiliasari, 2002). Penyuluhan tentang ASI eksklusif sebaiknya tidak hanya diberikan pada ibu menyusui saja, akan tetapi diberikan juga kepada suami agar

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Tingkatan yang dimiliki oleh sikap adalah menerima (receiving), merespons (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 2007).