Dampak terhadap Sosial dan Kesehatan
4.4.2. Dampak terhadap Sosial dan Kesehatan
Tabel 4-28
Dampak pemanfaatan eks PLTU Tanjung terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat
Tahap Pasca Operasi
Sumber Dampak
Jenis Dampak Besaran Dampak
Keterangan
Pemanfaatan eks PLTU Tanjung terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat
Pada thap Awal Pasca Operasi, karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan akan mengalami guncangan ( shock) sementara. Pesangon yang diperoleh dari perusahaan ini merupakan modal utama untuk membuka usaha di permukiman sekitar lokasi eks PLTU maupun di tempat lainnya. Eks karyawan dapat pula dipekerjakan pada kegiatan yang memanfaatkan eks PLTU. Dampak lanjutan dari perbaikan fisik, kimia, dan biologi di dalam dan sekitar tapak proyek, memberikan dampak perbaikan terhadap kehidupan sosial dan kesehatan masyarakat. Kehidupan sosial masyarakat di tapak proyek dan sekitar proyek menjadi lebih baik dengan memanfaatkan bangunan-bangunan, fasilitas-fasilitas sosial ekonomi dan lahan-lahan yang ada untuk peningkatan kehidupan sosialnya.
Dampak dikategorikan positif dan penting (+P). Berlangsung dalam jangka panjang (selama tahap pasca operasi). Intensitas dampak yang ditimbulkan tergolong cukup besar dengan peluang terjadinya perbaikan komponen sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat dengan lingkup yang cukup luas. Dampak terhadap perbaikan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat menyebar luas sampai di luar tapak proyek, bahkan dapat mencapai wilayah diluar Kecamatan Murung Pudak. Dengan memanfaatkan segala fasilitas dari proyek maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tapak proyek dan sekitarnya.
Karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan pada awal Tahap Pasca Operasi adalah 144 orang (Tabel 2-6). Jika nilai pesangon rata- rata sebesar Rp. 300.000.000, maka modal yang dapat digunakan adalah Rp. 43,2 M. Hasil wawancara pada responden survey UK- UPL PLTU pada tahap Pra Konstruksi diperoleh data mengenai pendapatan rumah tangga sebagai berikut: Sebagian besar responden di Desa Mabuun merupakan karyawan swasta perusahaan perkebunan dan pertambangan. Untuk Desa Maburai sebagian besar merupakan pekebun karet, kemudian yang lainnya swasta. Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar responden merupakan pekebun karet dan pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang merupakan karyawan pertambangan. Penghasilan utama pada tahap Pra Konstruksi bervariasi antara Rp 300.000,- dan Rp 2.500.000,-. Tertinggi didapatkan di Desa Warukin dan Desa Mabuun, sedangkan penghasilan terendah didapatkan di Desa Warukin.
(dilanjutkan)
Tabel 4-28 (lanjutan)
Sumber Dampak
Jenis Dampak
Besaran Dampak
Keterangan
Kesehatan masyarakat di tapak Dampak positif penting Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp proyek dan wilayah sekitarnya dapat diperbesar dengan 400.000,- dan Rp 3.000.000,-. Penghasilan
menjadi lebih baik dengan tidak mengadakan pendekatan tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan adanya lagi limbah yang dihasilkan sosial dan ekonomi.
usahanya berupa pembibitan karet.
dari PLTU dan Fasilitas lingkungan yang
Dalam rona awal lingkungan penyakit yang
telah ada dapat dimanfaatkan oleh
sering diderita oleh masyarakat adalah flu
masyarakat, seperti pemanfaatan fasilitas
yang juga dapat digolongkan dengan penyakit air bersih. ISPA
PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Dalam Tabel 5-1 diringkaskan evaluasi dampak penting pembangunan PLTU terhadap lingkungan, yang sebelumnya telah diidentifikasikan pada Tabel 4-1. Selanjutnya dalam Tabel 5-2 sampai dengan Tabel 5-28 diuraikan pengelolaan dan pemantauan masing-masing dampak berdasarkan Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, dan Tahap Operasi.
Tabel 5-1
Matrik evaluasi dampak penting kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU
Kegiatan
No
Pra- Pasca Konstruksi Operasi
Operasi
Komp. Lingk
1 GEO-FISIK–KIMIA
1 2 1 2 3 4a 4b 5 1 2 1 • Kualitas udara
• Fisiografi -P -P -P • Tanah
-P
• Hidrologi -P
• Kualitas air -P -P
2 BIOLOGI
+P • Biota darat
-P • Biota akuatik
+P • Ekonomi
+P -P -P • Sosial Budaya
-P • Persepsi masyarakat
+/-P +/-P -P
-P
+/-P -P +/-P
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan survey lapangan pada Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Survey lapangan oleh Proyek PLTU dan Tim Studi UKL-UPL: Penting
menimbulkan keingin-tahuan dan spekulasi dari sebagian anggota masyarakat di sekitar tapak proyek terhadap kepastian lokasi, belum jelasnya besaran tali asih atau kompensasi lahan, adanya persetujuan atau penolakan masyarakat tanpa dasar yang jelas oleh masyarakat. Dampak positif atau negatif.
2) Upaya Pengelolaan • Melaksanakan sosialisasi rencana kegiatan untuk memberikan
Dampak kejelasan kepada masyarakat tentang: (a) tujuan dan manfaat pembangunan dan pengoperasian PLTU, (b) adanya kompensasi, tali asih lahan, tanaman, bangunan yang lahannya digunakan sebagai lokasi PLTU, (c) adanya proses pembebasan lahan yang berpedoman pada norma-norma yang berlaku, dengan mengutamakan asas musyawarah mufakat dan menyelesaikannya sesegera mungkin sesuai dengan mekanisme yang disepakati.
• Melaksanakan komunikasi dan dialog antara MSW dengan masyarakat luas untuk memperoleh umpan balik yang efektif dan menangkap aspirasi logis yang berkembang di masyarakat.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
Pengetahuan, pemahaman, dan penerimaan masyarakat di sekitar tapak proyek mengenai rencana PLTU di sekitar permukimannya.
4) Tolok ukur dampak • Masyarakat mengetahui adanya rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU pada lokasi yang ditetapkan sehingga ketidak pastian dan spekulasi dari masyarakat dapat dicegah
• Kep. Kep Bapedal Nomor 08 tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
5) Lokasi Pengelolaan • Desa Mabu’un, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang
dan Pemantauan
berkepentingan
Lingkungan • Masyarakat dan manajemen perkebunan kelapa sawit dan karet
PT. Cakung Permata Nusa 6) Periode Pengelolaan • Tahap Pra Konstruksi (sebelum kegiatan pengadaan lahan
dan Pemantauan
dilaksanakan)
Lingkungan
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Pengadaan lahan untuk lokasi PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Penting
Masyaraka t: Kepuasan atau ketidak puasan besaran kompensasi atau tali asih terhadap lahan, berkenaan dengan taksiran luas dan nilai tanaman yang tergantung kepada status lahan, tanaman yang ada, pengakuan penggunaan lahan oleh oknum masyarakat, serta ketidak inginan pengguna lahan untuk melepas lahannya. Dampak akan positif apabila masyarakat puas dengan nilai tali asih, sebaliknya negatif apabila masyarakat menolak. Dampak lanjutannya adalah pemenuhan jadwal
proyek PLTU.
2) Upaya Pengelolaan • Melaksanakan pembebasan lahan berpedoman pada peraturan yang Dampak
berlaku, dengan mengutamakan asas musyawarah mufakat dan menyelesaikannya sesegera mungkin sesuai dengan mekanisme yang disepakati.
• Pengawasan dan keterbukaan terhadap proses penilaian lahan,
tanaman, bangunan yang akan dibebaskan
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
• Kesepakatan antara proyek dan masyarakat untuk nilai tali asih atau kompensasi terhadap tanaman, bangunan yang dibebaskan • Proses penyerahan nilai kompensasi dan tali asih kepada
masyarakat yang bersangkutan
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak positif:
• Pembebasan lahan masyarakat untuk MSW berlangsung lancar • Masyarakat pemilik lahan merasa puas terhadap nilai kompensasi
dan tali asih yang diterimanya Terhadap dampak negatif: • Adanya konflik antara pihak yang sebelumnya memanfaatkan lahan
tapak proyek dengan MSW serta kontraktornya dalam penyelesaian pembebasan lahan.
Tolok Ukur: • UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara: Penting
Material yang sebagian didatangkan dari lokasi terdekat dengan tapak proyek seperti pasir dan tanah urug diprakirakan menyebabkan perubahan kualitas udara, terutama debu. Kadar debu yang dihasilkan oleh kegiatan lalu lintas kendaraan beban (sekitar 18 unit truk per jam) akan melampaui baku mutu maksimum yang dipersyaratkan.
Sedangkan kadar gas CO, SO 2 dan NO 2 meskipun meningkat namun
masih dibawah nilai baku mutu. 2) Upaya Pengelolaan • Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam
Dampak
di jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa • Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada
pengangkut • Melakukan penyiraman di ruas jalan desa yang padat
penduduknya pada musim kemarau • MSW dan kontraktor mengadakan koordinasi dengan PT. Cakung Permata Nusa mengenai penggunaan jalan perkebunan kelapa sawit dan karet.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
• Lalu lintas kendaraan angkutan material proyek PLTU yang dioperasikan oleh MSW (frekuensi kendaraan, kecepatan kendaraan) yang melalui jalan desa
• Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya
yang berkenaan dengan kegiatan proyek
Kadar debu, CO, SO 2 dan NO 2
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: • Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes timbulnya
paparan debu akibat lalu lintas kendaraan pengangkutan material dan bahan bangunan
• Adanya kecelakaan lalulintas yang secara langsung atau tidak
langsung melibatkan kegiatan proyek Tolok Ukur: • Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999 • UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak Penting
Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi:: Kegiatan pembersihan lahan pada lokasi rencana pembangunan PLTU dengan luas mencapai ± 86 ha dapat mengubah bentuk morfologi setempat karena pemotongan/penggalian pada daerah yang tinggi, pengurugan daerah yang cekung/rendah dan pemadatan/penstabilan lereng diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap komponen fisiografi. Erosi dan longsornya tanah dapat menyebabkan terjadinya dampak lanjutan berupa peningkatan kekeruhan air di Sungai Mangkusip.
2) Upaya Pengelolaan Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau Dampak
batuan: • Pembukaan tanah yang membentuk lereng dibuat berjenjang,
lebar jenjang minimal 5 m, dan tinggi jenjang tunggal maksimum 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan maksimum 45 º . • Mengatur penempatan material galian dengan lebar jenjang 10 m, tinggi 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan 30 º º untuk penempatan permanen, dan 45 untuk penempatan sementara.
• Alur sungai (“guntung”) semaksimal mungkin dipertahankan
termasuk vegetasi di sepanjang alur.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
Stabilitas lahan yang dimatangkan.
Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek 4)
Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: •
Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah
Perubahan alur sungai dalam tapak proyek Tolok Ukur: •
UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
5) Lokasi Pengelolaan •
Areal tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan Lingkungan
6) Periode Pengelolaan •
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap Tanah
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Pembukaan dan pematangan lahan PLTU terhadap Tanah: Penting
Tumpukan tanah yang tidak dikelola akan menyebabkan terjadinya erosi pada tumpukan tanah ditempat penumpukan. Pembersihan lahan akan menyebabkan hilangnya tanaman penutup tanah yang berfungsi mencegah erosi. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi lahan yang memiliki kelerengan yang bervariasi dari 5- 25%. Erosi akan mengangkut sejumlah massa tanah sehingga akan menurunkan kualitas tanah dan mempengaruhi kualitas air tanah dengan meningkatkan sedimen terlarut. Erosi dan longsornya tanah dapat menyebabkan terjadinya dampak lanjutan berupa peningkatan kekeruhan air di Sungai Mangkusip. Disamping itu, meskipun status kesuburan tanah lapisan atas termasuk dalam kategori rendah namun pengupasan tanah atas akan menyebabkan penurunan tingkat kesuburan yang bisa mencapai 50% dari tingkat kesuburan semula. Lapisan atas tanah akan digantikan oleh lapisan bawah tanah (sub soil) yang memiliki tingkat kesuburan lebih rendah.
2) Upaya Pengelolaan • Tumpukan vegetasi dipisahkan dari tanah lapisan atas. Vegetasi
Dampak dibiarkan membusuk (sebagai humus) tanpa dibakar • Tanah lapisan atas dan humus dikembalikan ke tempat semula terutama pada lahan yang akan dijadikan taman.
Pencegahan erosi dengan membuat terasering. • Alur sungai dan vegetasinya semaksimal mungkin tetap
dipertahankan seperti keadaan aslinya.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
Erosi dan stabilitas lahan yang dimatangkan
Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek. 4)
Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: • Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan
tanah
Perubahan alur sungai dan vegetasinya dalam tapak proyek Tolok Ukur: • UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Penting Pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap Fisiografi: Pembangunan prasarana dan sarana penunjang secara keseluruhan yang direncanakan dibangun di atas lahan urugan dikhawatirkan dapat menyebabkan amblesan. Lahan bekas penggalian/pemotongan yang kondisi tanah penumpu bangunannya dalam kondisi relatif stabil. Bertambahnya beban berat yang ditimbulkan oleh bangunan bertingkat potensial melampaui daya dukung lahan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah dan berlanjut dengan miring atau rusaknya bangunan. Terganggunya stabilitas lahan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh beban berat di atasnya dapat menyebabkan terjadinya longsoran (mass sliding), terutama pada musim hujan yang selanjutnya akan membawa sejumlah massa tanah ke lingkungan perairan dengan akibat lanjutan terjadinya peningkatan kekeruhan pada badan air penerima.
2) Upaya Pengelolaan Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau batuan
Dampak di dalam lokasi proyek yang dapat berlanjut ke sekitar lokasi proyek: • Melaksanakan soil test dengan baik dan merancang pondasi yang
benar untuk semua bangunan dan struktur. • Pembukaan tanah yang membentuk lereng dibuat berjenjang, lebar jenjang minimal 5 m, dan tinggi jenjang tunggal maksimum º 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan maksimum 45 . • Mengatur penempatan material galian dengan lebar jenjang 10 m, tinggi 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan 30 º untuk penempatan permanen, dan 45 º untuk penempatan sementara.
• Pembangunan prasarana dan sarana PLTU semaksimal mungkin diusahakan berada di luar alur sungai (“guntung”). 3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
Stabilitas lahan yang terbebani oleh bangunan dan sarana lainnya
Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek. 4)
Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: • Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan
tanah •
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan PLTU terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi:
Penting Pembangunan bangunan PLTU yang saat beroperasi menimbulkan getaran dan bersama beban bangunan akan menambah beban diatas tanah penumpu bangunan. Pembangunan bangunan penunjang pembangkit khususnya ash disposal area (area buangan debu) akan berdampak terjadinya perubahan relief topografi dengan permukaannya datar. Dampak-dampak dari kegiatan pembangunan pembangkit adalah terlampauinya daya dukung yang menyebabkan amblesan secara lokal dan perubahan topografi.
2) Upaya Pengelolaan Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau batuan
Dampak di dalam lokasi proyek yang dapat berlanjut ke sekitar lokasi proyek: • Merancang dengan benar struktur yang berat dan tinggi,
memperhitungkan daya dukung tanah dan beban lain seperti angin, dan sebagainya.
• Analisis intensif terhadap pembebanan bangunan PLTU terhadap
daya dukung tanah. • Membentuk lereng yang benar dan perlindungan lereng pada
semua tempat. • Konstruksi bangunan PLTU semaksimal mungkin di luar alur
sungai (“guntung”).
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
Stabilitas lahan yang terbebani oleh bangunan dan sarana lainnya
Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek. 4)
Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: •
Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah
Perubahan fisik bangunan Tolok Ukur: •
UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
5) Lokasi Pengelolaan •
Areal tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat: Penting
Berkurang atau hilangnya flora darat (vegetasi) sebagai habitat berbagai jenis fauna darat, yang berlanjut hilangnya kelompok Aves, Mammalia, Reptilia, Amphibia. Flora/vegetasi: • Jumlah jenis pohon permudaan menurun jumlahnya menjadi
sekitar 0 – 2 jenis • Jumlah jenis tumbuhan bawah/non pohon berkurang menjadi sekitar 2 jenis (termasuk jenis tumbuhan bawah yang dilindungi akan hilang yaitu kantong semar (Nepenthes sp). Indeks keragaman (H’) vegetasi pohon alamiah yang berkembang di guntung/ceruk akan berubah nilainya menjadi 0 (rendah)
Fauna: Aves/burung (sebagai indikator): Indeks keragaman (H’) akan berubah menjadi 1,01 (rendah) karena burung yang menempati habitat terbuka dan vegetasi sepanjang alur sungai akan bermigrasi ke tempat lain
2) Upaya Pengelolaan • Perlu dibuat rencana kegiatan penghijauan di areal proyek dengan
Dampak senantiasa mengadopsi jenis-jenis tanaman lokal. • Semaksimal mungkin mempertahankan alur sungai seperti keadaan aslinya, sehingga konservasi terhadap flora alamiah masih dapat terjaga.
• Membuat koleksi jenis tumbuhan yang dilindungi agar kemudian
hari keberadaannya dapat dipertahankan.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
Efektivitas pengelolaan dampak terhadap keberadaan alur sungai sebagai habitat asli yang dikonservasi
• Fauna darat: populasi, keanekaragaman (Aves, Mammalia, Reptilia, Amphibia) yang terdapat di sekitar lokasi proyek dalam radius .6 – 7 km
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: •
Semakin menurunnya populasi fauna darat, teutama Aves di dalam dan sekitar PLTU Tanjung.
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap ekonomi
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak Penting
Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi: Pengerahan tenaga kerja akan menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat. Peluang kesempatan kerja bagi masyarakat lokal relatif terbatas karena yang dibutuhkan tenaga kerja dengan kualifikasi tertentu. Jumlah tenaga kerja lokal yang dapat untuk kegiatan konstruksi diperkirakan kurang dari 40% (156 orang) dari kebutuhan. Sedangkan pada saat operasi jumlah tenaga yang dapat diserap dari masyarakat lokal semakin terbatas berkenaan dengan kualifikasi yang lebih tinggi. Padahal kualifikasi ini tidak banyak tersedia di sekitar proyek. Dengan adanya kesempatan berusaha bagi masyarakat, keberadaan PLTU diprakirakan berdampak cukup besar dalam menumbuhkan jenis usaha baru dan perputaran peredaran mata uang (multiplier effects).
2) Upaya Pengelolaan • Mendorong berkembangnya perekonomian lokal seperti toko, kios,
Dampak warung dengan penyediaan bahan keperluan sehari-hari secara lengkap, mencukupi, dan berkualitas dengan harga bersaing.
Mengadakan pembinaan terhadap eks. karyawan yang di PHK untuk pemanfaatan pesangon sebagai modal usahanya.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
• Masyarakat lokal yang bekerja pada MSW atau kontraktornya dan
tempat permukimannya.
Perubahan perekonomian lokal yang diamati dari peningkatan jumlah usaha ekonomi, fisik bangunan di permukiman sekitar tapak proyek.
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak positif: •
Jumlah tenaga kerja lokal yang terserap oleh MSW dan kontraktornya
Jumlah unit usaha di daerah-daerah yang berdekatan dengan lokasi proyek dan pemukiman tenaga kerja pendatang tumbuh secara signifikan
Adanya perubahan tampilan fisik di permukiman sekitar tapak proyek PLTU Tanjung yang mengindikasikan peningkatan kesejahteraan masyarakat
5) Lokasi Pengelolaan •
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak Penting
Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Budaya: tenaga yang berasal dari luar daerah diprakirakan akan berdampak terhadap kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Dampak yang mungkin timbul berupa berubah atau bergesernya nilai dan norma budaya akibat terpengaruh oleh adat dan norma yang bersumber dari tenaga kerja luar daerah. Meningkatnya interaksi sosial sehubungan dengan adanya pendatang yang bekerja sebagai buruh maupun tenaga ahli juga dapat merubah pola dan struktur pranata sosial yang telah ada. Masuknya pendatang sebagai tenaga kerja pada MSW untuk proyek PLTU secara sosial budaya potensial berdampak negatif penting.
2) Upaya Pengelolaan • Membantu memelihara keharmonisan hubungan antar kelompok Dampak
Membantu melestarikan norma dan nilai budaya yang positif dan kondusif
Memberi keteladanan budaya kerja profesional yang jujur dan bertanggung jawab
Membantu menumbuhkan kesadaran untuk saling menghargai perbedaan latar belakang budaya pekerja pendatang dan budaya lokal
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
Perubahan sosial budaya masyarakat lokal
Penerimaan masyarakat lokal terhadap pendatang dari luar daerah • Interaksi sosial antara masyarakat lokal dan pendatang dari luar
daerah
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: •
Perubahan norma dan nilai/gaya hidup masyarakat setempat
Perubahan pola kekerabatan dan nilai agama 5) Lokasi Pengelolaan •
Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung dan Pemantauan
Lingkungan
6) Periode Pengelolaan • Tahap Konstruksi dan Pemantauan
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat: Penting
Dampak yang ditimbullkan terhadap persepsi dan sikap masyarakat dapat berupa dampak turunan dari penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan atau berupa dampak langsung terkait dengan keselamatan lalu-lintas. Berdasarkan prakiraan dampak, kegiatan mobilisasi ini hanya berdampak penting yang ditimbulkan oleh lalu-lintas kendaraan pengangkut material yang dapat memicu munculnya dampak negatif bagi masyarakat pengguna jalan dan masyarakat yang bermukim di sekitar jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut peralatan berat dan material yang akan berlanjut terhadap aktifitas proyek secara keseluruhan. Dampak dapat berlanjut terhadap keamanan dan
ketertiban, serta komponen sosial lainnya.
2) Upaya Pengelolaan • Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam di
Dampak jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa (untuk menghindarkan kecelakaan lalu lintas dan mengurangi paparan debu).
• Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada
pengangkut. • Penyelesaian kasus lalu lintas yang ditimbulkan oleh kepentingan MSW (atau kontraktornya) sesegera mungkin, secara tuntas sesuai peraturan, proporsional, dan memuaskan bagi kedua belak pihak (masyarakat dan perusahaan).
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
• Lalu lintas kendaraan angkutan material proyek PLTU yang dioperasikan oleh MSW (frekuensi kendaraan, kecepatan kendaraan) yang melalui jalan desa
• Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya
yang berkenaan dengan kegiatan proyek • Sikap masyarakat terhadap debu yang ditimbulkan oleh kegiatan lalu
lintas proyek
Kadar debu, CO, SO 2 dan NO 2
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: • Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes dan tuntutan
terhadap kasus lalu lintas, kerusakan jalan dan infrastruktur lainnya
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Penting Pengadaan material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat: Dampak yang ditimbulkan terkait dengan dampak turunan karena penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan serta terkait dengan dampak langsung terhadap kenyamanan dan keselamatan berlalu-lintas. Keluar masuknya kendaraan pengangkut material ke dan dari lokasi PLTU sebagian akan melintasi daerah permukiman dan jalan umum. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan berlalu-lintas dan memicu munculnya kekhawatiran akan keselamatan lalu-lintas. Tindakan kriminal, terutama dari oknum masyarakat terhadap material yang disimpan dalam lokasi proyek potensial untuk terjadi (misalnya pencurian, penggelapan) sehingga merugikan proyek (keterlambatan dalam penyelesaian konstruksi).
2) Upaya Pengelolaan • Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam Dampak
di jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa
Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada pengangkut.
• Melakukan penyiraman di ruas jalan desa yang dilalui kendaraan proyek di daerah padat penduduk pada musim kemarau. • Meningkatkan keamanan di tapak proyek PLTU dan jalur
transportasi material. • Penyelesaian kasus lalu lintas yang ditimbulkan oleh kepentingan MSW (atau kontraktornya) sesegera mungkin, secara tuntas sesuai peraturan, proporsional, dan memuaskan bagi kedua belak pihak (masyarakat dan perusahaan)
• Penyelesaian kasus kriminal yang ditimbulkan oleh oknum masyarakat atau oknum perusahaan terhadap material MSW sesegera mungkin, secara tegas sesuai hukum.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
• Lalu lintas kendaraan angkutan material PLTU (frekuensi kendaraan, kecepatan kendaraan) yang melalui jalan desa. • Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya
Tabel 5-13 (lanjutan) No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: • Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes terhadap
paparan debu, parameter kualitas udara, dan kebisingan akibat lalu lintas kendaraan pengangkutan material dan bahan bangunan
• Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes dan tuntutan terhadap kasus lalu lintas, kerusakan jalan dan infrastruktur lainnya dalam kegiatan pengadaan peralatan dan material PLTU
Adanya kehilangan material proyek terutama dalam tapak proyek Tolok Ukur: • UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. • Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999
5) Lokasi Pengelolaan • Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung dan Pemantauan
• Masyarakat di sekitar pemukiman yang merupakan jalur jalan Lingkungan
mobilisasi
6) Periode Pengelolaan • Tahap Konstruksi dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Penting
Persepsi Masyarakat : Dampak kegiatan berasal dari munculnya kecemburuan sosial berkaitan dengan peluang dan kesempatan bekerja pada kegiatan proyek. Padahal animo masyarakat lokal sekitar tapak proyek cukup besar untuk dapat bekerja di PLTU. Sementara itu tingkat pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja yang ada tergolong rendah. Berdasarkan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, maka sebagian besar masyarakat di sekitar tapak proyek hanya dapat berperan sebagai pekerja menengah bawah. Jumlah masyarakat yang terkena dampak cukup banyak meliputi warga di sekitar wilayah desa Mabuun dan Desa Maburai. Kedua desa tersebut merupakan daerah yang secara langsung terkena dampak dari kegiatan proyek.
2) Upaya Pengelolaan • Mengadakan penerimaan tenaga kerja lokal dan pengurangan
Dampak tenaga kerja secara bijaksana dengan mempertimbangkan kondisi masyarakat lokal dan perusahaan berdasarkan hasil analisa kualifikasi yang tersedia.
• Keterbukaan pihak PLTU tentang pola rekruitmen dan pengurangan tenaga kerja untuk menciptakan persepsi masyarakat lokal secara positif terhadap kebijaksanaan ketenaga kerjaan yang diambil oleh pihak PLTU dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tabalong.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
• Masyarakat lokal yang terserap dalam proyek pada Tahap
Konstruksi
Adanya keluhan hingga unjuk rasa yang memprotes kebijaksanaan penerimaan tenaga kerja dan pengurangan, termasuk yang dilakukan oleh kontraktor MSW
• Gejolak yang timbul dari tenaga kerja lokal yang diputuskan
hubungan kerjanya oleh MSW
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak positif: • Adanya tanggapan yang baik, pemahaman, dan penerimaan
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Konstruksi No. Pengelolaan dan
Uraian
Pemantauan Dampak 1) Sumber Dampak
Penting Pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat: Perubahan terhadap kualitas udara berupa peningkatan kadar debu, yang terpapar pada masyarakat sekitar maupun terhadap para pekerja proyek. Dalam rona awal lingkungan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat adalah flu yang juga dapat digolongkan dengan penyakit ISPA. Pengotoran udara oleh debu dapat memicu frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau bahkan memperpanjang lama sakit.
2) Upaya Pengelolaan • Mendukung pelaksanaan pembangunan sektor kesehatan melalui Dampak
bantuan fasilitas dan bantuan pelayanan kesehatan bagi karyawan MSW dan kontraktor serta masyarakat sekitar lokasi proyek
• Melaksanakan pengelolaan terhadap kualllitas udara seperti yang
diuraikan pada Tabel 5-4 dan Tabel 5-12.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
• Keluhan karyawan dan masyarakat berkenaan dengan kesehatan yang diduga bersumber dari debu dan kualitas udara sebagai dampak kegiatan proyek.
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: • Pola penyebaran penyakit yang berkaitan dengan peningkatan
kadar debu ambien
Angka kesakitan yang terrekam di Puskesmas, Pustu 5) Lokasi Pengelolaan • Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung (terutama Desa dan Pemantauan
Mabuun dan Desa Maburai).
Lingkungan
6) Periode Pengelolaan • Tahap Konstruksi dan Pemantauan Lingkungan
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU terhadap Kualitas Udara
Tahap Operasi No. Pengelolaan dan
Uraian
pemantauan dampak 1) Sumber Dampak
Penting
Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Udara: Pengoperasian PLTU yang membakar sejumlah batubara akan menghasilkan emisi yang dikeluarkan dari cerobong. Emisi tersebut
diprakirakan; SO x sebagai SO 2 = 41.616.000 μg/detik, NO x sebagai NO 2 = 17.800.000 μg/detik, CO 2 = 3.611.000.000 μg/detik dan fly ash =
4.190.000 μg/detik. Walaupun emisi tersebut dilepaskan pada cerobong dengan ketinggian yang cukup memadai (120 meter), tetapi kemungkinan polutan tersebut untuk menambah polutan di udara ambien masin dimungkinkan oleh tiupan angin. Perubahan kualitas udara pada tahap ini juga dapat disebabkan oleh adanya kegiatan suplai dan pemindahan batubara dan oleh abu dari penampungan debu ( ash dyke). Dari kegiatan ini polutan debu kadarnya dapat mencapai > 1000
μg/m 3 .
2) Upaya Pengelolaan • Stabilisasi dan perawatan permukaan lapangan penumpukan
Dampak
batubara • Berkelanjutan memonitor emisi cerobong dengan CEMS
( Continuos Emmision Monitoring System). • Menyediakan Dust Filter pada crushing plant. • Menjaga agar ash disposal selalu basah untuk mencegah
terbentuknya fly ash ke udara. • Melakukan penyiraman di lokasi/areal stockpile/stockyard untuk mengurangi potensi pencemaran debu, terutama pada musim kemarau dan hari-hari dimana tidak ada hujan
• Melakukan penyiraman pada “crushing plant” dan conveyor menuju “coal feeder” dengan water sprayer untuk mengurangi disversi debu.
• Perawatan mesin PLTU secara teratur dan tepat waktu agar diperoleh kinerja alat yang maksimal dan kinerja sistem pembakaran yang sempurna.
• Pemeliharaan Bag House Filter secara periodik, sesuai dengan
petunjuk penggunaannya.
• Tanggapan dan penyelesaian secara secara cepat mengenai • Tanggapan dan penyelesaian secara secara cepat mengenai
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: • Adanya keluhan masyarakat di sekitar lokasi proyek mengenai
kualitas udara (debu batubara, dan parameter lainnya) yang ditimbulkan oleh pengoperasian PLTU
Tolok Ukur: • Baku Mutu Udara Ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara • Baku mutu emisi untuk sumber tidak bergerak menurut Kep. Men.
LH Kep-13/MENLH/13/1995
5) Lokasi Pengelolaan • Permukiman di sekitar tapak proyek (terutama Desa Maburai dan dan Pemantauan
Desa Mabuun)
Lingkungan • Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung
Permata Nusa
6) Periode Pengelolaan •
Setiap 3 (tiga) bulan
dan Pemantauan
• Kasuistis
Lingkungan
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU terhadap Kebisingan
Tahap Operasi No. Pengelolaan dan
Uraian
pemantauan dampak 1) Sumber Dampak
Penting
Pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan: Beroperasinya PLTU tentu menghasilkan bunyi/kebisingan yang relatif tinggi. Khusus untuk bising di dalam ruang turbin dapat mencapai 80 -
85 dBA dan bising ini merupakan paparan bagi tenaga kerja dan berpotensi juga untuk menyebar ke pemukiman terdekat. Kebisingan juga terjadi saat start up PLTU dan pengoperasian boiler safety valve, dan dapat mencapai lebih 100 dBA. Tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Rona kebisingan yang terukur di rencana lokasi adalah 36,45 dBA (KU-1, Lampiran Teks 3-1) dan demikian analogi untuk pemukiman terdekat dengan rencana lokasi proyek dimana kebisingan tersebut masih di bawah baku mutu maksimum (55 dBA) untuk baku tingkat kebisingan bagi kawasan pemukiman dan 85 dBA bagi kawasan kerja.
2) Upaya Pengelolaan • Penggunaan alat pelindung diri berupa sumbat atau tutup telinga
Dampak bagi pekerja operator ataupun tenaga kerja lainnya yang memasuki ruang power house, serta operator alat berat.
• Memasang peredam suara untuk fan dan safety valve untuk
mengurangi kebisingan. • Pengaturan jadwal atau shift kerja dalam rangka mengurangi jumlah jam paparan kebisingan khusus bagi operator.
Melengkapi ruang kerja operator dengan kipas angin/fan. • Penanaman vegetasi jenis pohon yang tinggi, berdaun lebat, tidak mudah patah sebagai zona penyangga ( buffer zone) di sekeliling lokasi PLTU yang berfungsi untuk minimasi kebisingan
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap: Dampak
• Efektivitas pengelolaan dampak terhadap kebisingan yang sekaligus akan digunakan untuk mengevaluasi kelayakan teknologi yang digunakan
4) Tolok ukur dampak
Terhadap dampak negatif: • Adanya keluhan masyarakat di sekitar lokasi proyek mengenai
kebisingan yang ditimbulkan oleh pengoperasian PLTU Tolok Ukur:
• Kepmenaker nomor 51/1999, tentang NAB Faktor Fisika di Tempat