PELAKSANAAN PENELITIAN

3.3.1. Persiapan Sebelum Pekerjaan Lapangan

Pada tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan yakni:

1. Konsultasi pendahuluan

2. Studi pustaka

3. Pengumpulan data awal tentang lahan atau tempat penelitian

4. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan di lapangan

3.3.2. Penentuan Blok Pengambilan Contoh Tanah

Penentuan blok penelitian dilakukan dengan syarat: jenis tanah sama, datar, topografi seragam dan alami. Dalam penentuan blok tersebut, maka dibuat blok disetiap titik penelitian dengan ukuran 2 x 2 m². Penentuan blok digunakan dengan alat GPS (Global Positioning System ). Perlakuan penentuan blok pengambilan contoh tanah yaitu : Blok 1 : Terletak pada hutan tidak terbakar (HTB) Blok 2 : Terletak pada hutan terbakar (HTb) Blok 3 : Terletak pada tanaman karet tidak terbakar (KTB) Blok 4 : Terletak pada tanaman karet terbakar (KTb) Blok 5 : Terletak pada semak belukar tidak terbakar (STB) Blok 6 : Terletak pada semak belukar terbakar (STb)

Dalam 6 blok tersebut, masing-masing blok tersebut diberi ulangan sebanyak tiga kali sehingga total contoh tanah adalah sebanyak 18 sampel.

20 cm

Blok Blok

HTB3 KTB

HTB1

HTB2

KTB3 STB

KTB1

KTB2

STB3 HTb

STB1

STB2

HTb3 KTb

HTb1

HTb2

KTb3 STb

Gambar 3.1. Desain Penelitian di Lapangan

3.3.3. Pengambilan Contoh Tanah Utuh dan Tanah Terganggu

Setelah penentuan blok selesai dilakukan, maka dilakukan pengambilan contoh tanah utuh dan tanah terganggu. Pengambilan contoh tanah utuh dilakukan menggunakan ring contoh tanah yang telah diberi label dengan ukuran tinggi 5 cm, diameter 5 cm. Contoh tanah utuh tersebut ditutup mengguanakan kain kasa sebelum dianalisis di laboratorium. Kemudian Pengambilan contoh tanah Setelah penentuan blok selesai dilakukan, maka dilakukan pengambilan contoh tanah utuh dan tanah terganggu. Pengambilan contoh tanah utuh dilakukan menggunakan ring contoh tanah yang telah diberi label dengan ukuran tinggi 5 cm, diameter 5 cm. Contoh tanah utuh tersebut ditutup mengguanakan kain kasa sebelum dianalisis di laboratorium. Kemudian Pengambilan contoh tanah

3.3.4. Pengamatan Warna dan Struktur Tanah di Lapangan

Setelah dilakukan pengambilan contoh tanah utuh dan terganggu, tahap selanjutnya adalah pengamatan warna tanah dan struktur tanah. Pengamatan tersebut dilakukan pada tanah kedalaman 0-10 cm yang digali menggunakan cangkul. Pengamatan Warna dilakukan dengan menyesuaikan Hue dan Value tanah pada buku Soil Munsell Color Chart. Kemudian untuk pengamatan struktur dilakukan dengan menyesuaikan bentuk struktur tanah dengan gambar yang sebelumnya telah disediakan, kemudian ditentukan kelas strukturnya.

3.4. Peubah yang Diamati

Adapun peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

No Peubah

2 Kadar Air

Gravimetri

3 Bobot Isi

Gravimetri

g/cm³

4 Ruang Pori Total

Soil Munsell Color Chart

7 Struktur

Pengamatan dilapangan

3.5. Cara Kerja Penelitian

3.5.1. Kadar Air

1. Tanah yang diambil dari lapangan dengan ring contoh direndam sampai ¾ bagian dengan air tanah tadi direndam selama 24 jam.

2. Contoh tanah ditimbang dan diletakkan dicawan petri.

3. Contoh tanah dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105º selama 24 jam.

4. Setelah itu ditimbang kembali Bobot cawan petri, Bobot ring contoh, dan Bobot ring dengan tanah.

Rumus : BTBM = BTB - ( BC + BR) BTKM = BTK – ( BC + BR)

−T

% Kadar Air (KA) =

x 100%

Keterangan : BTBM : Berat Tanah Basah Mutlak (gram) BTKM : Berat Tanah Kering Mutlak (gram) BTB

: Berat Tanah Basah (gram) BTK

: Berat Tanah Kering (gram) BC : Berat Cawan (gram)

BR : Berat Ring (gram)

Gambar 3.2. Analisis Kadar Air Tanah di Laboratorium

3.5.2. Bobot Isi dan Ruang Pori Total

1. Ring contoh yang akan digunakan ditimbang dengan neraca analitik (X gram).

2. Contoh tanah utuh diambil dari alapangan dengan menggunakan ring contoh yang sudah ditimbang sebelumnya.

3. Contoh tanah direndam dengan ¾ air dalam baki selama 24 jam, dengan tujuan menjenuhkan contoh tanah tersebut.

4. Kemudian contoh tanah ditimbang + ring contohnya untuk mendapatkan Bobot basah tanah (Y gram).

5. Kemudian bobot tanah dihitung dengan X gram – Y gram.

Kerapatan Isi (BD) =

g/cm³

V eT

Ruang Pori Total = 1-

x 100%

e De

Partikel Density, nilainya diasumsikan 2,65 g/cm³

3.5.3. Permeabilitas Tanah

1. Tanah diambil dari lapangan dengan ring contoh, kemudian direndam ¾ bagian selama 24 jam untuk mengeluarkan udara dari ruang pori tanah.

2. Setelah dilakukan perendaman, contoh tanah dimaskkan kedalam alat permeabilitas.

3. Mengatur stopwatch selama 30 menit dilakukan pengukuran.

4. Air mengalir secara konstan, dan dilakukan pengukuran tinggi permukaan air.

5. Debit air ditampung menggunakan gelas ukur.

6. Setelah itu, dilakukan perhitungan permeabilitas dengan rumus. (Syarief, 1988) sebagai berikut :

K= x 1 x cm/jam

Dimana : Q

: Banyaknya air yang mengalir (ml) t

: Waktu (menit) L

: Tebal Contoh Tanah (cm)

h : Tinggi Permukaan Air (cm)

A : Luas Permukaan Contoh Tanah (cm²) Data yang sudah diperoleh melalui pengukuran dilapangan dan analisis

laboratorium disajikan dalam bentuk deskripsi perbandingan pada kasus kebakaran setiap vegetasi tersebut.

Gambar 3.3. Pengukuran Permeabilitas di Laboratorium

3.5.4. Tekstur Tanah

1. Timbang 50 g tanah kering udara dimasukkan ke cawan plastik ditambah air suling 500 ml.

2. Ditambakan 10 ml calgon kedalam cawan contoh tanah.

3. Kemudian di kocok selama 30 menit.

4. Lalu dipindahkan kedalam tabun silinder dan dibilas dengan sprayer yang berisi aquadest.

5. Setelah itu ditambahkan air sampai volumenya 1130 setelah dimasukkan hydrometer.

6. Lalu dikocok selama 20 kali dengan alat pengocok, lalu masukkan hydrometer kemudian diamkan 40 detik untuk pembacaan pertama. Kemudian diamkan lagi hingga 120 menit untuk pembaca kedua pada hydrometer.

Rumus : % Pasir

= [W - {R1+ (T -20) x 0,4)}] x 2 % Liat

= {R2 + (T -20)} x 2 % Debu

= 100 % - (% Pasir + % Liat) Keterangan :

W = Bobot Tanah R1 dan R2

= Pembacaan pada Hydrometer T

= Suhu

Gambar 3.4. Analisis Tekstur Tanah di Laboratorium

3.5.5. Struktur Tanah

1. Segumpal tanah (contoh tanah) diambil dalam keadaan lembab sebesar 10³.

2. Gumpalan tersebut dipecahkan dengan menggunakan jari.

3. Gumpalan tanah tersebut dipecahkan hingga terdiri dari agregat atau gabungan agregat.

4. Setelah itu, ditentukan bentuk, ukuran, dan konsistensinya.

3.5.6. Warna Tanah

Penentuan warna tanah diperlukan suatu patokan warna sebagai pembanding, dengan menggunakan Munsell Soil Color Chart. Munsell Soil Color Chart yang terdiri dari 9 kartu dengan hue antara kuning ( yellow) dan merah ( red ) berturut- turut mulai dari 5 Y, 2,5 Y, 10 YR, 7,5 YR, 5 YR, 2,5 YR, 7,5 R dan 5 R. Masing-masing kartu disusun dengan interval value mulai dari 1 sampai dengan 8, dan dengan interval chroma mulai dari 2 sampai 8 atau mulai 0 sampai 8 tanpa angka 5. Makin tinggi value makin cerah warnanya, sedangkan makin besar angka chroma makin besar intensitasnya.

Cara menentukan warna tanah adalah dengan membandingkan warna tanah dengan warna pembanding dalam kartu Munsell Soil Color Chart, dengan mendekatkan contoh tanah atau memasukkan contoh tanah ke dalam lubang yang telah tersedia di dekat masing-masing kertas warna pembanding. Penulisan warna ditulis menurut urutan hue, value, chroma, misalnya 10 YR ¾ (coklat).

Gambar 3.5. Kondisi Warna Tanah pada Pengamatan di Lapangan

3.6. Analisis Data

Data yang telah diperoleh melalui pengukuran dilapangan maupun data dari laboratorium, dianalisis menggunakan analisa sidik ragam (uji F) untuk mengetahui pengaruh dari kebakaran terhadap peubah yang diamati. Kemudian, dikarenakan hasil tabel analisis sidik ragam menunjukkan berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjutan beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 1% dan 5%.