Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

1. Kegiatan Pendahuluan

  Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 24 November 2016. Observasi awal dilakukan untuk mengetahui kondisi awal proses pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi tersebut menunjukan bahwa guru hanya menjelaskan materi di depan kelas kemudian menyuruh siswa untuk mencatat dan mengerjakan materi yang terdapat dalam buku paket sehingga ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini terlihat dari tabel 4.1 observasi kesulitan belajar pra tindakan sebagai berikut.

  Tabel 4.1 Observasi Kesulitan Belajar IPS Pada Pra Tindakan

  Frekuensi

  No.

  Aspek Yang di amati

  Pra Tindakan

  1. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang

  2. Lambat dalam melakukan tugas belajar

  3. Menunjukan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak

  acuh, menetang, berpura-pura dan berdusta

  4 Menunjukan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan tugas

  rumah, mengganggu teman baik dalam maupun diluar kelas.

  5 Menunjukan gejala emosional kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, kurang gembira dalam

  menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menhadapi nilai rendah tidak merasa sedih atau menyesal.

  Jumlah Skor

  Persentase ()

  Kriteria Persentase Skor Kriteria Persentase Skor

  Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kesulitan belajar siswa yang berjumlah 28 siswa pada pra tindakan sebesar 59 dengan kriteria cukup rendah. Sebanyak 18 siswa mengalami hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, 19 siswa lambat dalam melakukan tugas- tugas belajar, 14 siswa menunjukan sikap yang kurang wajar, 17 siswa menunjukan sikap yang berkelainan dan 14 siswa menunjukan gejala emosional yang kurang wajar. Data hasil observasi kesulitan belajar secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 8. Berikut disajikan grafik kesulitan belajar ips siswa kelas

  V B pada pra tindakan.

Pra Tindakan

  Aspek I

  Aspek II Aspek III Aspek IV Aspek V

Aspek yang diamati

  Gambar 4.1 Grafik Kesulitan Belajar IPS pada Pra Tindakan

  Pada tanggal 1 November 2016 dilaksanakan tes awal terhadap siswa kelas V B

  SD Negeri 1 Katobengke. Tes awal siswa dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi keragaman suku bangsa dan budaya di

  Indonesia yang sebelumnya telah diajarkan oleh guru kelas V B dengan Indonesia yang sebelumnya telah diajarkan oleh guru kelas V B dengan

  Tabel 4.2 Hasil Belajar IPS Pra Tindakan

  Kategori KKM

  Tengah (xi)

  2 69 Tidak Tuntas

  Tidak Tuntas < 70

  Tidak Tuntas

  Tidak Tuntas

  Tuntas ≥ 70

  Berdasarkan tabel distribusi frekuensi hasil belajar IPS pra tindakan di atas

  maka nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar IPS siswa kelas V B SD

  Negeri 1 Katobengke sebagai berikut.

  x (Nilai rata-rata kelas) = 5 =

  T BK (Tuntas Belajar Klasikal) = × 100

  SN 3

  × 100 = 11

  Berdasarkan rekapitulasi nilai di atas, dapat diketahui dari 28 siswa yang mengikuti tes awal baru 3 siswa yang tuntas dan 25 siswa tidak tuntas dengan persentase ketuntasan hanya 11 dan nilai rata-rata kelas hanya sebesar 56,64 pada kriteria kurang. Data nilai hasil belajar IPS siswa secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 9. Berikut disajikan diagram persentase ketuntasan hasil Berdasarkan rekapitulasi nilai di atas, dapat diketahui dari 28 siswa yang mengikuti tes awal baru 3 siswa yang tuntas dan 25 siswa tidak tuntas dengan persentase ketuntasan hanya 11 dan nilai rata-rata kelas hanya sebesar 56,64 pada kriteria kurang. Data nilai hasil belajar IPS siswa secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 9. Berikut disajikan diagram persentase ketuntasan hasil

Persentase Ketuntasan Belajar Pra Tindakan

  Tuntas

  Tidak Tuntas 89

  Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Pra Tindakan

  Berdasarkan uraian tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas guna mengatasi kesulitan belajar dan meningkatkan hasil belajar melalui penerapan metode bermain peran yang akan berlangsung dalam 2 siklus dengan ketentuan setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan belajar mengajar dan 1 kali pertemuan evaluasi. Nilai tes awal siswa akan dijadikan sebagai acuan untuk

  mengetahui peningkatan ketuntasan belajar IPS siswa kelas V B SD Negeri 1

  Katobengke selama metode bermain peran diterapkan. Setelah mengadakan tes awal peneliti memberikan gambaran tentang metode bermain peran pada siswa kemudian mendemonstrasikan dan mengarahkan siswa untuk melakukan bermain peran. Selanjutnya peneliti membagi siswa dalam 4 kelompok dan memberikan skenario pada kelompok I untuk diperankan pada pertemuan I dalam siklus I. Berikut deskripsi pelaksanaan tindakan Siklus I dan Siklus II.

2. Tindakan Siklus I

a. Perencanaan

  Perencanaan merupakan persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan. Adapun yang akan dipersiapkan yaitu:

  1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode bermain peran pada sub materi ajar keragaman Suku Bangsa di Indonesia

  2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi kesulitan belajar siswa dan performansi guru

  3) Mempersiapkan skenario drama yang akan digunakan siswa

  4) Mempersiapkan soal evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa pada akhir siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan Pertama

  HariTanggal

  : Sabtu, 5 November 2016

  Tempat

  : Kelas V.B SD Negeri 1 Katobengke

  Jumlah Siswa

  : 28 Siswa

  Alokasi Waktu : 3 x 35 menit Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode

  bermain peran terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal dengan durasi waktu 5 menit, guru mempersiapkan siswa, berdoa, absensi, dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

  Pada kegiatan inti yang berdurasi 90 menit, guru menuliskan judul topik di papan tulis dan guru menerangkan secara garis besar tentang keragaman suku bangsa di Indonesia, namun masih banyak siswa yang kurang memperhatikan. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama kelompoknya yang menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh karena sebagian siswa mengatur siswa lainnya dan sebagian siswa tidak mengetahui kelompoknya. Setelah siswa telah bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing, guru menugaskan kelompok I yang telah ditunjuk pada pertemuan sebelumnya untuk bermain peran di depan peserta didik lainnya, siswa bermain peran sesuai arahan guru, siswa tampak bersemangat dan tidak merasa malu bermain peran serta telah menghafal naskah yang diberikan sehingga mereka bermain peran tanpa nasakah. Guru meminta siswa untuk mengamati peserta didik yang sedang bermain peran, namun ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, ada yang sibuk bercengkrama, ada yang asik bermain sendiri di sudut ruangan bahkan ada yang mengganggu temannya bermain peran, kemudian guru mengingatkan bahwa akan ada pertanyaan seputar naskah yang diperankan, sehingga siswa mulai memperhatikan kelompok yang tampil bermain peran. Setelah siswa diarahkan untuk bermain peran dan mengamati, guru menuliskan beberapa soal di papan tulis dan menugaskan siswa untuk menjawabnya secara individu selama 15 menit, namun ada beberapa siswa yang masih terlambat menyelesaikan tugasnya sehingga guru memberikan tambahan waktu selama 5 menit. Tujuannya agar guru dapat mengetahui siswa mana saja yang dapat menyerap pelajaran dengan baik dan siswa mana saja yang sulit menyerap pembelajaran. Hasil pekerjaan siswa ditukar Pada kegiatan inti yang berdurasi 90 menit, guru menuliskan judul topik di papan tulis dan guru menerangkan secara garis besar tentang keragaman suku bangsa di Indonesia, namun masih banyak siswa yang kurang memperhatikan. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama kelompoknya yang menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh karena sebagian siswa mengatur siswa lainnya dan sebagian siswa tidak mengetahui kelompoknya. Setelah siswa telah bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing, guru menugaskan kelompok I yang telah ditunjuk pada pertemuan sebelumnya untuk bermain peran di depan peserta didik lainnya, siswa bermain peran sesuai arahan guru, siswa tampak bersemangat dan tidak merasa malu bermain peran serta telah menghafal naskah yang diberikan sehingga mereka bermain peran tanpa nasakah. Guru meminta siswa untuk mengamati peserta didik yang sedang bermain peran, namun ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, ada yang sibuk bercengkrama, ada yang asik bermain sendiri di sudut ruangan bahkan ada yang mengganggu temannya bermain peran, kemudian guru mengingatkan bahwa akan ada pertanyaan seputar naskah yang diperankan, sehingga siswa mulai memperhatikan kelompok yang tampil bermain peran. Setelah siswa diarahkan untuk bermain peran dan mengamati, guru menuliskan beberapa soal di papan tulis dan menugaskan siswa untuk menjawabnya secara individu selama 15 menit, namun ada beberapa siswa yang masih terlambat menyelesaikan tugasnya sehingga guru memberikan tambahan waktu selama 5 menit. Tujuannya agar guru dapat mengetahui siswa mana saja yang dapat menyerap pelajaran dengan baik dan siswa mana saja yang sulit menyerap pembelajaran. Hasil pekerjaan siswa ditukar

  Pada kegiatan penutup yang berdurasi 10 menit, guru menyimpulkan materi pembelajaran, guru mengevaluasi secara lisan dengan memberi pertanyaan “Apa saja suku-suku yang ada di Papua?”, kemudian guru memberikan skenario pada kelompok II untuk diperankan pada pertemuan selanjutnya dan menentukan tokoh-tokoh yang akan diperankan oleh peserta didik.

2) Pertemuan Kedua

  HariTanggal

  : Selasa, 8 November 2016

  Tempat

  : Kelas V.B SD Negeri 1 Katobengke

  Jumlah Siswa

  : 28 Siswa

  Alokasi Waktu

  : 2 x 35 menit

  Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal dengan durasi waktu 5 menit adalah guru mempersiapkan siswa, berdoa, absensi, dan guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

  Pada kegiatan inti yang berdurasi 55 menit, guru menuliskan judul topik di papan tulis, guru menerangkan secara garis besar tentang sikap menghormati keragaman suku bangsa di Indonesia, namun sebagian siswa kurang memperhatikan. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama kelompoknya yang menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh karena sebagian siswa mengatur siswa lainnya. Guru menugaskan kelompok II yang telah Pada kegiatan inti yang berdurasi 55 menit, guru menuliskan judul topik di papan tulis, guru menerangkan secara garis besar tentang sikap menghormati keragaman suku bangsa di Indonesia, namun sebagian siswa kurang memperhatikan. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama kelompoknya yang menyebabkan suasana kelas menjadi gaduh karena sebagian siswa mengatur siswa lainnya. Guru menugaskan kelompok II yang telah

  II dengan baik, kemudian guru meminta setiap kelompok menyampaikan kesimpulannya di depan kelas. Kelompok III memberikan kesimpulan dengan sangat baik dan kelompok II tidak bisa memberikan kesimpulan.

  Pada kegiatan penutup yang berdurasi 10 menit, guru menyimpulkan materi pembelajaran, guru mengevaluasi secara lisan dengan memberi pertanyaan “Apa makna Bhineka Tunggal Ika?”, tujuannya mengetahui siswa mana saja yang menyerap pembelajaran dengan baik dan siswa mana saja yang sulit menyerap pembelajaran, kemudian guru memberitahukan evaluasi pada pertemuan selanjutnya.

3) Evaluasi

  HariTanggal

  : Sabtu, 12 November 2016

  Tempat

  : Kelas V.B SD Negeri 1 Katobengke

  Jumlah Siswa

  : 28 Siswa

  Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

  Tes Siklus I dilaksanakan selama 30 menit yang dikerjakan secara individu dan bersifat closed book. Soal berupa tes obyektif tipe pilihan ganda sebanyak 20 nomor yang memuat materi yang telah dibahas. Sebelum melaksanakan tes evaluasi, guru mengarahkan siswa untuk mengumpul semua catatan, buku cetak, dan buku latihan yang berkaitan dengan materi IPS di atas meja guru.

  Pada saat mengerjakan tes, guru berkeliling kelas mengamati siswa agar tidak curang dalam mengerjakan soal, namun masih ada beberapa siswa yang berusaha menyontek pekerjaan temannya, berdiskusi, membuka buku, berjalan-jalan dan bahkan membuat gaduh suasana kelas. Guru menegurnya dan memberikan kesempatan untuk tetap mengerjakan tes evaluasi dengan tenang serta menyampaikan jika terulang kembali, maka soal dan lembar jawaban akan diambil secara paksa oleh guru dan mengeluarkan siswa yang berbuat curang. Setelah diadakan tes evaluasi siklus I, diperoleh data hasil belajar siswa yang dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut.

  Tabel 4.3 Hasil Belajar IPS Pada Siklus I

  Kategori KKM

  Tengah (xi)

  Tidak Tuntas

  40 – 49

  0 Tidak Tuntas < 70

  Tidak Tuntas

  Tidak Tuntas

  Tuntas ≤ 70

  80 - 89

  Tuntas

  90 - 99

  Tuntas

  ∑

  Berdasarkan tabel distribusi frekuensi hasil belajar IPS siklus I tersebut maka

  nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar IPS siswa kelas V B SD Negeri 1

  Katobengke sebagai berikut.

  x (Nilai rata-rata kelas) = 7 = = 69,86

  T BK (Tuntas Belajar Klasikal) = × 100

  SN 15

  × 100 = 54

  Berdasarkan rekapitulasi nilai di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 69,86 pada kriteria cukup. Dari 28 siswa yang mengkuti tes evaluasi siklus I baru 15 siswa yang tuntas dengan persentase 54 dan 11 siswa belum tuntas atau belum memenuhi KKM dengan persentase 46. Berikut disajikan grafik hasil nilai hasil tes evaluasi siswa pada siklus I.

  30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99

Nilai Siswa

  Gambar 4.3 Grafik Frekuensi Hasil Belajar Siklus I Gambar 4.3 Grafik Frekuensi Hasil Belajar Siklus I

  Pada tahap ini peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran untuk mengatasi kesulitan belajar IPS pada siswa kelas V.B. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru (peneliti) dan kesulitan belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode bermain peran.

  1) Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti)

  Observasi terhadap guru dilakukan oleh guru kelas mulai dari awal sampai akhir pertemuan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran. Data observasi siklus I selama 2 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut.

  Tabel 4.4 Obervasi Aktivitas Guru Menggunakan Metode Bermain Peran

  Siklus

  No.

  AKTIVITAS YANG DIAMATI

  Kegiatan Awal:

  √

  Mempersiapkan siswa untuk belajar dan berdoa Absensi

  √

  Menyampaikan tujuan pembelajaran

  √

  Mengadakan pre test secara lisan Kegiatan Inti:

  √

  Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan

  2. Guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya Guru menugaskan siswa yang telah ditunjuk pada

  pertemuan sebelumnya untuk bermain peran di depan

  √

  peserta didik lainnya

  Siklus

  No.

  AKTIVITAS YANG DIAMATI

  1 2

  Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang

  √

  mendapatkan kesulitan Guru menugaskan siswa untuk menyimpulkan drama

  √

  yang diperankan Guru menunjuk salah satusemua kelompok untuk

  √

  membacakan kesimpulannya. Guru memberikan rewardpujian kepada kelompok

  yang mendapatkan nilai terbaik

  3. Kegiatan Penutup: Memberikan skenario pada kelompok berikutnya untuk diperankan pada pertemuan selanjutnya dan

  √

  menentukan tokoh-tokoh yang akan diperankan oleh peserta didik

  Guru menyimpulkan materi pembelajaran

  √

  Mengevaluasi secara lisan kegiatan pembelajaran

  √

  Guru mempersiapkan siswa untuk mengakhiri

  √

  pembelajaran

  Jumlah aktivitas

  Kriteria Persentase Skor

  C B

  Rekapitulasi data aktivitas mengajar guru siklus I pada pertemuan I yaitu:

  Rekapitulasi data aktivitas mengajar guru siklus I pada pertemuan II yaitu:

  Persentase () =

  100

  12 = x 100 = 80

  Hasil observasi menunjukan bahwa dalam setiap pertemuan guru membuka pelajaran dengan salam, doa, mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran namun tidak mengadakan pre test karena waktu yang terbatas hanya 5 menit. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi ajar, guru belum optimal dalam mengelolah kelas, guru tidak memberikan siswa kesempatan untuk bertanya, guru mengarahkan siswa untuk bermain peran dengan baik, guru belum optimal mengarahkan siswa untuk menyimpulkan drama, dan guru tidak memberikan rewardpujian pada kelompok yang mendapatkan nilai terbaik. Pada kegiatan penutup, guru melaksanakan sesuai dengan langkah-langkah kegiatan dalam RPP.

  Bila dipresentasikan aktivitas mengajar guru pada siklus I pertemuan ke-I baru mencapai 67 dengan kategori cukup dan pada pertemuan ke-II meningkat menjadi 80 dengan kategori baik dan sudah mencapai target yang diinginkan. Berikut disajikan grafik aktivitas guru menggunakan metode bermain peran pada siklus I.

  Siklus I

  Aktivitas Terlaksana

  Pertemuan I

  Pertemuan II

  Gambar 4.4 Grafik Aktivitas Guru Menggunakan Metode Bermain Peran Pada Siklus I

  2) Observasi Kesulitan Belajar Siswa

  Observasi terhadap siswa dilakukan oleh peneliti dari awal pembelajran hingga akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar IPS siswa dengan menggunakan metode bermain peran. Adapun aspek- aspek yang diamati yaitu usaha yang dilakukan siswa, sikap siswa, tingkah laku dan emosional siswa. Data observasi siklus I selama 2 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut.

  Tabel 4.5 Observasi Kesulitan Belajar IPS Pada Siklus I

  Frekuensi Siklus I

  No.

  Aspek Yang di amati

  1. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha

  yang dilakukan

  2. Lambat dalam melakukan tugas belajar

  3. Menunjukan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menetang, berpura-pura dan

  berdusta

  4 Menunjukan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak

  mengerjakan tugas rumah, mengganggu teman baik dalam maupun diluar kelas.

  5 Menunjukan gejala emosional kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu,

  misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak merasa sedih atau menyesal.

  Jumlah Skor

  Kriteria Persentase Skor

  CR

  Rekapitulasi data kesulitan belajar ips siswa siklus I pada pertemuan I yaitu: Persentase () =

  x 100 = 42,9

  Rekapitulasi data kesulitan belajar ips siswa siklus I pada pertemuan II yaitu:

  x 100 = 51,4

  Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kesulitan belajar siswa yang berjumlah 28 siswa pada pertemuan ke-I siklus I cukup rendah dengan persentase sebesar 42,9. Sebanyak 14 siswa mengalami hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, 13 siswa lambat dalam melakukan tugas belajar, 11 siswa acuh tak acuh dengan tugas yang diberikan, 9 siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan, dan 13 siswa tidak merasa sedihmenyesal ketika mendapat nilai rendah.

  Tingkat kesulitan belajar siswa yang berjumlah 28 siswa pada pertemuan ke-II siklus I mengalami peningkatan menjadi 51,4 dengan kategori cukup rendah. Sebanyak 15 siswa mengalami hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, 16 siswa lambat dalam melakukan tugas belajar, 11 siswa acuh tak acuh dengan tugas yang diberikan, 15 siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan dan 15 siswa tidak merasa sedihmenyesal ketika mendapat nilai rendah. Data hasil observasi kesulitan belajar IPS siswa secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran 18 dan 19. Berikut disajikan grafik kesulitan belajar siswa pada siklus I.

  Siklus I

  Total Skor

  Pertemuan I

  Pertemuan II

  Gambar 4.5 Grafik Kesulitan Belajar IPS pada Siklus I

d. Refleksi

  Setelah tindakan pada siklus I berakhir, peneliti melaksanakan refleksi atau mengkaji kembali terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus I. Refleksi merupakan kegiatan melihat kembali pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.

  Selama pelaksanaan pembelajaran siklus I, peneliti menemui beberapa hambatan. Hambatan dan permasalahan muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain peran antara lain.

  1. Bagi Guru

  a) Penggunaan waktu oleh guru dalam mengabsensi siswa terlalu lama, sehingga guru tidak mengadakan pre test di setiap awal pembelajaran.

  b) Guru belum menguasai langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran, sehingga guru sering melewatkan beberapa kegiatan seperti memberikan siswa kesempatan untuk bertanya b) Guru belum menguasai langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran, sehingga guru sering melewatkan beberapa kegiatan seperti memberikan siswa kesempatan untuk bertanya

  d) Guru belum optimal dalam mengelolah kelas sehingga suasana kelas cenderung gaduh.

  2. Bagi siswa

  a) Penggunaan waktu oleh siswa untuk menyimpulkan naskah drama terlalu lama

  b) Perhatian siswa terhadap masalah yang dikemukakan guru masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hanya sedikit siswa yang menjawab pertanyaan guru dan beberapa siswa yang keluar masuk kelas tanpa izin.

  c) Masih ada beberapa siswa yang curang dalam mengerjakan tes. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I, peneliti membuat perencanaan untuk memperbaiki tindakan yang telah dilaksanakan. Perbaikan-perbaikan tersebut dilakukan pada siklus II yang meliputi:

  1) Guru mengabsen siswa dengan menanyakan siswa yang tidak hadir saja, sehingga guru bisa mengadakan pre test.

  2) Guru menguasai langkah-langkah pembelajaran dan materi ajar sebelum KBM dimulai

  3) Guru memberikan sanksi berupa ancaman menjadi guru jika tidak memperhatikan pembelajaran.

  4) Pengawasan lebih ditingkatkan agar tidak ada siswa yang curang dalam mengerjakan soal test.

  Berdasarkan refleksi siklus I, peneliti melakukan perencanaan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II.

3. Tindakan Siklus II

a. Perencanaan

  Perencanaan merupakan persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan. Adapun yang akan dipersiapkan yaitu:

  1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode bermain peran pada sub materi ajar keragaman Budaya di Indonesia

  2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi kesulitan belajar siswa dan performansi guru

  3) Mempersiapkan skenario drama yang akan digunakan siswa

  4) Mempersiapkan soal evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa pada akhir siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan Pertama

  HariTanggal

  : Selasa, 15 November 2016

  Tempat

  : Kelas V.B SD Negeri 1 Katobengke

  Jumlah Siswa

  : 28 Siswa

  Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan

  Pada kegiatan inti yang berdurasi 55 menit, guru menuliskan judul topik di papan tulis dan guru menerangkan secara garis besar tentang kergaman budaya di Indonesia dengan menggunakan metode ceramah, namun sebagian kecil siswa masih belum memperhatikan. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, namun tak ada satupun siswa yang bertanya. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama kelompoknya yang menyebabkan suasana kelas menjadi sedikit gaduh karena sebagian siswa masih mengatur siswa lainnya. Setelah siswa telah bersama dengan anggota kelompoknya masing- masing, guru menugaskan kelompok III yang telah ditunjuk pada pertemuan sebelumnya untuk bermain peran di depan peserta didik lainnya, siswa bermain peran sesuai arahan guru, siswa tampak bersemangat dan tidak merasa malu bermain peran serta telah menghafal naskah yang diberikan sehingga mereka bermain peran tanpa naskah. Guru meminta siswa untuk mengamati peserta didik yang sedang bermain peran, namun ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, ada yang sibuk bercengkrama, ada yang asik bermain di sudut ruangan bahkan ada yang mengganggu temannya bermain peran. Kemudian guru Pada kegiatan inti yang berdurasi 55 menit, guru menuliskan judul topik di papan tulis dan guru menerangkan secara garis besar tentang kergaman budaya di Indonesia dengan menggunakan metode ceramah, namun sebagian kecil siswa masih belum memperhatikan. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, namun tak ada satupun siswa yang bertanya. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama kelompoknya yang menyebabkan suasana kelas menjadi sedikit gaduh karena sebagian siswa masih mengatur siswa lainnya. Setelah siswa telah bersama dengan anggota kelompoknya masing- masing, guru menugaskan kelompok III yang telah ditunjuk pada pertemuan sebelumnya untuk bermain peran di depan peserta didik lainnya, siswa bermain peran sesuai arahan guru, siswa tampak bersemangat dan tidak merasa malu bermain peran serta telah menghafal naskah yang diberikan sehingga mereka bermain peran tanpa naskah. Guru meminta siswa untuk mengamati peserta didik yang sedang bermain peran, namun ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, ada yang sibuk bercengkrama, ada yang asik bermain di sudut ruangan bahkan ada yang mengganggu temannya bermain peran. Kemudian guru

  Pada kegiatan penutup yang berdurasi 10 menit, guru menyimpulkan materi pembelajaran, guru mengevaluasi secara lisan dengan memberi pertanyaan “Coba sebutkan tarian dan asal daerah yang terdapat dalam naskah!”. Tujuannya untuk mengetahui siswa mana saja yang menyerap pembelajaran dengan baik dan siswa mana saja yang sulit menyerap pembelajaran. Kemudian guru memberikan skenario pada kelompok IV untuk diperankan pada pertemuan selanjutnya dan menentukan tokoh-tokoh yang akan diperankan oleh peserta didik. Guru mengingatkan untuk belajar karena akan ada evaluasi pada pertemuan selanjutnya. Langkah-langkah kegiatan dan waktu yang dialokasikan dalam RPP pada pembelajaran IPS di kelas V.B, pada pelaksanaannya sesuai dengan yang direncanakan.

2) Pertemuan Kedua

  HariTanggal

  : Sabtu, 19 November 2016

  Tempat

  : Kelas V.B SD Negeri 1 Katobengke

  Jumlah Siswa

  : 28 Siswa

  Alokasi Waktu

  : 3 x 35 menit

  Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal dengan durasi waktu 5 menit, guru mempersiapkan siswa, berdoa, absensi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengadakan pre test yang bertujuan untuk mengarahkan perhatian siswa pada pembelajaran dan mengingatkan kembali pembelajaran sebelumnya dengan memberikan pertanyaan “Apa arti dari kebudayaan?”, siswa terlihat antusias menjawab pertanyaan yang diberikan.

  Pada kegiatan inti yang berdurasi 90 menit, guru menuliskan judul topik di papan tulis dan guru menerangkan secara garis besar tentang sikap menghormati kergaman budaya di Indonesia dengan menggunakan metode ceramah, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama kelompoknya. Setelah siswa telah bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing, guru menugaskan kelompok IV yang telah ditunjuk pada pertemuan sebelumnya untuk bermain peran di depan peserta didik lainnya, siswa bermain peran sesuai arahan guru, siswa tampak bersemangat dan tidak merasa malu bermain peran serta telah menghafal naskah yang diberikan sehingga mereka bermain peran tanpa naskah. Guru meminta siswa untuk mengamati peserta didik yang sedang bermain peran. Kemudian guru menugaskan siswa untuk menyimpulkan drama yang baru saja diperankan oleh kelompok IV selama 15 menit. Tujuannya untuk mengetahui siswa mana saja yang mengamati drama kelompok IV dengan baik, kemudian guru meminta setiap kelompok menyampaikan kesimpulannya di depan kelas. Setiap perwakilan kelompok Pada kegiatan inti yang berdurasi 90 menit, guru menuliskan judul topik di papan tulis dan guru menerangkan secara garis besar tentang sikap menghormati kergaman budaya di Indonesia dengan menggunakan metode ceramah, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk duduk bersama kelompoknya. Setelah siswa telah bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing, guru menugaskan kelompok IV yang telah ditunjuk pada pertemuan sebelumnya untuk bermain peran di depan peserta didik lainnya, siswa bermain peran sesuai arahan guru, siswa tampak bersemangat dan tidak merasa malu bermain peran serta telah menghafal naskah yang diberikan sehingga mereka bermain peran tanpa naskah. Guru meminta siswa untuk mengamati peserta didik yang sedang bermain peran. Kemudian guru menugaskan siswa untuk menyimpulkan drama yang baru saja diperankan oleh kelompok IV selama 15 menit. Tujuannya untuk mengetahui siswa mana saja yang mengamati drama kelompok IV dengan baik, kemudian guru meminta setiap kelompok menyampaikan kesimpulannya di depan kelas. Setiap perwakilan kelompok

3) Evaluasi

  HariTanggal

  : Sabtu, 19 November 2016

  Tempat

  : Kelas V.B SD Negeri 1 Katobengke

  Jumlah Siswa

  : 28 Siswa

  Alokasi Waktu

  : 3 x 35 menit

  Tes Siklus II dilaksanakan selama 30 menit yang dikerjakan secara individu dan bersifat closed book. Soal berupa tes obyektif tipe pilihan ganda sebanyak 20 nomor yang memuat materi yang telah dibahas. Sebelum melaksanakan tes evaluasi, guru mengarahkan siswa untuk mengumpul semua catatan, buku cetak, dan buku latihan yang berkaitan dengan materi IPS di atas meja guru. Guru mengingatkan untuk mengerjakan soal dengan jujur karena akan ada sanksi untuk siswa yang berbuat curang yaitu dikeluarkan dari ruangan.

  Pada saat mengerjakan tes, guru berkeliling kelas mengamati siswa agar tidak curang dalam mengerjakan soal. Hasil tes digunakan untuk mengetahui hasil prestasi siswa yang merupakan salah satu aspek dari kesulitan belajar. Setelah diadakan tes evaluasi siklus II, diperoleh data hasil belajar siswa yang cukup memuaskan, hal ini dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut.

  Tabel 4.6 Hasil Belajar IPS Pada Siklus II

  Kategori KKM

  Tengah (xi)

  Tidak Tuntas < 70

  Tidak Tuntas

  Tuntas ≥ 70

  Berdasarkan tabel distribusi frekuensi hasil belajar IPS siklus II di atas maka

  nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar IPS siswa kelas V B SD Negeri 1

  Katobengke sebagai berikut.

  x (Nilai rata-rata kelas) = 5 =

  N

  T BK (Tuntas Belajar Klasikal) = × 100

  SN 21

  × 100

  Berdasarkan rekapitulasi nilai tersebut, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 75,21 pada kriteria baik. Dari 28 siswa yang mengkuti tes evaluasi siklus II, hanya 7 siswa yang tidak tuntas dengan persentase 25 dan

  21 siswa sudah memenuhi nilai KKM dengan persentase 75. Berikut disajikan grafik hasil nilai hasil tes evaluasi siswa pada siklus II.

  Siklus II

Nilai Siswa

  Gambar 4.6 Grafik Frekuensi Hasil Belajar Siklus II

c. Observasi

  Pada tahap ini peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran untuk mengatasi kesulitan belajar IPS pada siswa kelas V.B. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru (peneliti) dan kesulitan belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode bermain peran.

  1) Hasil Observasi Aktivitas Guru (Peneliti)

  Observasi terhadap guru dilakukan oleh guru kelas mulai dari awal sampai akhir pertemuan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode bermain peran. Data observasi siklus II selama 2 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut.

  Tabel 4.7 Obervasi Aktivitas Guru Menggunakan Metode Bermain Peran

  Siklus II

  NO.

  AKTIFITAS YANG DIAMATI

  1. Kegiatan Awal: Mempersiapkan siswa untuk belajar dan berdoa

  Menyampaikan tujuan pembelajaran

  √

  Mengadakan pre test secara lisan

  2. Kegiatan Inti:

  √

  Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan Guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya

  √

  Guru menugaskan siswa yang telah ditunjuk pada pertemuan sebelumnya untuk bermain peran di depan

  √

  peserta didik lainnya Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang

  √

  mendapatkan kesulitan Guru menugaskan siswa untuk menyimpulkan drama

  √

  yang diperankan Guru menunjuk salah satusemua kelompok untuk

  √

  membacakan kesimpulannya.

  Guru memberikan rewardpujian kepada kelompok

  √

  yang mendapatkan nilai terbaik

  3. Kegiatan Penutup: Memberikan skenario pada kelompok berikutnya untuk diperankan pada pertemuan selanjutnya dan

  √

  menentukan tokoh-tokoh yang akan diperankan oleh peserta didik

  Guru menyimpulkan materi pembelajaran

  √

  Mengevaluasi secara lisan kegiatan pembelajaran

  √

  Guru mempersiapkan siswa untuk mengakhiri

  Jumlah aktivitas

  Persentase ()

  Kriteria Persentase Skor

  SB

  Rekapitulasi data aktivitas mengajar guru siklus II pada pertemuan I dan pertemuan II, yaitu:

  Hasil observasi menunjukan bahwa dalam setiap pertemuan guru membuka pelajaran dengan salam, doa, mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengadakan pre test. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi ajar dengan baik, guru memberikan siswa kesempatan untuk bertanya, guru mengarahkan siswa untuk bermain peran dengan baik, guru memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan bermain peran, guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan drama, dan guru memberikan rewardpujian pada kelompok yang mendapatkan nilai terbaik.

  Pada kegiatan penutup, guru memberikan skenario pada kelompok berikutnya untuk diperankan pada pertemuan selanjutnya dan menentukan tokoh-tokoh yang akan diperankan oleh peserta didik, guru menyimpulkan materi, guru mengevaluasi secara lisan, dan guru mempersiapkan siswa untuk mengakhiri pembelajaran.

  Bila dipresentasikan aktivitas mengajar guru pada siklus II pertemuan ke-I dan ke-II mencapai 100 dengan kategori sangat baik dan sudah mencapai target Bila dipresentasikan aktivitas mengajar guru pada siklus II pertemuan ke-I dan ke-II mencapai 100 dengan kategori sangat baik dan sudah mencapai target

  Siklus II

  Aktivitas Terlaksana

  Pertemuan I

  Pertemuan II

  Gambar 4.7 Grafik Aktivitas Guru Menggunakan Metode Bermain Peran Pada Siklus II

  2) Observasi Kesulitan Belajar Siswa

  Observasi terhadap siswa dilakukan oleh peneliti dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar IPS siswa dengan menggunakan metode bermain peran. Adapun aspek-aspek yang diamati yaitu usaha yang dilakukan siswa, sikap siswa, tingkah laku dan emosional siswa. Data observasi siklus II selama 2 kali pertemuan diperoleh hasil observasi sebagai berikut.

  Tabel 4.8 Observasi Kesulitan Belajar IPS Pada Siklus II

  Frekuensi Siklus II

  No.

  Aspek Yang di amati

  Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha

  yang dilakukan

  2. Lambat dalam melakukan tugas belajar

  Menunjukan sikap yang kurang wajar seperti acuh

  tak acuh, menetang, berpura-pura dan berdusta

  Frekuensi Siklus II

  No.

  Aspek Yang di amati

  Menunjukan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak

  mengerjakan tugas rumah, mengganggu teman baik dalam maupun diluar kelas. Menunjukan gejala emosional kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, kurang

  5 gembira dalam menghadapi situasi tertentu,

  misalnya dalam menhadapi nilai rendah tidak merasa sedih atau menyesal.

  Jumlah Skor

  Kriteria Persentase Skor

  R

  Rekapitulasi data kesulitan belajar ips siswa pada siklus II pertemuan I yaitu:

  x 100 = 35,7

  Rekapitulasi data kesulitan belajar ips siswa pada siklus II pertemuan II yaitu:

  x 100 = 29,2

  Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kesulitan belajar siswa yang berjumlah 28 siswa pada pertemuan ke-I siklus II sebesar 35,7 dengan kriteria rendah dan sudah mencapai target yang diinginkan. Sebanyak 14 siswa mengalami hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan,

  6 siswa lambat dalam melakukan tugas belajar, 10 siswa acuh tak acuh dengan tugas yang diberikan, 10 siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan serta menganggu temannya, dan 10 siswa tidak merasa sedihmenyesal ketika mendapat nilai rendah.

  Tingkat kesulitan belajar siswa yang berjumlah 28 siswa pada pertemuan ke-II siklus II mengalami penurunan menjadi 29,2 dengan kriteria rendah. Sebanyak

  5 siswa mengalami hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, 6 siswa lambat dalam melakukan tugas belajar, 10 siswa acuh tak acuh dengan tugas yang diberikan, 10 siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan serta mengganggu temannya dan 10 siswa tidak merasa sedihmenyesal ketika mendapat nilai rendah. Data hasil observasi kesulitan belajar IPS siswa secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran. Berikut disajikan grafik kesulitan belajar siswa pada siklus II.

  Siklus II

  Total Skor

  Pertemuan I

  Pertemuan II

  Gambar 4.8 Grafik Kesulitan Belajar IPS Pada Siklus II

d. Refleksi

  Setelah tindakan pada siklus II berakhir, peneliti melaksanakan refleksi atau mengkaji kembali terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus II. Refleksi merupakan kegiatan melihat kembali pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.

  Selama pelaksanaan pembelajaran siklus II, hasil tes belajar siswa meningkat dibandingkan dengan siklus I dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,21 pada kriteria baik. Persentase jumlah siswa yang memenuhi KKM juga mengalami peningkatan menjadi 75. Selain itu, aktivitas guru mengajar menggunakan metode bermain peran juga mengalami peningkatan menjadi 100 dengan kriteria sangat baik. Sedangkan tingkat kesulitan belajar siswa mengalami penurunan menjadi 29,2 dengan kriteria rendah, maka penelitian ini dihentikan pada tindakan siklus II.

  Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai yaitu 75 siswa mencapai nilai minimal 70 dengan nilai rata-rata kelas minimal 70 dan tingkat Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai yaitu 75 siswa mencapai nilai minimal 70 dengan nilai rata-rata kelas minimal 70 dan tingkat

  Dengan demikian, hipotesis tindakan pada penelitian telah terbukti berhasil mengatasi kesulitan belajar IPS dengan materi pokok keragaman suku bangsa dan

  budaya di Indonesia pada siswa kelas V B di SD Negeri 1 Katobengke melalui

  penerapan metode bermain peran pada siswa kelas V.B di SD Negeri 1 Katobengke.