SKRIPSI PROFIL KUALIFIKASI PENDIDIK DAN

SKRIPSI PROFIL KUALIFIKASI PENDIDIK DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMA KRISTEN RANTEPAO KABUPATEN TORAJA UTARA PADA SEMESTER GANJIL

TAHUN AJARAN 2015/2016 Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Makassar untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi HERIANTO MELANUS NIM: 091404051 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKADAN ILMUPENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidik

Dari segi bahasa, seperti yang dikutip Abudin Nata (1997) dari WJS. Poerwadarminta bahwa pengertian pendidik adalah orang yang mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Pendidik dalam bahasa Inggris disebut Teacher, dalam bahasa Arab disebut Ustadz, Mudarris, Mu’alim dan Mu’adib. Dalam literatur lainya kita mengenal guru, dosen, pengajar, tutor, lecturer, educator, trainer dan lain sebagainya.

Beberapa kata di atas secara keseluruhan terhimpun dalam kata pendidik, karena keseluruhan kata tersebut mengacu kepada seorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang lain. Kata-kata yang bervariasi tersebut menunjukan adanya perbedaan ruang gerak dan lingkungan di mana pengetahuan dan keterampilan diberikan. Dari istilah-istilah sinonim di atas, kata pendidik secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya bisa siapa saja dan dimana saja. Secara luas dalam keluarga adalah orang tua, guru jika itu disekolah, di kampus disebut dosen, di pesantren disebut Murabbi atau Kyai dan lain sebagainya.

Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem

2. Guru

a. Profesi Guru

Kata profesi identik dengan kata keahlian. Jarvis (dalam Yamin, 2007) mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang ahli (expert) Pada sisi lain, profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas.

Sardiman (2009) berpendapat secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam kegiatan yang bermanfaat. Pengertian profesi menurut sardiman ini dikuatkan dengan pengertian profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut KBBI (2005), kata profesi berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.

Nasanius (1998) menyatakan bahwa profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Galbreath (1999) mengungkapkan bahwa profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas Nasanius (1998) menyatakan bahwa profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Galbreath (1999) mengungkapkan bahwa profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas

b. Pengertian Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), yang dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Pengertian guru menurut KBBI diatas, masih sangat umum dan belum bisa menggambarkan sosok guru yang sebenarnya, sehingga untuk memperjelas gambaran tentang seorang guru diperlukan definisi-definisi lain.

Suparlan dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Guru Efektif”, mengungkapkan hal yang berbeda tentang pengertian guru. Menurut Suparlan (2008), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Namun, Suparlan (2008) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar.

c. Peran Guru

Peters (1963) mengungkapkan tentang tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu: Guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai administrator kelas. Ketiga tugas guru tersebut merupakan tugas pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar adalah mencakup tugas dalam perencanaan dan pelaksanaan pengajaran. Guru sebagai pembimbing menekankan pada tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan pemasalahan mereka.

Sedangkan guru sebagai administrator kelas adalah mencakup tugas dalam ketatalaksanaan pengajaran terutama dalam pengembangan kurikulum dalam tataran praktis. Amstrong (1981) menambahkan dua tugas dan tanggung jawab guru selain yang dikemukakan oleh Peter di atas, yaitu: tugas guru untuk mengembangkan profesinya dan untuk membina hubungan dengan masyarakat.

Nasanius (1998) mengatakan bahwa terdapat beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih, pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik.

3. Kualifikasi Guru

a. Pengertian Kualifikasi Guru

Menurut Suparlan (2008), guru merupakan salah satu unsur masukan instrumental yang amat menentukan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dan pelatihan. Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, guru harus memiliki standar kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan yang memadai.

Lalu apa yang dimaksud dengan kualifikasi? Secara etimologis kata kualifikasi diadopsi dari bahasa inggris qualification yang berarti training, test, diploma, etc, that qualifies a person (Manser, 1995). Kualifikasi berarti latihan, tes, ijazah dan lain-lain yang menjadikan seseorang memenuhi syarat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kualifikasi adalah (1) pendidikan khusus untuk Lalu apa yang dimaksud dengan kualifikasi? Secara etimologis kata kualifikasi diadopsi dari bahasa inggris qualification yang berarti training, test, diploma, etc, that qualifies a person (Manser, 1995). Kualifikasi berarti latihan, tes, ijazah dan lain-lain yang menjadikan seseorang memenuhi syarat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kualifikasi adalah (1) pendidikan khusus untuk

Berdasarkan pengertian guru dan kualifikasi yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan mengenai kualifikasi guru. Kualifikasi gurru adalah keahlian yang diperlukan seseorang untuk menjalankan profesi guru. Namun, kualifikasi guru ini perlu diperjelas lagi untuk dapat dikaitkan dengan pengelolaan kelas dalam pembelajaran biologi SMA. Untuk itu, perlu dijabarkan lebih dalam lagi mengenai kualifikasi guru ini.

b. Kualifikasi guru mata pelajaran di SMA/MA

Menurut Suparlan (2008), berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, guru dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) guru kelas; (2) guru mata pelajaran; (3) guru bimbingan konseling; (4) guru pustakawan, dan; (5) guru ekstrakurikuler. Dari kelima jenis guru tersebut, guru yang mengajar di SMA/MA merupakan guru mata pelajaran, yang dimaksud guru mata pelajaran adalah jika guru hanya memiliki tugas untuk mengajarkan satu mata pelajaran saja.

Hal tersebut dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Bab IV, bagian kesatu, pasal 30, butir kelima. Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi bahwa pendidik pada SMP/MTS atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan yang sesuai Hal tersebut dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Bab IV, bagian kesatu, pasal 30, butir kelima. Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi bahwa pendidik pada SMP/MTS atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan yang sesuai

Meskipun standar kualifikasi guru mata pelajaran Biologi belum ada, namun dalam PERMENDIKNAS RI No.16 Tahun 2007 telah mengatur mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang mengajar Biologi yaitu: (1) memahami konsep-konsep,hukum-hukum, dan teori-teori biologi serta penerapannya secara fleksibel; (2) memahami proses berpikir biologi dalam mempelajari proses dan gejala alam; (3) menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan gejala alam/biologi; (4) memahami struktur ilmu biologi dan ilmu-ilmu lain yang terkait; (5) bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum biologi; (6)menerapkan konsep,hukum, dan teori fisika kimia dan matematika untuk menjelaskan fenomena biologi; (7) menjelaskan penerapan hukum-hukum biologi dalam teknologi yang terkait dengan biologi terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; (8) memahami lingkup dan kedalaman biologi; (9) kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu biologi dan ilmu-ilmu yang terkait; (10) menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan Meskipun standar kualifikasi guru mata pelajaran Biologi belum ada, namun dalam PERMENDIKNAS RI No.16 Tahun 2007 telah mengatur mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang mengajar Biologi yaitu: (1) memahami konsep-konsep,hukum-hukum, dan teori-teori biologi serta penerapannya secara fleksibel; (2) memahami proses berpikir biologi dalam mempelajari proses dan gejala alam; (3) menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan gejala alam/biologi; (4) memahami struktur ilmu biologi dan ilmu-ilmu lain yang terkait; (5) bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum biologi; (6)menerapkan konsep,hukum, dan teori fisika kimia dan matematika untuk menjelaskan fenomena biologi; (7) menjelaskan penerapan hukum-hukum biologi dalam teknologi yang terkait dengan biologi terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; (8) memahami lingkup dan kedalaman biologi; (9) kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu biologi dan ilmu-ilmu yang terkait; (10) menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan

Secara umum, kualifikasi guru SMA/MA ada tiga yaitu: (1) kualifikasi akademik; (2) latar belakang pendidikan tinggi; dan (3) sertifikasi profesi. Namun ,berdasarkan deskripsi dalam penilaian portofolio, ada kualifikasi guru berkaitan erat dengan penilaian dokumen diantaranya (1) kualifikasi akademik; (2) sertifikasi guru; (3) pengalaman mengajar; (4) diklat.

4. Kualifikasi Akademik

Menurut Depdiknas dalam panduan penyusunan portofolio sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2007, yang dimaksud dengan kualifikasi akademik,yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1,S2, atau S3) maupun non gelar (D4 Post Graduate diploma), baik dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikat diploma.

Depdiknas juga sudah mengelompokkan dan memberikan nilai dalam penilaian portofolio mengenai kualifikasi akademik guru. Berikut merupakan pedoman penilaian kualifikasi akademik guru dalam Buku III Rubrik Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2007.

Tabel 2.1. Pedoman Penilaian Kualifikasi Akademik Guru

Kependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel) 150 S1

Non kependidikan sesuai bidang studi (mapel)

150 memiliki akta mengajar

Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang studi

140 (mapel)

Non kependidikan sesuai dengan bidang studi dan

130 rumpun bidang studi (mapel)

Kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan

120 rumpun bidang studi (mapel)

Non kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan rumpun bidang studi (mapel) memiliki akta

120 mengajar Non kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi

110 dan rumpun bidang studi (mapel)

80 Graduate Tidak sesuai

Post Sesuai bidang studi

50 Diploma

S2 Kependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel) 175

Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang studi

160 (mapel)

Non kependidikan sesuai dengan bidang studi

160 (mapel)

Kependidikan tidak dengan sesuai dengan bidang

145 studi dan rumpun bidang studi (mapel)

Non kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi

130 dan rumpun bidang studi (mapel)

S3 Kependidikan sesuai dengan bidang studi (mapel) 200

Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang studi

180 (mapel)

Non kependidikan sesuai dengan bidang studi

180 (mapel)

Kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi dan

160 rumpun bidang studi (mapel)

Non kependidikan tidak sesuai dengan bidang studi

140 dan rumpun bidang studi (mapel)

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 9 menggunakan istilah kualifikasi akademik, yang didefinisikan sebagai ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 9 menggunakan istilah kualifikasi akademik, yang didefinisikan sebagai ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen

Guru sebagai tenaga pendidik yang berhubungan langsung dengan peserta didik harus memiliki keahlian khusus atau kualifikasi khusus di bidang akademik. Dengan kompetensi yang dimilikinya guru dapat menjalankan tugas dengan baik untuk mencerdaskan peserta didik.

Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42 ayat (1) “Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dalam pasal ini sangat jelas dikatakan bahwa guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi minimum serta harus mengikuti sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

Kemudian dijelaskan lagi pada Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8, pasal 9, dan pasal 10. Pasal 8 berbunyi “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Pasal 9 berbunyi “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.” Sedangkan pada pasal 10 tertulis “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, Kemudian dijelaskan lagi pada Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8, pasal 9, dan pasal 10. Pasal 8 berbunyi “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Pasal 9 berbunyi “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.” Sedangkan pada pasal 10 tertulis “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,

Ada dua kualifikasi akademik guru yaitu kualifikasi guru melalui pendidikan formal dan kualifikasi guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Dimana hal tersebut dijelaskan dengan kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dapat dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya. 1) Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal. Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/ Taman Kanak-kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah pertama/ madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar biasa/ sekolah menengah atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/ madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), sebagai berikut:

a) Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA, harus memiliki kualifikasi a) Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA, harus memiliki kualifikasi

Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi; e) Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. f) Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

2) Kualifikasi akademik guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan.Kualifikasi 2) Kualifikasi akademik guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan.Kualifikasi

Menurut Sahertian (1994), kualifikasi personal pendidik yang dimaksud antara lain; a) Guru yang baik, guru yang baik bila guru itu dilengkapi dengan sejumlah atribut-atribut moral yang baik. Sifat-sifat itu diutamakan dari asumsi dasar bahwa manusia itu sejak lahir sudah membawa sifat-sifat yang baik, seperti jujur, sabar, dan bertanggung jawab; b) Guru yang berhasil, seorang guru dikatakan berhasil bila dalam mengajar dapat menunjukkan kemampuannya sehingga tujuan-tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai oleh subjek didik; c) Guru yang efektif, bila dapat mendayagunakan waktu dan tenaga yang sedikit tetapi dapat mencapai hasil yang banyak serta pandai menggunakan strategi mengajar dan mampu menerapkan metode-metode mengajar secara berdaya guna dan berhasil guna akan disebut guru yang efektif.

Kualifikasi pendidikan selain menjadi tuntutan profesi juga merupakan tuntutan yuridis formal bagi tenaga pendidik. Tuntutan tersebut menjadi wajib dipenuhi dan dimiliki oleh setiap guru agar memiliki legalitas dan dapat menunjukkan kreadibilitasnya sebagai agen pembelajaran, sehingga dapat melaksanakan tugas keprofesiannya secara profesional (Yamin,2008).

5. Sertifikasi Guru

Menurut Muslich (2009), sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yeng telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak. Mendiknas juga menjelaskan sertifikasi guru dalam peraturannya. Menurut peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi Guru dalam jabatan, pasal 1, yang dimaksud sertifikasi sebagai guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pedidik untuk guru dalam jabatan. Dari dua pernyataan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yeng telah memenuhi persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Guru yang telah tersertifikasi tentu akan lebih diakui keprofesionalannya daripada guru yang belum tersertifikasi.

Menurut Mulyasa (2007), sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan tingkat kelayakan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran di sekolah dan sekaligus memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi persyaratan dan lulus uji sertifikasi. Dengan demikian sertifikasi guru meningkatkan kualitas kompetensi guru yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan ataupun kualitas pembelajaran peserta didik.

6. Pengalaman Mengajar

Menurut Depdiknas dalam panduan penyusunan portofolio sertifikasi guru Menurut Depdiknas dalam panduan penyusunan portofolio sertifikasi guru

Yamin (2008) berpendapat bahwa ilmu teoritis yang dikuasai guru akan lebih baik bila dilengkapi dengan pengalaman mengajar , hal ini dimaksudkan agar bahan pengajaran yang telah disiapkan tidak hilang secara refleks hanya dikarenakan kegugupan dan kecemasan.

Depdiknas juga mengelompokkan dan memberikan nilai dalam portofolio mengenai masa kerja guru. Berikut merupakan pedoman penilaian masa kerja guru. Berikut merupakan pedoman penilaian masa kerja guru dalam buku III Rubrik Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2007.

Tabel 2.2. Pedoman Penilaian Masa Kerja Guru

Masa Kerja Guru

23-25 tahun

20-22 tahun

17-19 tahun

14-16 tahun

11-13 tahun

8-10 tahun

5-7 tahun

2-4 tahun

Keterangan : Tugas belajar diperhitungkan dalam pengalaman mengajar

Menurut Depdiknas, dalam penyusunan portofolio sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2007, yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan (diklat) yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.

Suhadak (2010) dalam desertasinya juga berpendapat bahwa guru perlu diikutsertakan sesering mungkin dalam berbagai diklat peningkatan profesi guru (inservice training) yang dikelola secara profesional dan merujuk pada kebutuhan guru dalam menjalankan peran dan fungsinya. Dasar pemikirannya adalah seiring dengan perkembangan IPTEK, dimungkinkan kebutuhan siswa dalam belajar akan meningkat, baik kebutuhan informasi, kebutuhan cara pendekatan, maupun kebutuhan pembimbingan dalam belajar. Kondisi tersebut jelas menuntut guru untuk selalu mengembangkan diri. Untuk itulah diperlukan inservice training pengelolaan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan karakteristik guru yang mampu melakukan baik pengelolaan pembelajaran maupun pengelolaan kelas, termasuk di dalamnya berkomunikasi dengan siswa secara efektif.

Terdapat beberapa macam diklat (inservice training) menurut Indrafachruni (dalam Suhandak, 2010). Macam-macam diklat tersebut adalah sebagai berikut :

a) Up-garding

Up-garding ini merupakan salahsatu usaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang dibutuhkan guru tentang suatu masalah tertentu. Misalnya, tentang cara-cara pembuatan alat-alat pelajaran dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, pembaharuan metode suatu mata pelajaran, dan cara- cara pembimbingan calon guru berpraktek pembelajaran.

b) Ceramah-ceramah, rapat, dan seminar Ceramah-ceramah, rapat, dan seminar umumnya dilakukan dalam bentuk persentasi tentang suatu masalah yang perlu dipecahkan oleh narasumber, kemudian dilakukan tanya jawab atau diskusi untuk menemukan alternatif solusi dari permasalahan yang timbul dalam presentasi tersebut. Ceramah-ceramah, rapat, dan seminar yang dimaksud di sini tentu saja bentuk ceramah, rapat, dan seminar yang ada kaitannya dengan profesi sebagai guru. Jika guru sering mengikuti seminar tetapi seminar tersebut tidak terkait dengan profesi gurunya, maka seminar tersebut tidak akan banyak berpengaruh pada kinerja sebagai guru.

c) Work-shop Work- shop umumnya dilakukan dalam beberapa hari pada susatu tempat dengan agenda utama meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta yang diundang oleh lembaga yang mempunyai otoritas untuk menyelenggarakan work-shop tersebut.

d) Study Tour

Di lingkungan diklat bagi guru, study tour dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dengan melakukan kunjungan untuk studi banding ke sekolah yang lebih maju. Study tour kini sering dirasakan lebih efektif bagi guru karena peserta diklat dapat mengetahui tingkat kemajuan sekolah yang dikunjungi secara langsung. Mereka juga mempunyai kebebasan untuk melakukan tanya jawab dengan guru-guru dan staf sekolah yang dikunjungi.

e) Intervisitation Intervisitation ini pada prinsipnya sama dengan study tour, hanya saja sifatnya timbal balik. Masing-masing guru di suatu sekolah saling melakukan kunjungan untuk sharing pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dan staf sekolah lain. Selain itu, diklat juga dapat digunakan untuk mengetahui jenjang karier seorang guru.

Dalam bukunya Nurtain (2005) berpendapat bahwa tujuan penataran dalam bidang pendidikan yaitu; (1) peningkatan program pengajaran dan proses belajar mengajar sehingga dapat ikut mendorong perkembangan pendidikan; (2) memperkenalkan guru-guru dengan berbagai sumber media dan materialnya; (3) memantapkan sedikitnya empat kompetensi, yaitu kompetensi pengetahuan akademis, kompetensi profesional, kompetensi seni, dan ketrampilan teknis, dan keterampilan masyarakat.; (4) belajar memperkembangkan, mencoba menerapkan, dan menilai prosedur dan pelaksanaan praktik hal-hal yang baru dalam pengajaran; (5) membekali guru secara konstan sesuai dengan perubahan- perubahan dalam pengembangan kurikulum sekolah; (6) lebih memperluas Dalam bukunya Nurtain (2005) berpendapat bahwa tujuan penataran dalam bidang pendidikan yaitu; (1) peningkatan program pengajaran dan proses belajar mengajar sehingga dapat ikut mendorong perkembangan pendidikan; (2) memperkenalkan guru-guru dengan berbagai sumber media dan materialnya; (3) memantapkan sedikitnya empat kompetensi, yaitu kompetensi pengetahuan akademis, kompetensi profesional, kompetensi seni, dan ketrampilan teknis, dan keterampilan masyarakat.; (4) belajar memperkembangkan, mencoba menerapkan, dan menilai prosedur dan pelaksanaan praktik hal-hal yang baru dalam pengajaran; (5) membekali guru secara konstan sesuai dengan perubahan- perubahan dalam pengembangan kurikulum sekolah; (6) lebih memperluas

8. Kompetensi

Kompetensi itu sendiri merupakan seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku tugas yang harus dimiliki.Setelah dimiliki, tentu harus dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan di dalam kelas yang disebut sebagai pengajaran. Sekarang pertanyannya, kompetensi apa saja yang harus dimiliki dan dikuasai Guru sebagai agen pembelajar? Menurut PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28, ayat 3 dan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 10, ayat 1, kompetensi Guru atau pendidik meliputi: kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial (Gorky, 2008).

a. Kompetensi Profesional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2007).

M. Surya menyatakan dalam bukunya yang berjudul “Bunga Rampai Guru dan Pendidik“, kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan guru dalam M. Surya menyatakan dalam bukunya yang berjudul “Bunga Rampai Guru dan Pendidik“, kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan guru dalam

b. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang didmilikinya (Mulyasa, 2007).

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Guru merupakan makhluk sosial. Kehidupan kesehariannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bersosial, baik di sekolah ataupun di masyarakat. Maka dari itu, guru dituntuk memiliki kompetensi sosial yang memadai.

d. Kompetensi Kepribadian

Menurut Standar Nasional Pendidikan, kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,dan berakhlak mulia.

9. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dantindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut; a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, ataumetode; b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari; c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip; d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahamidengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah Benjamin S. Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut; a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, ataumetode; b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari; c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip; d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahamidengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional.Tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan –tujuan pembelajaran atau tujuan – tujuan instruksional (Abdurrahman,2003).

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2009), hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan; 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta- konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas; 3) Strategi Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2009), hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan; 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta- konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas; 3) Strategi

Hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar. Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi sampai sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar yang dinyatakan dengan nilai UAN diperoleh siswa setelah menempuh tes.

Hasil belajar yang dijadikan objek penelitian ini adalah pada ranah kognitif, psikomotorik dan efektif. Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual atau pengetahuan (Munaf, 2001). Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006), membagi ranah kognitif ke dalam enam jenjang secara hierarki, yaitu sebagai berikut; (1) Pengetahuan;

(2) Pemahaman; (3) Penggunaan / penerapan; (4) Analisis; (5) Sintesis; (6) Evaluasi. Menurut Depatemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia(2006) kategori hasil belajar siswa terbagi dalam 5 kategori seperti yang terlihat dalam tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.3 Kategori Nilai Siswa

Nilai Kategori

86-100 A= Baik Sekali 71-85

B= Baik 56-70

C= Cukup 41-55

D= Kurang <40

E= Sangat Kurang

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto (dalam Harminingsih, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut. (1) Faktor-faktor Internal, contohnya Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), Kelelahan; (2) Faktor- faktor Eksternal, contohnya Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah, Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Lebih lanjut Menurut Caroll (dalam Harminigsih, 2013), bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu (1) bakat belajar; (2) waktu yang tersedia untuk belajar; (3) kemampuan individu; (4) kualitas pengajaran; (5) lingkungan.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut. (1) Minat, Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat diharapkan hasilnya baik; (2) Kecerdasan, memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekolah; (3) Bakat, merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud; (4) Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi .

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Profil kualifikasi guru dibagi atas 3 kategori, yaitu:

1. Profil kualifikasi personal meliputi: jenis kelamin, umur, latar belakang

pendidikan, status perkawinan, status kepegawaian, golongan, sertifikasi.

2. Profil kualifikasi sosial meliputi: penghasilan tambahan, jumlah jam mengajar, status mengajar biologi, tugas lain disekolah, keikutsertaan dalam organisasi masyarakat.

3. Profil kualifikasi profesional meliputi: penataran yang pernah diikuti.

Profil Kualifikasi Guru

Hasil Belajar

Profil Personal

Profil Sosial

Profil Profesional

1. Jenis Kelamin

1. Penataran yang pernah 2. Usia

1. Keadaan Sosial

diikut 3. Latar Belakang

Kemasyarakatan

Guru Biologi

Pendidikan

2. Jumlah Jam

4. Status Perkawinan 5. Status Kepegawaian

Mengajar 3. Status Mengajar

6. Pengalaman Mengajar

4. Tugas lain di

7. Sertifikasi

sekolah

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Profil Kualifikasi Guru dan Hasil Belajar Sisw

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Variabel Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, peneliti ingin menggali lebih dalam lagi tentang profil kualifikasi guru biologi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi semester ganjil di SMA Kristen Rantepao Kabupaten Toraja Utara tahun ajaran 2015/2016. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

2. Variabel Penelitian

Penelitian ini mengkaji 2 variabel yaitu sebagai berikut.

a) Kualifikasi Guru

b) Hasil belajar siswa.

B. Definisi Operasional

1) Kualifikasi Guru berarti keahlian yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan profesi guru yang diperoleh melalui pendidikan khusus baik pendidikan gelar seperti S1, S2, atau S3 maupun non gelar seperti D4 atau Post Graduate diploma. Kualifikasi Pendidik erat kaitannya dengan kualifikasi akademik, sertifikasi profesi, pengalaman mengajar, dan diklat. Kualifikasi guru terbagi dalam 3 aspek yaitu:

a.Kualifikasi personal yang meliputi: jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, status perkawinan, status kepegawaian, golongan/pangkat, a.Kualifikasi personal yang meliputi: jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, status perkawinan, status kepegawaian, golongan/pangkat,

c. Kualifikasi profesional meliputi: penataran yang pernah diikuti.

2) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang hasilnya mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan 2 orang guru mata pelajaran biologi di SMA Kristen Rantepao Kabupaten Toraja Utara.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini siswa kelas X 1 ,X 2 , XI IPA 1 , XI IPA 2 , XII IPA

2 , dan XII IPA 4 beserta 2 orang guru mata pelajaran biologi SMA Kristen Rantepao Kabupaten Toraja Utara. Jumlah keseluruhan siswa yang dijadikan sampel yaitu 225 orang siswa.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun ajaran 2015/2016 di SMA Kristen Rantepao di Jalan Pongtiku No. 4 Kabupaten Toraja Utara.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan berupa angket atau kuesioner dan dokumentasi. Bentuk kuesioner dalam penelitian ini yaitu kuesioner langsung dengan memberikanlangsung daftar pertanyaan kepada seluruh guru mata pelajaran SMA Kristen Rantepao. Kuesioner tersebut telah terlebih dahulu divalidasi oleh Dosen Instrumen yang digunakan berupa angket atau kuesioner dan dokumentasi. Bentuk kuesioner dalam penelitian ini yaitu kuesioner langsung dengan memberikanlangsung daftar pertanyaan kepada seluruh guru mata pelajaran SMA Kristen Rantepao. Kuesioner tersebut telah terlebih dahulu divalidasi oleh Dosen

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

1. Tahap 1, Penyusunan proposal, dalam tahapan ini peneliti memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka yang mendukung serta metodologi penelitian yang akan dilakukan.

2. Tahap 2 , Penyusunan instrumen, dalam tahapan ini peneliti menyusun instrumen yang dibutuhkan sebagai penunjang dalam pengumpulan data. Instrumen tersebut berupa angket(kuesioner) yang terlebih dahulu divalidasi oleh Dosen Jurusan Biologi FMIPA UNM sebagai pihak validator.

3. Tahap 3, Pengumpulan data, dalam tahapan ini peneliti menggali informasi berupa data langsung yang berhubungan dengan pihak sekolah . Informasi tersebut diperoleh dari guru dan pihak sekolah yaitu tata usaha. Data yang diperoleh dari guru menggunakan angket sebagai media perolehan informasi, sementara itu data yang diperoleh dari tata usaha berupa dokumentasi daftar nilai-nilai akhir kelas semester ganjil tahun ajaran 2015- 2016 di SMA Kristen Rantepao Kabupaten Toraja Utara.

4. Tahap 4, Pembahasan hasil penelitian, dalam tahapan ini peneliti mulai menguraikan secara deskriptif mengenai data yang telah terkumpul mengenai kualifikasi guru dan hasil belajar siswa yang ada di SMA Kristen Rantepao Kabupaten Toraja Utara.

5. Tahap 5, Menyimpulkan hasil penelitian, dalam tahapan ini peneliti 5. Tahap 5, Menyimpulkan hasil penelitian, dalam tahapan ini peneliti

G. Tahap Pengumpulan Data

Proses mengumpulkan data dalam penelitian menggunakan teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan dokumentasi. Data kuesioner diperoleh dari guru mata pelajaran biologi sedangkan dokumentasi nilai siswa diperoleh dari tata usaha SMA Kristen Rantepao.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, dimana penyajian data dikemukakan dalam bentuk deskriptif atau uraian dalam menjawab permasalahan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang logis dan dapat diterima sebagai hasil penelitian ilmiah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Kristen Rantepao Kabupaten Toraja Utara, diperoleh data-data informasi mengenai profil kualifikasi guru dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi semester ganjil tahun ajaran 2015/2016, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1. Profil Kualifikasi Guru pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Kristen Rantepao Kabupaten Toraja Utara

No. Jenis Kualifikasi

Responden 2 Kualifikasi Personal

Responden 1

1. Masa Pengangkatan Guru

9 tahun 2. Pengalaman Mengajar di Sekolah

27 tahun 5 bulan

10 tahun 4 bulan Bersangkutan

9 tahun 3 bulan

8 tahun 1 bulan Lain

3. Pengalaman Mengajar di Sekolah

18 tahun

4. Pendidikan Terakhir

S1 5. Basis Pendidikan

S2

S1Pendidikan

S1Non

Pendidikan 6. Status LPTK

Biologi

Swasta 7. Status Kepegawaian

Swasta

Swasta 8. Sertifikasi

Negeri

Ya Kualifikasi Sosial 9. Jam Mengajar dalam Seminggu

Ya

>23 jam 10. Status Mengajar

>23 jam

Tetap 11. Tugas Lain di Sekolah

Tetap

Kepala Sekolah

Pendamping Sapras

(sarana dan prasarana)

Kualifikasi Profesional 12. Penataran yang Pernah Diikuti

>6 kali

>6 kali

Pada sekolah SMA Kristen Rantepao Kabupaten Toraja Utara, terdapat 2 Guru yang mengampu mata pelajaran Biologi. Masing-masing guru tersebut disebut Responden 1 dan Responden 2. Dapat dilihat pada Tabel 4.1, bahwa Responden 1 lebih dahulu terangkat dengan masa pengangkatan yang jauh lebih lama yaitu 27 tahun 5 bulan , dibandingkan Responden 2 yang sudah 9 tahun terangkat menjadi guru.

Dalam hal pengalaman mengajar di SMA Kristen Rantepao, Responden 1 memiliki pengalaman 9 tahun 3 bulan mengajar mata pelajaran Biologi di sekolah tersebut, akan tetapi Responden 2 lebih dahulu 1 tahun 1 bulan mengajar di sekolah tersebut yaitu selama 10 tahun 4 bulan. Meskipun memiliki pengalaman yang tak sebanyak Responden 2, ternyata “jam terbang” Responden 1 lebih jauh lebih banyak di sekolah lain yaitu 18 tahun sedangkan Responden 2 hanya 8 tahun

1 bulan.. Sejalan dengan banyaknya pengalaman membuat Responden 1 memilih melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2, sedangkan Responden 2 masih bergelar S1. Status LPTK yang disandang di sekolah tempat keduanya bekerja saat ini yaitu berstatus swasta.