Pengujian Hipotesis dan Pembahasan.
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan.
Dari hasil olah data menggunakan SmartPLS didapatkan nilai original sampel (O) yang merupakan nilai koefisien jalur dan nilai t-statistik untuk menunjukan signifikansinya pada Tabel 17 dan 18.
Secara ringkas, Gambar 8 dan 9 berikut menggambarkan model estimasi PLS dari 2 model penelitian yang diusulkan :
Gambar 8 Hasil Pengujian Model Struktural (Model 1)
EVALUASI KESUKSESAN SISTEM E-PROCUREMENT KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN D&M IS SUCCESS MODE
Gambar 9 Hasil Pengujian Model Struktural (Model 2)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan pengujian hipotesis penelitian sebagai berikut :
a. H1 : Kualitas Informasi (Information Quality) diduga berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pemakai (User Satisfaction). Pengaruh kualitas informasi/information quality (IQ) terhadap kepuasan pemakai/user satisfaction (US) memiliki nilai koefisien jalur 0,596 (nilai t-statistik = 4,257788) untuk model 1 dan 0,596 (nilai t-statistik = 4,645728) untuk model 2
dan signifikan pada p ≤ 0,05 (t-statistik > t-tabel = 1,66901). Secara empiris H1 terbukti dan dinyatakan diterima.
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem seperti kelengkapan, ketepatan, keandalan, kekinian dan format output, semakin tinggi pula tingkat kepuasan pemakai dalam menggunakan sistem. Begitu pula, jika kualitas informasi yang dihasilkan oleh
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
sistem semakin buruk maka tingkat kepuasan pemakai juga akan menurun yang bisa berdampak pada penurunan intensitas penggunaan sistem. Hasil ini mendukung penelitian oleh DeLone and McLean (1992), Seddon dan Kiew (1996) dan Livari (2005).
Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem e-procurement Kementerian Keuangan yang ada saat ini di antaranya berupa informasi secara lengkap, tepat, andal (reliable), terkini dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektronik; dan adanya informasi pengadaan barang/jasa yang dituangkan dalam format Summary Report oleh sistem e-procurement cukup jelas dan komprehensif, secara empiris telah mampu memberikan kepuasan para pemakai khususnya para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugasnya di bidang pengadaan barang/jasa secara elektronik.
Dari hasil analisis Cross Loading, indikator kualitas informasi sistem e- procurement Kementerian Keuangan berupa ketepatan dan keakuratan (IQ2) memiliki nilai Cross Loading tertinggi (0.903545). Hal ini berarti bahwa ketepatan dan keakuratan informasi yang dihasilkan dari sistem e-procurement Kementerian Keuangan saat ini dirasakan sebagai faktor dominan yang dapat memberikan kepuasan bagi para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugasnya.
b. H2 : Kualitas Sistem (System Quality) diduga berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pemakai (User Satisfaction).
EVALUASI KESUKSESAN SISTEM E-PROCUREMENT KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN D&M IS SUCCESS MODE
Pengaruh kualitas sistem/system quality (SQ) terhadap kepuasan pemakai/user satisfaction (US) memiliki nilai koefisien jalur 0,27 (nilai t-statistik = 1,86432) untuk model 1 dan 0,27 (nilai t-statistik = 2,095596) untuk model 2 dan signifikan pada p ≤ 0,05 (t-statistik >t-tabel = 1,66901). Secara empiris H2 terbukti dan dinyatakan diterima.
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kualitas sistem berupa fleksibilitas, integrasi sistem, kenyamanan akses dan bahasa, semakin tinggi pula tingkat kepuasan pemakai. Begitu pula, jika kualitas sistem semakin buruk maka tingkat kepuasan pemakai juga akan menurun. Hasil ini juga mendukung penelitian oleh DeLone and McLean (1992), Seddon dan Kiew (1996) dan Livari (2005).
Kualitas sistem e-procurement Kementerian Keuangan yang ada saat ini di antaranya berupa fleksibilitas sistem untuk melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan terkait dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa; integrasi beberapa fitur dan menu lain yang terkait baik secara langsung atau tidak dengan pengadaan barang/jasa seperti portal pengadaan nasional, Whistle Blowing System, katalog elektronik dan lainnya yang sangat menunjang pelaksanaan pengadaan barang/jasa; dapat diakses dengan baik dengan gangguan sistem yang minimal sehingga pengguna (user) merasa nyaman (convenience) dalam penggunaannya; dan menggunakan bahasa yang baku dan dapat dipahami dengan baik, juga secara empiris telah mampu memberikan kepuasan para pemakai khususnya para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugasnya di bidang pengadaan barang/jasa secara elektronik.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Sementara dari hasil analisis Cross Loading, indikator kualitas sistem e- procurement Kementerian Keuangan berupa penggunaan bahasa yang baku dan dapat dipahami dengan baik (SQ4) memiliki nilai Cross Loading tertinggi (0.889). Hal ini berarti bahwa penggunaan bahasa yang baku dan dapat dipahami dengan baik pada sistem e-procurement Kementerian Keuangan saat ini dirasakan sebagai faktor dominan yang dapat memberikan kepuasan bagi para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugasnya.
c. H3 : Kualitas Informasi/Information Quality (IQ) diduga berpengaruh positif terhadap Penggunaan Sistem (Use).
Pengaruh kualitas informasi/information quality (IQ) terhadap penggunaan sistem (Use) memiliki nilai koefisien jalur 0,37 (nilai t-statistik = 1,954807) untuk model 1 dan 0,37 (nilai t- statistik = 2,046589) untuk model 2 dan signifikan pada p ≤ 0,05 (T statistik > T tabel 1,96 = 1,66901). Secara empiris H3 terbukti dan dinyatakan diterima.
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem seperti kelengkapan, ketepatan, keandalan, kekinian dan format output, semakin tinggi pula tingkat/intensitas penggunaan sistem. Hasil ini mendukung penelitian oleh DeLone and McLean (1992), tetapi tidak mendukung penelitian oleh Livari (2005).
Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem e-procurement Kementerian Keuangan yang ada saat ini di antaranya berupa informasi secara lengkap, tepat, andal (reliable), terkini dalam rangka pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektronik; dan adanya informasi pengadaan barang/jasa
EVALUASI KESUKSESAN SISTEM E-PROCUREMENT KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN D&M IS SUCCESS MODE
yang dituangkan dalam format Summary Report oleh sistem e-procurement cukup jelas dan komprehensif, selain telah mampu (secara empiris) memberikan kepuasan para pemakai khususnya para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan sebagaimana pembuktian H1, juga terbukti mampu meningkatkan intensitas penggunaan atau pemilih sistem e-procurement Kementerian Keuangan untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik dengan sesuai dengan banyaknya paket yang akan dilelang.
Sementara dari hasil analisis Cross Loading, indikator kualitas informasi dari sistem e-procurement Kementerian Keuangan berupa ketepatan dan keakuratan (IQ2) memiliki nilai Cross Loading tertinggi (0.903545). Hal ini berarti bahwa ketepatan dan keakuratan informasi yang dihasilkan dari sistem e- procurement Kementerian Keuangan saat ini dirasakan sebagai faktor dominan yang dapat menentukan intensitas penggunaan para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugasnya.
d. H4 : Kualitas Sistem/System Quality (SQ) diduga berpengaruh positif terhadap Penggunaan Sistem (Use).
Pengaruh kualitas sistem/system quality (SQ) terhadap Penggunaan sistem (Use) memiliki nilai koefisien jalur 0,38 (nilai t-statistik = 1,942718) untuk model 1 dan0,38 (nilai t-statistik = 2,110634) untuk model 2 dan signifikan pada p
≤ 0,05 (t-statistik >t-tabel = 1,66901). Secara empiris H4 terbukti dan dinyatakan diterima.
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kualitas sistem berupa fleksibilitas, integrasi sistem, kenyamanan akses dan bahasa, semakin
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
tinggi pula tingkat/intensitas penggunaan sistem. Begitu pula, jika kualitas sistem semakin buruk maka tingkat/intensitas penggunaan sistem juga akan menurun. Hasil ini mendukung penelitian oleh DeLone and McLean (1992) dan Livari (2005).
Kualitas sistem e-procurement Kementerian Keuangan yang ada saat ini di antaranya berupa fleksibilitas sistem untuk melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan terkait dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa; integrasi beberapa fitur dan menu lain yang terkait baik secara langsung atau tidak dengan pengadaan barang/jasa seperti portal pengadaan nasional, Whistle Blowing System, katalog elektronik dan lainnya yang sangat menunjang pelaksanaan pengadaan barang/jasa; dapat diakses dengan baik dengan gangguan sistem yang minimal sehingga pengguna (user) merasa nyaman (convenience) dalam penggunaannya; dan menggunakan bahasa yang baku dan dapat dipahami dengan baik, selain telah mampu (secara empiris) meningkatkan intensitas penggunaan atau pemilih sistem e-procurement Kementerian Keuangan untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik.
Sementara dari hasil analisis Cross Loading, indikator kualitas sistem e- procurement Kementerian Keuangan berupa penggunaan bahasa yang baku dan dapat dipahami dengan baik (SQ4) memiliki nilai Cross Loading tertinggi (0.889). Hal ini berarti bahwa penggunaan bahasa yang baku dan dapat dipahami dengan baik pada sistem e-procurement Kementerian Keuangan saat ini dirasakan sebagai faktor dominan yang dapat menentukan intensitas penggunaan oleh para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugasnya.
EVALUASI KESUKSESAN SISTEM E-PROCUREMENT KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN D&M IS SUCCESS MODE
e. H5 : Kepuasan Pemakai/User Satisfaction (US) diduga berpengaruh positif terhadap Penggunaan Sistem (Use).
Pengaruh kepuasan pemakai/user satisfaction (US) terhadap penggunaan sistem (Use) memiliki nilai koefisien jalur 0,37 (nilai t-statistik = 2,751085) untuk model 2 dan signifikan pada p ≤ 0,05 (t-statistik >t-tabel 1,96 = 1,66901). Secara empiris H5 terbukti dan dinyatakan diterima.
Hasil ini membuktikan bahwa tingkat kepuasan yang tinggi memberikan pengaruh positif terhadap tingkat penggunaan sistem oleh para user. Artinya bahwa kepuasan pemakai terhadap sistem e-procurement yang ada saat ini, memberikan dorongan untuk kembali menggunakan sistem tersebut dalam pelaksanaan tugas. Hasil ini sejalan dengan penelitian Rai et al. (2002).
Sementara dari hasil analisis Cross Loading, indikator kepuasan pemakai (user satisfaction) berupa kepuasan terhadap fasilitas atau fitur-fitur yang ada pada sistem e-procurement Kementerian Keuangan (US2) memiliki nilai Cross Loading tertinggi (0.930). Hal ini berarti bahwa kepuasan para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan terhadap fasilitas atau fitur-fitur sistem e- procurement yang terkait baik secara langsung atau tidak dengan pengadaan barang/jasa seperti portal pengadaan nasional, Whistle Blowing System, Katalog Elektronik dan lainnya ini dirasakan sebagai faktor dominan yang dapat menentukan intensitas penggunaan oleh para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugasnya.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
f. H6 : Penggunaan Sistem (Use) diduga berpengaruh positif terhadap Kepuasan Pemakai/User Satisfaction (US).
Penggunaan Sistem (Use) terhadap Kepuasan Pemakai/User Satisfaction (US) memiliki nilai koefisien jalur 0,24(nilai t-statistik = 1,971992) untuk model 1
dan signifikan pada p ≤ 0,05 (t-statistik >t-tabel = 1,66901). Secara empiris H6 terbukti dan dinyatakan diterima.
Hasil ini membuktikan bahwa tingkat penggunaan sistem yang tinggi dapat memberikan kepuasan yang juga tinggi .Artinya, tingkat kepuasan pemakai sejalan dengan tingkat penggunaan sistem. Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Roldan dan Leal (2003), Purwanto (2007), Radityo dan Zulaikha (2007). Menurut mereka penggunaan sistem informasi yang bersifat mandatory, tidak serta merta tepat sebagai pengukur penggunaan nyata. Penggunaan mandatory sistem informasi tidak dapat digunakan untuk mengukur puas tidaknya pemakai sistem. Hal ini terjadi karena kepuasan pemakai merupakan sikap yang muncul dari dalam dan bukan terjadi karena paksaan seperti pada implementasi sistem informasi mandatory. Namun hasil penelitian ini membuktikan bahwa meskipun bersifat mandatory ternyata sistem e- procurement yang telah diimplementasikan saat ini oleh para anggota Pokja dapat memberikan kepuasan terhadap pemakaian sistem.
Dengan pembuktian H5 dan H6, di antara kepuasan pemakai (user satisfaction) dan penggunaan (use) terbukti secara empiris saling mempengaruhi satu sama lain. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Rai (2002), Roldan dan Leal (2003), Purwanto (2007). Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun penggunaan sistem bersifat mandatory di mana pengguna bisa
EVALUASI KESUKSESAN SISTEM E-PROCUREMENT KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN D&M IS SUCCESS MODE
saja menggunakan sistem dengan intensitas yang tinggi dikarenakan tuntutan kewajiban atau tugas, tetapi ternyata hal tersebut tidak menjadikan para pengguna merasa enggan untuk menggunakan kembali karena kepuasan mereka terhadap kualitas sistem dan kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem.
Sementara dari hasil analisis Cross Loading, indikator penggunaan sistem (use) berupa penggunaan sistem dengan intensitas dan frekuensi yang tinggi sesuai dengan banyaknya paket yang akan dilelang menjadi faktor dominan yang dapat menentukan kepuasan para anggota Pokja ULP Kementerian Keuangan terhadap sistem dalam melaksanakan tugasnya.
g. H7 : Penggunaan Sistem (Use) diduga berpengaruh positif terhadap Dampak Individu/Individual Impact (II).
Pengaruh penggunaan sistem (Use) terhadap dampak individu/individual impact (II) memiliki nilai koefisien jalur 0,54 (nilai t-statistik = 4,271175) untuk model 1 dan 0,44 (nilai t-statistik = 3,945891) untuk model 2 dan signifikan pada p ≤ 0,05 (t-statistik >t-tabel 1,96 = 1,66901). Secara empiris H7 terbukti dan dinyatakan diterima.
Hasil ini membuktikan bahwa tingkat pengunaan sistem yang tinggi dapat memberikan pengaruh positif terhadap tingkat/capaian kinerja individu para anggota Pokja berupa penyelesaian tugas pengadaan barang/jasa yang lebih cepat, peningkatan prestasi kerja dan peningkatan produktivitas dengan tingkat kuantitas realisasi pengadaan/lelang yang lebih banyak dibandingkan dengan pengadaan/pelelangan dengan non e-procurement. Rata-rata waktu yang
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
diperlukan untuk pengadaan barang dan jasa dengan non e-procurement adalah
36 (tiga puluh enam) hari sedangkan apabila dengan cara e-procurement hanya berkisar 20 (dua puluh) hari. Hal ini dikarenakan dengan sistem elektronik, proses pengumuman pengadaan, penawaran, seleksi dan pengumuman pemenang dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Hasil ini mendukung penelitian Radityo dan Zulaikha (2007) namun tidak mendukung penelitian McGill et al. (2003), Livari (2005) . Menurut Livari (2005) bahwa penggunaan sistem informasi pada konteks mandatory pada dasarnya tidak tepat untuk dijadikan ukuran dalam hal kesuksesan sistem informasi. Namun penelitian ini justru membuktikan kenyataan sebaliknya bahwa penggunaan mandatory justru memberikan pengaruh terhadap kinerja individu para anggota Pokja.
h. H8 : Kepuasan Pemakai/User Satisfaction (US) diduga berpengaruh positif terhadap Dampak Individu/Individual Impact (II).
Pengaruh kepuasan pemakai/user satisfaction (US) terhadap dampak individu/individual impact (II) memiliki nilai koefisien jalur 0,41 (nilai t-statistik = 3,572919) untuk model 1 dan 0,57 (nilai t-statistik = 6,90632) untuk model 2 dan signifikan pada p ≤ 0,05 (t-statistik >t-tabel = 1,66901). Secara empiris H8 terbukti dan dinyatakan diterima.
Hasil ini membuktikan bahwa kepuasan pemakai memberikan pengaruh postif terhadap kinerja individu. Artinya, semakin tinggi tingkat kepuasan pemakai terhadap sistem maka user akan terdorong untuk lebih giat menggunakan sistem
EVALUASI KESUKSESAN SISTEM E-PROCUREMENT KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN D&M IS SUCCESS MODE
hingga mampu meningkatkan kinerjanya secara individu. Hasil ini sejalan dengan penelitian Delone and McLean (1992).
i. H9 : Dampak Individu/Individual Impact(II) diduga berpengaruh positif terhadap Dampak Organisasi/Organizational Impact(OI).
Pengaruh dampak individu/individual impact (II) terhadap dampak organisasi/organizational impact (OI) memiliki nilai koefisien jalur 0,79 (nilai t- statistik = 16,19221) untuk model 1 dan 0,79 (nilai t-statistik = 18,233777) untuk model 2d an signifikan pada p ≤ 0,05 (t-statistik >t-tabel 1,96 = 1,66901). Secara empiris H9 terbukti dan dinyatakan diterima.
Hasil ini membuktikan bahwa dampak individu memberikan pengaruh positif terhadap dampak organisasi, bahkan dengan nilai koefisien jalur dan t- statistik yang tinggi (jauh di atas t-tabel). Artinya bahwa sistem e-procurement yang telah mampu memberikan dampak yang baik bagi individu berupa kemudahan, produktivitas dan efektifitas dalam kinerja, terbukti mampu memberikan dampak positif kepada organisasi Kementerian Keuangan berupa penghematan dan percepatan penyerapan anggaran, legitimasi atau kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan pengelolaan dana yang telah dikelola oleh pemerintah khususnya dana yang digunakan untuk proses pengadaan barang/jasa dan transparansi pengelolaan keuangan negara di lingkungan Satuan Kerja Kementerian Keuangan secara khusus dan Kementerian/Lembaga secara umum.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Puasat LPSE Kementerian Keuangan, rata - rata penghematan anggaran di lingkungan Kementerian Keuangan yang
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dapat diperoleh dari pendekatan atau model e-procurement dibanding dengan non e-procurement berkisar 23 persen (Per Agustus 2015, LPSE, 2015). Data ini mendukung hasil uji empiris dalam model penelitian ini.
Selain itu, baya pengumuman pengadaan dan pengumuman pemenang lelang juga dapat diminimalisir karena menggunakan pengumuman secara online yang lebih mudah diakses. Apabila pendekatan pengadaan barang dan jasa melalui e-Procurement ini diikuti oleh sebagian besar atau seluruh lembaga pemerintah/negara di seluruh Indonesia, maka penghematan anggaran yang dilakukan masing-masing lembaga pemerintah/negara akan berdampak besar pada penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN). Hasil ini mendukung penelitian Radityo dan Zulaikha (2007).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN