Pembahasan 1.Kualifikasi Guru

B. Pembahasan 1.Kualifikasi Guru

Pada sekolah SMA Kristen Rantepao Kabupaten Toraja Utara, terdapat 2 Guru yang mengampu mata pelajaran Biologi. Masing-masing guru tersebut disebut Responden 1 dan Responden 2. Dapat dilihat pada Tabel 4.1, bahwa Responden 1 lebih dahulu terangkat dengan masa pengangkatan yang jauh lebih lama yaitu 27 tahun 5 bulan , dibandingkan Responden 2 yang sudah 9 tahun terangkat menjadi guru.

Dalam hal pengalaman mengajar di SMA Kristen Rantepao, Responden 1 memiliki pengalaman 9 tahun 3 bulan mengajar mata pelajaran Biologi di sekolah tersebut, akan tetapi Responden 2 lebih dahulu 1 tahun 1 bulan mengajar di sekolah tersebut yaitu selama 10 tahun 4 bulan. Meskipun memiliki pengalaman yang tak sebanyak Responden 2, ternyata “jam terbang” Responden 1 lebih jauh lebih banyak di sekolah lain yaitu 18 tahun sedangkan Responden 2 hanya 8 tahun

1 bulan. Hal tersebut memberikan informasi untuk menarik kesimpulan bahwa kedua guru tersebut telah dikategorikan dalam guru berpengalaman karena telah mengajar lebih kurang 10 tahun dan bisa menjadi faktor keberhasilan dalam mengajar. Sejalan dengan banyaknya pengalaman membuat Responden 1 memilih melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2, sedangkan Responden 2 masih bergelar S1. Status LPTK yang disandang di sekolah tempat keduanya bekerja saat ini yaitu berstatus swasta.

Basis Pendidikan guru yang telah ditempuh Responden 1 yaitu S1 Pendidikan Biologi dan S2 Manajemen sedangkan basis pendidikan Responden 2 yaitu S1 non Pendidikan. Kondisi basis pendidikan yang ada pada Responden 1 telah sesuai prosedur yang berlaku dalam undang-undang No.14 Tahun 2005 pasal

9 yang menyebutkan bahwa kualifikasi akademik seorang guru diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat.Berdasarkan pedoman penilaian kualifikasi akademik guru dalam buku III rubrik penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2007, Gelar S1 yang diperoleh Responden 1 mendapatkan skor penilaian sebesar 150 dengan kategori relevansi kependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel), sementara itu gelar S2 yang telah dimiliki Responden 1 mendapat skor penilaian 130 dengan kategori relevansi yaitu nonkependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan rumpun bidang studi (mapel). Pada Responden 2, gelar S1 yang diperolehnya mendapatkan skor penilaian 120, dengan kategori relevansi non kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan rumpun bidang studi (mapel) memiliki akta mengajar,itu berarti responden 2 telah menempuh uji kelayakan dan kesetaraan guru, sebagaimana tertuang dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berbunyi bahwa “kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.”. Dalam hal status kepegawaian terlihat perbedaan dimana Responden 1 berstatus pegawai negeri sedangkan Responden 2 berstatus pegawai swasta.Dalam hal sertifikasi, keduanya telah mendapat sertifikasi sebagai guru yang menjadi salah satu indikator kompetensi yang dimiliki. Hal ini bisa menjadi salahsatu faktor 9 yang menyebutkan bahwa kualifikasi akademik seorang guru diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat.Berdasarkan pedoman penilaian kualifikasi akademik guru dalam buku III rubrik penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2007, Gelar S1 yang diperoleh Responden 1 mendapatkan skor penilaian sebesar 150 dengan kategori relevansi kependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel), sementara itu gelar S2 yang telah dimiliki Responden 1 mendapat skor penilaian 130 dengan kategori relevansi yaitu nonkependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan rumpun bidang studi (mapel). Pada Responden 2, gelar S1 yang diperolehnya mendapatkan skor penilaian 120, dengan kategori relevansi non kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan rumpun bidang studi (mapel) memiliki akta mengajar,itu berarti responden 2 telah menempuh uji kelayakan dan kesetaraan guru, sebagaimana tertuang dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berbunyi bahwa “kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.”. Dalam hal status kepegawaian terlihat perbedaan dimana Responden 1 berstatus pegawai negeri sedangkan Responden 2 berstatus pegawai swasta.Dalam hal sertifikasi, keduanya telah mendapat sertifikasi sebagai guru yang menjadi salah satu indikator kompetensi yang dimiliki. Hal ini bisa menjadi salahsatu faktor

Jumlah jam mengajar dalam seminggu pada seluruh sekolah yang ditempati keduanya mengaku mengajar lebih dari 23 jam dalam seminggu. Hal tersebut bisa dibuktikan secara faktual dari banyaknya kelas yang diampu, Responden 1 mengampu 2 kelas XI IPA serta seluruh kelas XII IPA dengan total 6 kelas, sedangkan Responden 2 mengampu 2 kelas di kelas XI IPA serta seluruh kelas X dengan total 8 kelas. Faktor jam mengajar tersebut dirasa terlalu memberatkan fungsi tugas guru dalam hal pembagian waktu yang padat, sehingga bisa mempengaruhi kinerja dalam melangsungkan proses pembelajaran. Status mengajar kedua guru yaitu sama-sama berstatus guru tetap. Hal ini memberikan guru keleluasaan dalam membagi waktu mengajar siswa di sekolah tersebut, sehingga proses mengajar pun akan berjalan maksimal. Selain menjabat sebagai guru mata pelajaran Biologi, keduanya mengaku memiliki tugas lain disekolah. Responden 1 sekaligus menjabat sebagai kepala sekolah di SMA Kristen Rantepao kabupaten Toraja Utara, sementara itu Responden 2 menjabat juga

sebagai pendamping Sapras (sarana dan prasarana). Hal tersebut bisa menyulitkan guru untuk lebih fokus dalam mengajar karena waktu yang begitu padat mengisi aktifitas guru bisa saja memberikan kinerja yang tidak maksimal dalam melangsungkan kegiatan pembelajaran bagi siswanya dibandingkan fokus dalam 1 tugas yaitu sebagai guru mata pelajaran Biologi saja, tentu saja itu bisa mempengaruhi hasil belajar para siswa. Namun bila dilihat dari lamanya pengalaman di dunia pendidikan , para guru tersebut diharapkan mampu bekerja profesional dalam hal mengelola waktu dalam setiap tanggung jawabnya. Dalam aspek keprofesionalannya, bisa dilihat di Tabel 4.1 bahwa banyaknya penataran yang pernah diikuti guru-guru tersebut yaitu lebih dari 6 kali penataran yang diadakan di berbagai kota diantaranya Makassar, Makale, Rantepao, Bandung,dan Jakarta. Hal tersebut bisa menjadi salahsatu faktor yang mempengaruhi kinerja proses pembelajaran, seperti yang disebutkan Nurtain (2005) mengenai tujuan penataran, dalam bukunya Nurtain berpendapat mengenai tujuan penataran dalam bidang pendidikan yaitu; (1) peningkatan program pengajaran dan proses belajar mengajar sehingga dapat ikut mendorong perkembangan pendidikan; (2) memperkenalkan guru-guru dengan berbagai sumber media dan materialnya; (3) memantapkan sedikitnya empat kompetensi,yaitu kompetensi pengetahuan akademis, kompetensi profesional, kompetensi seni, dan ketrampilan teknis, dan keterampilan masyarakat.; (4) belajar memperkembangkan , mencoba menerapkan, dan menilai prosedur dan pelaksanaan praktik hal-hal yang baru dalam pengajaran; (5) membekali guru secara konstan sesuai dengan perubahan- perubahan dalam pengembangan kurikulum sekolah; (6) lebih memperluas sebagai pendamping Sapras (sarana dan prasarana). Hal tersebut bisa menyulitkan guru untuk lebih fokus dalam mengajar karena waktu yang begitu padat mengisi aktifitas guru bisa saja memberikan kinerja yang tidak maksimal dalam melangsungkan kegiatan pembelajaran bagi siswanya dibandingkan fokus dalam 1 tugas yaitu sebagai guru mata pelajaran Biologi saja, tentu saja itu bisa mempengaruhi hasil belajar para siswa. Namun bila dilihat dari lamanya pengalaman di dunia pendidikan , para guru tersebut diharapkan mampu bekerja profesional dalam hal mengelola waktu dalam setiap tanggung jawabnya. Dalam aspek keprofesionalannya, bisa dilihat di Tabel 4.1 bahwa banyaknya penataran yang pernah diikuti guru-guru tersebut yaitu lebih dari 6 kali penataran yang diadakan di berbagai kota diantaranya Makassar, Makale, Rantepao, Bandung,dan Jakarta. Hal tersebut bisa menjadi salahsatu faktor yang mempengaruhi kinerja proses pembelajaran, seperti yang disebutkan Nurtain (2005) mengenai tujuan penataran, dalam bukunya Nurtain berpendapat mengenai tujuan penataran dalam bidang pendidikan yaitu; (1) peningkatan program pengajaran dan proses belajar mengajar sehingga dapat ikut mendorong perkembangan pendidikan; (2) memperkenalkan guru-guru dengan berbagai sumber media dan materialnya; (3) memantapkan sedikitnya empat kompetensi,yaitu kompetensi pengetahuan akademis, kompetensi profesional, kompetensi seni, dan ketrampilan teknis, dan keterampilan masyarakat.; (4) belajar memperkembangkan , mencoba menerapkan, dan menilai prosedur dan pelaksanaan praktik hal-hal yang baru dalam pengajaran; (5) membekali guru secara konstan sesuai dengan perubahan- perubahan dalam pengembangan kurikulum sekolah; (6) lebih memperluas

2. Hasil Belajar Siswa

Perbedaan rata-rata hasil belajar yang ditunjukkan antara kelas yang diajar Responden 2 dengan Responden 1 memperlihatkan bahwa kelas X yang diajar Responden 2 lebih rendah yaitu sebesar 79,53 dan 76,32 dibandingkan kelas XII IPA yang diajar oleh Responden 1 yang memiliki rata-rata lebih tinggi yaitu 81 dan 85 , akan tetapi sampel-sampel tersebut tidak dapat disamakan karena keduanya memiliki jenjang yang berbeda dari sudut pandang tingkat pengetahuan dan tingkat kriteria ketuntasan minimal yang berbeda pula. Namun yang menarik,

padakelas XI terlihat perbedaan mencolok bahwa kelas XI IPA 2 yang diajar oleh Responden 2, lebih rendah yaitu sebesar 78,10 dibandingkan kelas XI IPA 1 yang diajar oleh Responden 1 yaitu sebesar 80,02. Bila diteliti menurut sudut pandang kualifikasi pendidikannya, maka sertifikasi guru, pengalaman mengajar, kualifikasi akademik, dan diklat/penataran menjadi peran utama yang sangat dimungkinkan menjadi bagian indikator perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang ada di sekolah tersebut. Namun bila dibuktikan dengan keterkaitan antara hasil belajar dan kualifikasi guru yang ada di sekolah tersebut (dalam data primer), memperlihatkan bahwa nilai pada kelas yang diajar Responden 1 lebih tinggi daripada kelas yang diajar oleh Responden

2. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh perbedaan kualifikasi antara kedua guru tersebut. Responden 1 lebih unggul dalam kualifikasi antara lain: pengalaman mengajar, latar belakang pendidikan terakhir, dan basis pendidikan.

Pengalaman mengajar menjadi salah satu faktor utama yang dimungkinkan memberi kontribusi positif bagi hasil belajar kognitif siswa disekolah ini, hal itu sejalan dengan Yamin (2008) yang berpendapat bahwa ilmu teoritis yang dikuasai guru akan lebih baik bila dilengkapi dengan pengalaman mengajar , hal ini dimaksudkan agar bahan pengajaran yang telah disiapkan tidak hilang secara refleks hanya dikarenakan kegugupan dan kecemasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman mengajar membangun mental dan kapasitas ilmu guru dalam mengajar yang akan berdampak pada penguasaan kelas dan kinerja guru itu sendiri dalam mengajar guna membangun tingkat kecerdasan siswa.

Kualifikasi akademik yang dimiliki guru di sekolah ini mejadi indikator bagi perkembangan kognitif siswa, seperti yang dikatakan Yamin (2008), bahwa kualifikasi pendidikan selain menjadi tuntutan profesi juga merupakan tuntutan yuridis formal bagi tenaga pendidik. Tuntutan tersebut menjadi wajib dipenuhi dan dimiliki oleh setiap guru agar memiliki legalitas dan dapat menunjukkan kreadinilitasnya sebagai agen pembelajaran, sehingga dapat melaksanakan tugas keprofesiannya secara profesional.