PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA UPAYA PENGELO

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN PLTU BATU BARA 2 X 30 MW DI TANJUNG – TABALONG

KATA PENGANTAR

Berdasarkan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 27 tahun 1999, dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006, PT Makmur Sejahtera Wisesa tidak wajib melaksanakan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) di Daerah Tanjung - Tabalong, Kalimantan Selatan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka disusunlah dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) Tanjung – Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.

Penyusunan dokumen UKL-UPL ini menyesuaikan kepada format dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

Dengan disusunnya dokumen UKL dan UPL ini, PT Makmur Sejahtera Wisesa menunjukkan kesungguhannya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pengopersian PLTU Tanjung-Tabalong yang berwawasan lingkungan, serta berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan daerah secara berkelanjutan sesuai dengan komitmen dan kebijakan perusahaan di bidang lingkungan hidup.

Halaman Tabel 2-1

Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU ……. 2-2 Tabel 2-2 Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap 2-5

Konstruksi ................................................................................... Tabel 2-3

Jenis-jenis material yang dibutuhkan .......................................... 2-7 Tabel 2-4

Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU ……… 2-8 Tabel 2-5

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi ............. 2-9 Tabel 2-6

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi ................. 2-9 Tabel 3-1

Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya …………..

3-3 Tabel 3-2

Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU …………………... 3-4

Tabel 3-3 Hasil analisis contoh pada berbagai lokasi pengambilan sampel 3-12

Tabel 3-4 Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan 3-16 tanah ………………………………………………………………….

3-17 Tabel 3-5

Pendugaan besarnya erosi tanah …………………………………

Tabel 3-6 Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya 3-18 bahaya erosi …………………………………………………………

Tabel 3-7 Jenis Satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU 3-20 Tabel 3-8

Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Murung Pudak, Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan

3-28 2006 ...........................................................................................

Tabel 4-1 Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU ………………………………………………

4-1

Tabel 4-2 Dampak kegiatan survey lapangan terhadap Sikap dan 4-2 Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ……………..

Tabel 4-11 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja 4-15 terhadap Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi ……………….

Tabel 4-12 Dampak kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material

terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap 4-17 Konstruksi ……………………………………………………………

Tabel 4-13 Dampak kegiatan pengadaan material pembangunan PLTU

terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap 4-18 Konstruksi ……………………………………………………………

Tabel 4-14 Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja

terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap 4-19 Konstruksi ……………………………………………………………

Tabel 4-15 Dampak kegiatan pengadaan mateial bangunan terhadap 4-21 Kesehatan Masyarakat pada Tahap Konstruksi ………………..

Tabel 4-16 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas 4-22 Udara pada Tahap Operasi ……………………………………….

4-23 Tabel 4-17

Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan

Tabel 4-18 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada 4-24 Tahap Operasi ………………………………………………………

Tabel 4-19 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air 4-26 pada Tahap Operasi ………………………………………………..

Tabel 4-20 Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air 4-28 pada Tahap Operasi ………………………………………………..

Tabel 4-21 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat 4-29 pada Tahap Operasi ………………………………………………..

Tabel 4-22 Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik 4-31 pada Tahap Operasi ...................................................................

Tabel 4-23 Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik 4-33 pada Tahap Operasi ………………………………………………..

5-2 pada Tahap Pra Konstruksi ………………………………………..

Tabel 5-3 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi 5-3 masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ………………………….

Tabel 5-4 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas 5-4 Udara pada Tahap Konstruksi …………………………………….

Tabel 5-5 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi 5-5 pada Tahap Konstruksi …………………………………………….

Tabel 5-6 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap 5-6 Tanah pada Tahap Konstruksi ……………………………………

Tabel 5-7 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap 5-7 Fisiografi pada Tahap Konstruksi …………………………………

Tabel 5-8 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi pada 5-8 Tahap Konstruksi ……………………………………………………

Tabel 5-9 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota 5-9 Darat pada Tahap Konstruksi ……………………………………..

Tabel 5-10 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap 5-10 Ekonomi pada Tahap Konstruksi …………………………………

Tabel 5-11 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap 5-11 Sosial Budaya pada Tahap Konstruksi …………………………..

Tabel 5-12 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

Tabel 5-18 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi pada Tahap 5-20 Operasi ………………………………………………………………

Tabel 5-19 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air pada 5-21 Tahap Operasi ……………………………………………………….

Tabel 5-20 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air pada Tahap 5-23 Operasi ………………………………………………………………

Tabel 5-21 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak 5-24 kegiatan PLTU terhadap Biota Darat pada Tahap Operasi ……

Tabel 5-22 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik pada 5-25 Tahap Operasi ……………………………………………………….

Tabel 5-23 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik pada 5-26 Tahap Operasi ...........................................................................

Tabel 5-24 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap 5-27 Ekonomi pada Tahap Operasi …………………………………….

Tabel 5-25 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap 5-28 Sikap dan Persepsi Masyarakat pada Tahap Operasi ………….

Tabel 5-26 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat 5-29 pada Tahap Operasi ………………………………………………..

Tabel 5-27 Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak

kegiatan pemanfaatan eks PLTU Tanjung-Tabalong terhadap 5-30 fisik, kimia, dan biologi pada Tahap Pasca Operasi ..................

LAMPIRAN TEKS

Lampiran Teks 2-1 Peta Situasi Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong dan Lokasi Pengelolaan/Pemantauan Lingkungan

Lampiran Teks 2-2 Lay Out Rencana PLTU 2 x 30 MW Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 2-3 Flow Diagram PLTU PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran Teks 2-4 Schematic Diagram DM Water System

Lampiran Teks 2-5 Water Balance Diagram

Lampiran Teks 2-6 Spesifikasi Batubara Wara

Lampiran Teks 2-7 Schematic Diagram Coal Handling System

Lampiran Teks 2-8 Analisa Kandungan Abu

Lampiran Teks 2-9 Schematic Diagram Ash Handling System

Lampiran Teks 3-1 Data Uji Kualitas Udara, Kebisingan, dan Emisi di Dalam dan Sekitar Llingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung- Tabalong

Lampiran Teks 3-2 Analisis Probabilitas Frekuensi Debit Minimum Sungai

Tabalong (Metode Gumbel Type III)

Lampiran Teks 3-3 Data Hasil Uji Kualitas Air di Dalam dan Sekitar Lingkungan

Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran 1 Surat Izin Persetujuan Prinsip Pembangunan PLTU Tanjung-Tabalong

Lampiran 2 Memorandum of Understanding for Fuel Supply Agreement between PT Makmur Sejahtera Wisesa and PT Adaro Indonesia (Adaro)

Lampiran 3 Dokumentasi (foto) Rencana Lokasi PLTU Tanjung- Tabalong dan Sekitarnya

Lampiran 4 TANGGAPAN PEMRAKARSA dan TIM PELAKSANA UKL- UPL terhadap EVALUASI DOKUMEN UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG tanggal 30 Januari 2007

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan listrik di wilayah Kalimantan Selatan-Tengah-Timur, pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk membangun pembangkit tenaga listrik yang energinya baik untuk memenuhi kepentingan sendiri maupun dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat melalui PLN.

Peluang tersebut di atas dimanfaatkan oleh PT Makmur Sejahtera Wisesa (MSW), perusahaan yang bergerak dalam bidang kelistrikan yang berpusat di Jakarta, yang merencanakan pembangunan dan pengoperasian pembangkit baru berupa Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara 2 x 30 MW (selanjutnya disebut PLTU) yang berlokasi di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Energi listrik yang dihasilkan rencananya akan disalurkan untuk memenuhi kegiatan pertambangan batubara PT ADARO INDONESIA, dan sebagian lagi akan disalurkan ke PT PLN.

Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai

Studi UKL-UPL yang dilakukan merupakan bagian dari proses perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan lingkungan hidup.

1.2. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL

Maksud dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong adalah:

• Merumuskan tindakan pengelolaan dampak yang mungkin timbul dan upaya pemantauannya untuk menilai keberhasilan upaya pengelolaan yang telah dilakukan.

• Memberikan informasi kepada instansi dan masyarakat tentang pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan sebagai akibat kegiatan yang telah dilaksanakan.

• Melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai wujud upaya menunjang konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU Tanjung- Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL PLTU Tanjung-

Penyusunan UKL dan UPL PLTU Tanjung-Tabalong memiliki kegunaan sebagai berikut:

• Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam hal ini PLTU Tanjung-Tabalong untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan yang diselenggarakan.

• Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong serta institusi pengawas yang berwenang.

1.3. Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusun UKL-UPL

1.3.1. Identitas Pemrakarsa

Nama perusahaan

: PT Makmur Sejahtera Wisesa

Alamat : Menara Kadin Indonesia, Lantai 19 Jl HR Rasuna Said Blok X5, Kav 2-3, Jakarta

Jabatan : Kepala Ketua Tim

: Ir. Gt. Chairuddin, MSi.

Anggota Tim

: Junaidi, SKM, MS

(Kualitas Udara, Kebisingan, Kesehatan Masyarakat) Ir. Achmad Rusdiansyah, MT (Hidrologi) : Ir. Gt. Chairuddin, MSi

(Kualitas Air, dan Ekologi Akuatik) : Ir. Kissinger, MS (Ekologi Terrestrial) : Ir. Abdul Harris, MS

(Geologi, Tanah, Tata Ruang) : Ir. Adrias Mashuri, SU

(Ekonomi, Sosial, Budaya, Keamanan dan Ketertiban Masyarakat)

1.4. Peraturan dan Perundang - undangan yang Dipergunakan sebagai Acuan UKL dan UPL

Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan landasan hukum

Lingkungan Hidup

7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah

8. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

10. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Ketenagalistrikan

11. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tersebut

13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

15. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

16. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

22. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-

45/MENLH/10/1997 tentang Standar Indeks Pencemar Udara

23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

25. Keputusan Menteri Kesehatan No. 718/MENKES/PER/XI/1987 tentang Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat Kesehatan

26. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pemusnahan Pelumas Bekas dan Pengawasannya

27. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 31 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan PHK dan Penetapan Pesangon, Uang Jasa dan Ganti

Kerugian di Perusahaan Swasta

28. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Besar dan Penting.

29. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang

1899.K/09/M.PE/1994 tentang Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Tenaga Listrik.

33. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/PER/XII/1987 tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan

34. Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi Nomor 75-12/008/600.2/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Atas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tenaga Listrik

35. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 1992 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah.

36. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 7 Tahun 2000 tentang Pola Dasar Pembangunan Provinsi.

37. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi.

38. Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

39. Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 28 Tahun 1994 tentang Penggolongan, Baku Mutu dan Peruntukan Air di Kalimantan Selatan

40. Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58 Tahun 1995

RENCANA KEGIATAN

2.1. Nama Kegiatan : Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara (PLTU

Batubara) 2 x 30 MW

2.2. Lokasi Kegiatan : Desa Mabu’un, Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong – Kalimantan Selatan Peta Lokasi PLTU dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-1. Titik koordinat lokasi terletak pada:

0 2 0 9’ 08.87” LS 115 26’ 44.54” BT

0 2 0 9’ 17.88” LS 115 26’ 58.08” BT

0 2 0 9’ 55.51” LS 115 26’ 33.24” BT

0 2 0 9’ 46.19” LS 115 26’ 19.98” BT

2.3. Skala Kegiatan

2.3.1. Tipe Pembangkit : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara, 2 X 30 MW

2.3.2. Keadaan lingkungan di sekitar rencana lokasi PLTU yang termasuk ke dalam Desa Mabuun dideskripsikan sebagai berikut:

Sebelah Utara

Kebun campuran, kebun karet Sebelah Timur

: Perkebunan kelapa sawit dan karet PT.

Cakung Permata Nusa

Tabel 2-1

Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU Kegiatan Tahun

2006 2007 2008 2009 Tahap Pra Konstruksi:

1. Survey

Sept – Des.

2. Penguasaan lahan

Jan - Feb

3. Persetujuan dana

Februari

Tahap Konstruksi:

1. Pekerjaan Enjiniring

Maret

2. Pengadaan alat

September

3. Persiapan lapangan dan

Mei

pekerjaan sipil

4. Pemasangan struktur baja

September

5. Pemasangan alat

Januari

6. Hydro Test Boiler Unit 1

Agustus

7. Hydro Test Boiler Unit 2

September

8. Pemasangan Boiler Unit 1

Agustus

9. Pemasangan Boiler Unit 2

Oktober

10. PemasanganTurbine Unit 1

September

11. PemasanganTurbine Unit 2

November

Tahap Operasi:

1. Pengoperasian dan sinkronisasi Desember

Turbin Unit 1

2. Pengoperasian dan sinkronisasi Februari

Turbin Unit 2

3. Pengoperasian komersial Unit 1

Maret

4. Pengoperasian komersial Unit 2

Maret

1. Mobilisasi Peralatan

2. Pembukaan dan Pematangan lahan

3. Pengadaan Material Pembangunan 4a. Pembangunan Prasarana dan Sarana 4b. Konstruksi Bangunan PLTU

5. Pengerahan dan Pengurangan Tenaga Kerja Konstruksi (3) Tahap Operasi :

1. Pengoperasian PLTU

2. Pemeliharaan PLTU (4) Tahap Pasca Operasi :

1. Pemanfaatan eks PLTU

2.4.1. Rencana Kegiatan Tahap Pra Konstruksi

2.4.1.1. Survei Lapangan

Kegiatan survei lapangan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa, meliputi (1) pekerjaan pra survei yakni mengadakan koordinasi dengan institusi terkait, penjajagan, pemilihan, penetapan lokasi PLTU, (2) pekerjaan survei untuk melakukan pengukuran dan penyelidikan antara lain penyelidikan mekanika tanah dan hidrogeologi, dengan pekerjaan sebagai berikut :

• Survei pengukuran diperlukan untuk mempersiapkan data yang akurat dalam menentukan elevasi, batas areal proyek, penempatan patok batas bangunan

Tanjung yang meliputi pekerjaan: pra survei, survei dan pengamatan, sampling, interview dan sosialisasi yang dilaksanakan di dalam tapak proyek dan sekitar tapak proyek.

2.4.1.2. Pengadaan Lahan

Lahan untuk PLTU adalah milik Pemerintah Kabupaten Tabalong. Pada saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk perkebunan. Pemerintah Kabupaten membentuk Tim untuk memberikan tali asih atas tanaman dan bangunan dengan dana dari MSW. MSW akan mendapat SHGU. Pengadaan lahan di areal tapak proyek dan di jalur lintasan pipa air akan dilaksanakan melalui proses pemberian kompensasi dan/atau ganti rugi. Pengadaan lahan melalui proses: pertemuan dengan masyarakat pengguna lahan, inventarisasi dan klarifikasi luasan dan status lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai lahan, tanaman di atas lahan dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan penyerahan ganti rugi atau kompensasi.

Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan lahan Pemerintah Kabupaten Tabalong. Proses ini dimulai dengan kegiatan public hearing antara tim pembebasan lahan dengan seluruh masyarakat yang lahannya akan terkena pembebasan. Penentuan nilai tali asih atas lahan, dan tanaman tumbuh dan bangunan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat serta mentaati peraturan perundangan yang berlaku.

2.4.2.1. Mobilisasi Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU Tanjung - Tabalong umumnya didatangkan dari luar Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan. Peralatan tersebut sebagian besar dikirim dengan transportasi laut (terutama pelabuhan laut utama di Pulau Jawa) menuju pelabuhan Klanis di Kalimantan Selatan. Kemudian dilanjutkan dengan transportasi darat dari Pelabuhan Klanis menuju lokasi proyek yang berjarak sekitar 70 km. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan konstruksi tersebut diperincikan pada Tabel 2-2.

Tabel 2-2

Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Konstruksi

No. Nama Jenis Alat

Jumlah (unit)

1 Crawler crane

2 Mobile crane

3 Dump truck / trailer 50

4 Jack hammer

5 Diesel hammer

6 Vibro hammer

7 Bulldozer

8 Excavator

9 Truck loader

10 Wheel loader

11 Vibro roller

No. Nama Jenis Alat

Jumlah (unit)

25 Concrete pump

26 Bar bending machine

27 Bar cutter machine

28 Stone crusher

29 Water pump

30 Water pass

31 Genset

32 Air compressor

33 Welding machine

34 Theodolite

35 Spirit level

2.4.2.2. Pembukaan dan Pematangan Lahan

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan yang diperlukan antara lain meliputi pekerjaan-pekerjaan berikut :

• Pekerjaan pembersihan (clearing, grubbing dan stripping top soil) meliputi pembersihan lahan dari tumbuh-tumbuhan, batuan permukaan dan pengupasan permukaan tanah lunak, termasuk pembuatan jalan sementara menuju area penempatan material pembersihan itu sendiri. Khusus top soil

akan ditempatkan di pinggiran lokasi yang selanjutnya digunakan untuk keperluan landscaping.

• Pekerjaan pembongkaran dan pemindahan apabila terdapat bangunan, jalan, • Pekerjaan pembongkaran dan pemindahan apabila terdapat bangunan, jalan,

• Pekerjaan pagar, pintu pagar dan pos keamanan lokasi proyek yang diperlukan untuk memberikan batas lokasi proyek yang akan digunakan dan mempermudah pengawasan dan pengamanan lokasi proyek.

2.4.2.3. Pengadaan Material Bangunan

Material bangunan yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTU meliputi batu, pasir, semen, tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, genteng (multiroof), dan sebagainya. Batu dan pasir didatangkan dari daerah terdekat lokasi. Sedangkan tanah urug (apabila diperlukan) dapat didatangkan langsung dari lokasi tambang batubara PT Adaro Indonesia dengan memanfaatkan overburden dari lokasi dumping site. Kecuali bahan material kayu yang juga dapat diperoleh di lokal wilayah Kabupaten Tabalong – Kalimantan Selatan, maka sebagian besar jenis material lainnya yang terbuat dari logam semuanya didatangkan dari luar daerah melalui Pelabuhan Klanis. Perkiraan material bangunan dapat dilihat pada Tabel 2-3.

Tabel 2-3

Jenis-jenis material yang dibutuhkan

No. Jenis Material

No. Jenis Material

11 Baja sheet pile

12 Beton pile

13 Keramik

14 Dinding slab

15 Atap (roof)

2.4.2.4. Pembangunan Prasarana dan Sarana, dan Bangunan Unit Sistem Pembangkit

Bangunan dan fasilitas yang akan dibangun direncanakan memerlukan areal ±16,3 ha dalam lokasi PLTU Tanjung yang luasnya ± 86 ha, diperinci dalam Tabel 2-4.

Tabel 2-4

Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU Tanjung

No. 2 Bangunan

Luas (m )

1. Peralatan Utama Pembangkit 15000

2. Fasilitas Penanganan Batubara 8000

3. Penampungan debu 80000

4. Gedung Pompa dan Gudang Oli 10000

5. Sistem Penyediaan Air 6000

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan khususnya pada saat kegiatan tahap konstruksi diperkirakan 400 orang, dan 20 orang diantaranya tenaga kerja asing. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan berasal dari daerah sekitar proyek yang berdasarkan kriteria keahlian dan keterampilannya diperkirakan dapat mencapai sekitar 230 orang. Sedangkan lainnya sekitar 170 orang tenaga kerja berasal dari luar daerah. Tenaga kerja dari luar daerah dan tenaga kerja asing akan memerlukan perumahan.

Berdasarkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki, tenaga kerja tersebut dapat dikatagorikan sebagai supervisor, tukang, mandor, buruh dan personalia. Sedangkan tingkat pendidikannya dapat bervariasi mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA, Sarjana Muda atau Diploma, dan Sarjana (S1). Perkiraan jumlah tenaga kerja yang diperlukan tersebut disajikan pada Tabel 2-5.

Tabel 2-5

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi

No.

Posisi / Keahlian

Jumlah (orang)

A Pekerjaan Sipil

1 Tenaga Ahli dan Spesialis

2 Tenaga Kerja Terampil

3 Tenaga Kerja Kasar 130

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi

Jumlah

A Operasi PLTU (Orang)

1 Operator PLTU

2 Operator Boiler dan Alat Bantu

3 Operator Bag Filter / ESP, Tata Udara

4 Operator TG dan Sistem Pelumasan

5 Penanganan Debu dan Gas Buang

6 Sistem Suplai Air

7 Sistem Penanganan Batubara

B Pengolah Air dan Lingkungan

1 Ahli Kimia

2 Tenaga Analis

C Pemeliharaan

1 Ahli Mekanik

2 Supersvisor Mekanik

3 Teknisi Mekanik

4 Ahli Listrik

5 Supervisor Listrik

6 Teknisi Listrik

7 Ahli Instrumen dan Sistem Kontrol

8 Supervisor Instrumen dan Kontrol

9 Teknisi Instrumen dan Kontrol

2.4.3.1 Pengoperasian Sistem Pembangkit

Secara umum proses pembangkitan PLTU Tanjung-Tabalong dapat dilihat pada Gambar Flow Diagram Sistem Pembangkit PLTU Tanjung (lihat Lampiran Teks 2-3).

Sistem Boiler

Dengan spesifikasi batubara Wara sebagai bahan bakar, maka untuk PLTU Tanjung didisain dengan menggunakan CFB Boiler (Circulating Fluidized Bed Boiler). Boiler CFB ini berkapasitas 140 ton / jam uap, jenis semi outdoor, sirkulasi alami (natural circulation). Boiler akan dilengkapi dengan Tungku Berpendingin Air (Water Cooled Furnace), Drum pemisah uap dan air (steam water separating drum), pemanas lanjut (super heater), attemperator, economizer, pemanas udara (air heater), soot blowers, sistem pembakaran batubara (coal firing system), draft system, perpipaan, peralatan instrumentasi dan kontrol, penahan panas (insulation), batu tahan api (refractory), tangki penggelontor (blow down tank). Untuk start up dan beban rendah, boiler menggunakan LDO. Suhu udara yang masuk cerobong dipertahankan sekitar

140 o

C tergantung kandungan sulphur bahan bakar.

Sistem Turbin

Kebutuhan air untuk keperluan pembangkit diambil dari Sungai Tabalong. Pengambilan air dilakukan dengan membuat bangunan pengambil air di tepi Sungai Tabalong yang terletak di desa Sulingan Kecamatan Murung Pudak.

Dengan menggunakan pompa yang berkapasitas 175 m 3 /jam air dari Sungai Tabalong disalurkan melalui pipa air dengan diameter 25 cm yang ditanam dalam

tanah sepanjang 7,5 km. Jalur pipa diupayakan di tanam di bahu jalan yang ada. Sebelum digunakan, air tersebut terlebih dahulu harus diproses pada pre-

treatment plant yang dilengkapi dengan clarifier untuk menghilangkan berbagai kotoran seperti kandungan padatan tersuspensi dan silika koloida. Selanjutnya air yang telah bersih dialirkan ke treated water basin yang mempunyai kapasitas penampungan sekitar 8 jam kebutuhan air PLTU.

Demineralized Plant

Untuk penambah air boiler (make-up water), air tersebut harus diproses lagi menggunakan demineralizer plant untuk menghasilkan air demin. Demineralized plant system direncanakan menggunakan cation resin beds, degassifier towers, anion resin beds dan mixed bed exchanger. Sebelum masuk DM plant, air disaring dengan presure filter dan karbon aktif. Kapasitas DM plant

adalah 2 x 25 m 3 /jam. Hasil proses ini disimpan dalam 2 buah tangki penyimpan. Skematik Diagram DM Water System dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-4.

1) Pompa Suplai Air Lokasi

: Sungai Tabalong, desa Sulingan Kec. Murung Pudak Kapasitas pompa : 175 m 3 /jam

Jumlah Pompa

: 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

2) Pompa make-up menara pendingin (Cooling Tower) Jumlah Pompa : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

Kapasitas 3 : 170 m /jam

3) Pompa Suplai DM plant Jumlah Pompa

: 2 Unit ( 1 operasi + 1 cadangan )

Kapasitas 3 : masing-masing 25 m /jam

4) Fasilitas Pengolah Awal (Pretreatment Plant) Tipe

: Tube sttler

Jumlah Pompa

: 2 Unit (1 operasi + 1 cadangan)

Kapasitas 3 : 350 m /jam

Neraca Pemakaian Air PLTU (water balance diagram) dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-5.

2.4.3.2 Sistem Bahan Bakar Batubara Bahan bakar yang digunakan PLTU adalah batubara dari Tambang Wara

dengan nilai kotor 3.800 kcal/kg, Spesifikasi Batubara Wara dapat dilihat pada dengan nilai kotor 3.800 kcal/kg, Spesifikasi Batubara Wara dapat dilihat pada

• Seluruh sistem penanganan batubara tersebut termasuk conveyor dan crusher akan beroperasi untuk 2 shift (± 16 jam) dan shift 3 digunakan untuk pemeliharaan. Jadi sistem penanganan batubara PLTU Tanjung 2 X 30 MW ini didisain dengan kapasitas 100 Ton / jam.

• Butiran batubara dikirim ke coal bunker menggunakan 2 (dua) jalur belt conveyor masing-masing dengan kapasitas 100 ton/jam. Kapasitas coal bunker didisain untuk kebutuhan 12 jam operasi PLTU.

Sistem Penanganan Abu

Untuk mencegah pencemaran debu sisa pembakaran, PLTU Tanjung dilengkapi dengan sistem penangkap abu menggunakan Bag Filter (BF). Sistem Penanganan Abu (Ash Handling System) PLTU ini didisain berdasarkan

kandungan abu batubara Wara sebesar 4 %. Diperkirakan total komposisi abu terdiri dari 80 % fly ash dan 20 % abu yang jatuh didasar boiler (bottom ash), hasil analisa kandungan abu batubara dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-8. Kapasitas sistem penanganan abu sekitar 2 ton / jam atau 48 ton / hari. Sistem

(Ash Handling System)

2.4.3.3 Peralatan Utama PLTU

Spesifikasi unit-unit dalam sistem pembangkitan adalah:

1) Unit Penghasil Uap (Steam Generating Unit) Jumlah Boiler

: 2 Unit

Jenis Boiler : CFB (Circulating Fluidized Bed) Kapasitas (MCR)

: 140 Ton / jam

Tekanan Uap

: 100 bar(a)

Temperatur Uap o : 540 C Bahan Bakar

: Batubara

2) Turbin Uap Jumlah

Daya : 30 MW

Tekanan masuk

: 90 bar(a)

Temperatur kerja o : 535 C Laju aliran uap

: 125 Ton / jam

Tekanan keluar

: 0.1 bar(a)

3) Pompa Umpan Boiler (Boiler Feed Pump) Jumlah Pompa

: 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )

Jumlah

: 2 X 100% Kapasitas 3 : 2 x 25.0 m /jam

6) Kondensor

Jumlah : 2 Unit

Tipe

: Shell &Tube

Kapasitas aliran uap

: 83 Ton / jam (masing-masing)

Tekanan kerja

: 0.1bar(a) @ 30°C Amb. Temp.

7) Menara Pendingin (Cooling Tower) Jumlah

: 2 Unit, jenis Induced Draft

Jumlah Cell : 3 Unit (2 operasi + 1 cadangan) Kapasitas 3 : 60 m /jam (masing-masing)

Range Pendinginan o :9 C

Approach o : 5 C

Bahan Konstruksi

: RCC diisi dengan PVC

Kolam : RCC

2.4.3.4 Sistem Kelistrikan

Generator dikopel dengan turbin untuk dapat menghasilkan tenaga listrik. Dengan menggunakan trafo penaik tegangan 11 KV / 20 KV yang berkapasitas 37,5 MVA kemudian melalui jaringan 20 KV, listrik yang dihasilkan PLTU disalurkan ke beban ADARO. Generator PLTU berkapasitas 30 MW dan

Coal consumption

: 1200 TPD

2.4.4. Rencana Kegiatan Tahap Pasca Operasi

Masa berlangsungnya operasional PLTU sangat tergantung kepada sumber batubara. Dalam Tahap Pasca Operasi, sumber dampak utama (pemanfaatan eks PLTU) dan pengelolaan-pemantauannya diuraikan lebih lanjut dalam UKL-UPL ini.

2.5. Sumber-Sumber Polutan dan Penanganannya

Dalam rangkaian sistem operasi pembangkitan tenaga listrik, disamping menghasilkan energi listrik, juga dihasilkan bahan buangan (limbah) baik padat, cair, gas maupun panas.

Sumber-sumber polutan pada PLTU Batubara adalah :

1. Cerobong akan mengeluarkan zat partikulat, gas (CO, SOx, NOx) dan panas. Polutan – polutan ini dapat menyebabkan korosi pada material, iritasi saluran pernafasan dan berbagai macam efek pada tumbuh- tumbuhan.

Untuk membatasi polusi sisa pembakaran yang keluar dari PLTU, maka cerobong dibuat yang tinggi agar polutan tersebar sehingga konsentrasi Untuk membatasi polusi sisa pembakaran yang keluar dari PLTU, maka cerobong dibuat yang tinggi agar polutan tersebar sehingga konsentrasi

sempurna, sehingga tidak menghasilkan polutan Karbon Monoksida. Sedangkan polusi Nox dapat dibatasi teknik abatement yang baik. PLTU

diperkirakan mengeluarkan emisi NO 3 x maksimal 150 mg / Nm rata-rata dalam 24 Jam.

Polusi panas buangan yang dihasilkan PLTU lewat cerobong kira-kira sekitar 8 % - 10 % dari panas input didalam boiler. Dengan penggunaan cerobong setinggi 120 m maka polusi panas yang turun ke permukaan tidak banyak berpengaruh pada suhu permukaan.

2. Blowdown menara pendingin (CT) Konsep disain PLTU adalah memaksimalkan daur ulang air yang dipakai

dan meminimalkan air buangan. Blow down menara pendingin akan mengeluarkan air panas, air dengan kadar garam tinggi dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan air sirkulasi. Seperti ditunjukkan pada Neraca Pemakaian Air (Water Balance Diagram), air keluaran dari blow down menara pendingin dialirkan ke kolam pengumpul. Dari kolam pengumpul sebagian digunakan untuk keperluan pada coal handling system dan ash handling system. Sisanya akan dibuang dalam saluran air yang ada setelah dipastikan bahwa kenaikan suhu buangan adalah dan meminimalkan air buangan. Blow down menara pendingin akan mengeluarkan air panas, air dengan kadar garam tinggi dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan air sirkulasi. Seperti ditunjukkan pada Neraca Pemakaian Air (Water Balance Diagram), air keluaran dari blow down menara pendingin dialirkan ke kolam pengumpul. Dari kolam pengumpul sebagian digunakan untuk keperluan pada coal handling system dan ash handling system. Sisanya akan dibuang dalam saluran air yang ada setelah dipastikan bahwa kenaikan suhu buangan adalah

• Pada Titik Perpindahan (Transfer Point) dilakukan dengan memasang Sistem Dust Extraction yang dilengkapi penyaring (fabric filter) dengan efisiensi 99 %.

• Pada Bangker Batubara (Coal Bunker) dilakukan dengan Sistem DE seperti diatas.

• Untuk Conveyor dilakukan dengan memasang Gallary Conveyor yang tertutup dan Telescopic Chute Work.

3. Abu sisa pembakaran di boiler. PLTU Tanjung dalam operasinya dilengkapi dengan sistem penanganan

abu, baik untuk abu terbang maupun abu dasar (bottom ash). Abu yang terkumpul pada penampung abu dasar (bottom ash hopper) maupun

penampung abu terbang (ash silo) kemudian dibasahi dan diangkut dengan truk untuk ditimbun pada areal penimbunan abu (ash disposal area). Areal penimbunan abu untuk PLTU Tanjung ini disediakan seluas 8 Ha. Untuk mencegah rembesan ke tanah, areal ini dilapisi dengan HDPE/ HLPE.

4. Hasil keluaran dari Ion Exchangers pada DM Plant.

Limbah padat yang dihasilkan dari pengoperasian PLTU Batubara adalah berupa:

• Debu batubara, yang dihasilkan selama penampungan dan pemindahan batubara.

• Abu terbang (fly ash), yang merupakan sisa pembakaran batubara yang terbawa bersama-sama gas buang

• Abu dasar (bottom ash), yang merupakan abu sisa pembakaran batubara yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran.

• Endapan lumpur (sludge), yang terkumpul di dasar kolam pengendapan air larian permukaan lapangan penumpukan batubara dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya.

Abu dasar dan debu batubara akan ditimbun di tempat penimbunan khusus yang dilengkapi dengan lapisan kedap air (HDPE / LDPE) dan penampungan air lindi.

Untuk memenuhi ketentuan batasan emisi partikel abu yang keluar dari chimney, yaitu maksium 50 mg/m 3 (Standar Bank Dunia), maka dipasang alat

penangkap abu (bag filter) dengan effisiensi minimum 99%.

2.5.2. Penanganan Polutan Limbah Cair 2.5.2. Penanganan Polutan Limbah Cair

(oil water separator), ditampung dalam drum, dan selanjutnya dijual ke padagang pengumpul oli bekas. Air limbah domestik dari kamar mandi dan dapur akan dibuang ke sistem sumur resapan. Limbah dari WC dibuang ke septic tank.

Air yang telah memenuhi syarat baku mutu akan digunakan kembali di dalam sistem resirkulasi atau pasokan tambahan, atau kemungkinan juga dilepas ke badan air.

2.5.3. Penanganan Polutan Buangan Gas Gas yang dihasilkan dalam proses pembakaran batubara yang akan

dilepaskan ke udara terdiri dari SO 2 , NO x , CO dan CO 2 . Dengan kandungan sulphur untuk batubara Wara sekitar 0,2 % – 0,4 %, maka PLTU ini tidak memerlukan alat Desulphurisasi karena emisi yang dihasilkan jauh lebih kecil

dari 750 mg/NM 3 (Standar Indonesia).

BAB III RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1. Komponen Fisik Kimia

3.1.1 Iklim

Wilayah sekitar rencana lokasi PLTU Tanjung-Tabalong (selanjutnya diringkas PLTU) termasuk dalam iklim munson tropis. Angin dari Barat Daya membuat curah hujan cukup tinggi, pada periode November - April. Sebaliknya, karena adanya pengaruh angin dari Tenggara pada periode Mei - Oktober, curah hujan menjadi lebih sedikit. Angin munson dari arah Barat menyebabkan musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam bulan Mei – Oktober.

Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi Muara Uya sebagai stasiun terdekat dengan rencana lokasi proyek yang tercatat selama 10 tahun antara 1990 - 2000, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 29,23 - 31,17 O

C (Sumber Data : Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Suhu maksimum terjadi pada bulan Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan Desember sampai Januari.

Pengumpulan data curah hujan diperoleh dari stasiun penangkar curah hujan terdekat milik PT Adaro Indonesia, diperoleh data selama tahun 1997 – 2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 68,38 – 264,25 Pengumpulan data curah hujan diperoleh dari stasiun penangkar curah hujan terdekat milik PT Adaro Indonesia, diperoleh data selama tahun 1997 – 2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 68,38 – 264,25

Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1, menunjukkan arah angin Timur Laut – Barat Daya dan kecepatan 2 – 5 m/s, kelembaban 45 – 65%

dan suhu 30 – 32 0 C.

3.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan

Rona lingkungan kualitas udara dan kebisingan, sebagai kondisi awal sebelum adanya proyek PLTU di amati pada tiga titik ukur, yaitu (1) dalam kawasan rencana Lokasi PLTU, (2) persimpangan Jalan Akses dengan jalan Raya, dan (3) dalam kawasan pemukiman penduduk Desa Warukin (permukiman Suku Dayak Manyaan).

Kondisi kualitas udara yang dinyatakan dalam parameter debu menunjukkan bahwa pada titik KU-3 (= pemukiman penduduk Desa Warukin) sudah berada di atas baku mutu maksimum yang dipersyaratkan oleh PP Nomor

41 Tahun 1999, sedangkan di dua titik lainnya masih berada di bawah baku mutu. Kadar debu yang terukur di Desa Warukin ini bersumber dari arus lalu lintas jalan desa yang dalam kondisi kering, sehingga saat dilintasi oleh kendaraan sangat mudah mendisversikan debu ke udara ambien. Titik ukur kualitas udara pada Desa Warukin ini tepat berada di tepi jalan desa sehingga kadar debu yang terukur juga relatif tinggi. Selengkapnya hasil pengukuran

Tabel 3-1

Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya

No Parameter

Satuan

KU.1 KU.2 KU.3 Baku mutu

1 Kondisi Pengukuran Cuaca

- cerah cerah Cerah - Arah angin

BD BD - Kecepatan angin

O C 30 32 32 - udara Kelembaban

% 65 46 45 - udara

2 Debu 3 μg/m 39,31 64,27 274,34 230

3 Kebisingan dBA 36,45 50,12 50,04 55 / 70

Keterangan : (lihat Lampiran Teks 2-1) • KU.1 : Rencana Lokasi PLTU

• KU.2 : Jalan Akses PLTU • KU.3 : Desa Warukin

ƒ Baku Mutu Kualitas Udara menurut PP. Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara ƒ Baku Mutu Kebisingan menurut Kepmen LH Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan Sumber : Lampiran Teks 3-1

Sebagai perbandingan, data Tabel 3-2 ditunjukkan hasil pengukuran tahun 2003 pada lokasi berdekatan dengan rencana lokasi PLTU, antara 2 – 6 km (Sumber Data: Studi Amdal PLTU Mulut Tambang (2 x 50 MW) Tanjung- Tabalong).

Tabel 3-2

Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU

No Titik 3 Pengukuran Kadar (µg/m ) Debu SO 2 NO 2 CO

1 4 km dari rencana lokasi PLTU

2 Desa Tepian 261,44 0,5106 2,5107 2.232,68

3 Simpang tiga masuk ke Tepian

4 Desa Maburai

5 Pemukiman Transmigrasi

9.930,50 Baku mutu*) 230 900 400 30.000 *) Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian

6 Desa Blimbing / water intake

Pencemaran Udara

Hasil pengukuran debu dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 – 274,38 (µg/m 3 ) lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 – 526,32 µg/m 3 ). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora tumbuhan yang terbang ditiup angin.

Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi PLTU pada 3 (tiga) titik pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah 36,45 – 50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi PLTU pada 3 (tiga) titik pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah 36,45 – 50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik

Morfogenesis topografi bergelombang tersebut masih berkait dengan proses erosi selektif sesudah blok faulting pengangkatan pegununungan Meratus akhir miosen. Dibagian barat dari satuan topografi bergelombang berkembang satuan geomorfik dataran berupa dataran yang disusun oleh material endapan alluvial.

Perkembangan relief morfologi satuan topografi bergelombang tersebut dicirikan dengan kemiringan lereng 5-15% miring ke arah selatan dengan beda tinggi 5-20m. Sungai yang berkembang adalah Sungai Tabalong dengan anak-anak sungainya antara lain: S. Mangkusip, S. Jaing. S. Tabalong merupakan sungai utama yang pola alirannya membentuk pola sub dendritik dengan lembah sungai berbentuk U berstadium tua.

Lokasi rencana tapak proyek PLTU beserta saluran air penunjangnya yang menghubungkan PLTU hingga sungai Tabalong menempati daerah yang mempunyai kelerengan umum 5-15%, ketinggian tempat terdapat pada level ketinggian 24 mdpal – 56 mdpal. Sungai dari rencana lokasi PLTU mengalir ke sungai Mangkusip yang merupakan anak sungai Tabalong. Pola aliran yang berkembang pada sungai Mangkusip adalah sub dendritik dengan ciri lembah sungai berbentuk U melebar kesamping serta bermeander. Kondisi sungai tersebut dapat dikelompokkan dalam stadium sungai tua.

3.1.4 Geologi 3.1.4 Geologi

Perkembangan struktur geologi dipengaruhi oleh perkembangan proses kegiatan tektonik regional yang terjadi mulai Pra Tersier – Miosen Tengah. Perkembangan struktur geologi pada batuan sedimenter tersier penyusun daerah studi dan sekitarnya dipengaruhi tektonik Akhir Miosen.Pada Akhir Miosen terjadinya pengangkatan pegunungan Meratus sehingga membentuk struktur- struktur geologi antara lain: lipatan (antiklin dan sinklin), patahan (patahan naik, patahan mendatar dan patahan normal) serta retakan/kekar. Didaerah studi struktur geologi yang berkembang adalah struktur lipatan monoklin yang perlapisan batuannya miring kearah tenggara.

3.1.5 Hidrologi Daerah studi UKL-UPL PLTU berada di dalam kawasan DAS Tabalong,

sebelah Timur alur sungai Tabalong. Kondisi topografi lahan semakin tinggi konturnya kearah Tenggara – Timur Laut dan dibatasi oleh cabang anak sungai Tabalong yaitu sungai Jaing, tetapi semakin ke Barat – Barat Laut kontur mulai

• Sungai Jaing, sungai ini terletak sebelah Timur daerah studi, merupakan salah satu anak sungai Tabalong. Pengukuran sesaat profil penampang basah dan pengukuran kecepatan, dimana lebar rata-rata b = 8,50 m dengan kedalaman rata-rata Yr = 0,85 m. Pengukuran kecepatan dengan Current Meter dibeberapa titik mendapatkan kecepatan rata-rata Vr = 0,34 m/dt, sehingga debit rata-rata Qr = 2,45 M /dt ( perhitungan pada Lampiran Teks 3

3-2) • Sungai Tabalong (sungai utama), sungai yang merupakan terkonsentrasinya

air permukaan ( run off) dan aliran bawah permukaan (base flow) pada DAS Tabalong. Keberadaan air sungai ini akan menjadikan keberlanjutan beroperasinya pembangunan PLTU. Pengukuran sesaat penampang basah sungai (lokasi rencana intake PLTU, Jembatan S. Tabalong) pada kisaran

posisi '' 02 . 10 . 08 dan 115 . 22 . 58 BT . Lebar atas Tampang Basah b = 38 m dengan kedalaman bervariasi, pada titik tengah Y = 2,50 m, dan tepi

'' LS

0 ''

kiri/kanan masing-masing Y = 3,10 m dan Y = 2,30 m. Pengukuran sesaat kecepatan ( dengan alat current meter ) mendapatkan Vr = 0,33 m/dt, sehingga debit rata-rata Qr = 33,28 m3/dt ( perhitungan pada Lampiran Teks 3-2).

Besaran debit ini merupakan salah satu besaran kapasitas tampung sungan Tabalong, yang tentunya kapasitas ini dapat berubah berfluktuasi terutama pada musim penghujan ataupun musim kemarau (data debit sungai Tabalong )

dan diharapkan keberadaan debit dapat mensuplay kebutuhan PLTU (350 m 3 /jam) dan diharapkan keberadaan debit dapat mensuplay kebutuhan PLTU (350 m 3 /jam)

b. Sungai Tepian Hilir, sungai ini bagian hilirnya dari sungai Tepian hulu, dimana keberadaan air permukaan berakumulasi dengan limpasan air lainnya.

Pengukuran sesaat Sungai Tepian Hilir pada titik jembatan Kampung Tepian dimana lebar b= 6,5 m, kedalaman rata-rata y = 1 m, pengukuran kecepatan dengan alat current meter didapat V = 0,06 m/dt dan mendapatkan debit Q =

0,4 m 3 /dt. Sungai tepian ini mengalirkan air kehilirnya mencapai sungai Mangkusip

sebagai sungai orde 2. • Analisa data sedimen dari laboratorium dimana gradasi butiran

mendapatkan d 50 = 0,1 mm dan d 90 = 0,02 mm , yang selanjutnya data

ini akan di analisa untuk prakiraan erosi dan sedimentasi di wilayah studi terutama kawasan sungai tepian.

c. Sungai Mangkusip, sungai ini merupakan orde sungai ke dua yang mendapat aliran dari hulunya yaitu sungai Tepian. Pengukuran sesaat profil lintang sungai dengan lebar penampang basah b = 5 m, kedalaman rata-rata y = 0,36 m. Hasil pengukuran kecepatan dengan current meter mendapatkan

Pengukuran sesaat geometris tampang sungai ( titik daerah intake rencana PLTU desa Belimbing Raya ), dimana lebar atas tampang basah b = 75 m dengan kedalaman bervariasi, pada titik tengah sungai kedalaman y = 3,5 m, pada bagian tepi kiri dan kanan masing-masing 1,8 m . Pengukuran kecepatan dengan current meter mendapatkan kecepatan rata-rata V = 0,39

m/dt, sehingga debit rata-rata Q = 69,5 m 3 /dt. Besaran debit ini merupakan salah satu besaran kapasitas sungai Tabalong yang tentunya berfluktuasi pada musim kemarau dan penghujan (lihat data debit S Tabalong) dan diharapkan akan dapat mensuplay kebutuhan operasional PLTU sebesar ± 350 L/dt.

• Analisa data sedimen dari laboratorium , gradasi butiran mendapatkan

d 50 = 0,2 mm dan d 90 = 0,035 mm , yang selanjutnya data ini akan di

analisa untuk prakiraan erosi dan sedimentasi di wilayah studi terutama kawasan sungai Tabalong

Kondisi air tanah yang tersedia cukup memadai, jika mengamati dari keberadaan sumur-sumur di sekitar konsentrasi penduduk pinggiran jalan raya Mabuun, di mana fluktuasi kedalaman air sumur ± 5 – 7 m dari level muka tanah setempat. Pergerakan air tanah di perkirakan bergerak dari arah Utara, daerah kontur tinggi bergerak ke Selatan mengikuti dengan keadaan kontur lebih rendah sampai mencapai alur pengumpul air permukaan dan air tanah yaitu sungai

− Tabalong dengan laju pergerakan air tanah berkisar k = 5. 10 4 cm/dt. Air hujan yang masuk menjadi air tanah diperkirakan 10 % - 30 % dari − Tabalong dengan laju pergerakan air tanah berkisar k = 5. 10 4 cm/dt. Air hujan yang masuk menjadi air tanah diperkirakan 10 % - 30 % dari

Keberadaan akuifer/air tanah didaerah lokasi PLTU tidak feasibel atau tidak mencukupi untuk dapat memenuhi kebutuhan operasional PLTU ( ± 350 L/dt ) tersebut diatas.

3.1.6 Kualitas Air Pengamatan terhadap kualitas fisik dan kimia air permukaan

dilaksanakan pada sungai dan aliran air ( creek) yang terdapat di dalam wilayah studi yang mencakup 4 titik pengamatan ( site sampling) di dalam areal DAS Tabalong dan sub DAS Mangkusip. Hasil pengukuran kualitas air pada ke empat lokasi pengamatan tersebut secara lengkap dapat di lihat di Lampiran Teks 3-3 (hasil analisis laboratorium). Hasil analisis menunjukkan parameter kualitas airnya masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan menurut baku mutu air golongan B berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan Nomor : 28 Tahun 1994.

3.1.7 Tata Ruang dan Tata Guna Lahan

Berdasarkan sistem klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) jenis tanah di tapak proyek termasuk kelas Podsolik Plintik. Jenis tanah ini dapat dikategorikan Plintudults (berdasarkan klasifikasi taksonomi tanah). Tanah Berdasarkan sistem klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) jenis tanah di tapak proyek termasuk kelas Podsolik Plintik. Jenis tanah ini dapat dikategorikan Plintudults (berdasarkan klasifikasi taksonomi tanah). Tanah

Berdasarkan peta penggunaan lahan dan pengamatan langsung di lapangan, diketahui bahwa penggunaan lahan pada tapak proyek berupa perkebunan karet, kelapa sawit rakyat, sebagian kecil berupa semak belukar dan padang alang-alang. Di sebelah utara dan barat tapak proyek berbatasan dengan perkebunan. Disisi sebelah Timur berbatasan dengan perkebunan besar kelapa sawit milik PT. Cakung Permata Nusa (telah berproduksi), sedangkan di sisi sebelah barat berbatasan dengan perkebunan karet rakyat (sebagian telah berproduksi). Adapun pada sisi-sisi lainnya yang berbatasan langsung masih berupa semak belukar dan hutan sekunder, atau berupa sebaran perkebunan karet rakyat. Adapun wilayah yang akan dilalui pipa air dari S.Tabalong ke tapak proyek akan melewati beberapa jenis penggunaan lahan yaitu sisi jalan Propinsi, permukiman dan lahan pekarangan.

Bentuk penguasaan lahan pada tapak proyek adalah merupakan milik negara, yang dipinjamkan kepada masyarakat yang selanjutnya dilengkapi dengan surat segel tanah.

3.1.8 Kebijakan Tata Ruang

Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

3.1.9 Tanah