Pemeriksaan atas Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Bagian Anggaran Gambaran Umum

73. Pemeriksaan atas Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Bagian Anggaran Gambaran Umum

Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP) Tahun 2007, BPK “Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) “ atas Laporan Keuangan BA 62 (Subsidi dan Transfer), BA69 (Belanja Lain-lain), BA 70 (Dana Perimbangan), BA 71 (Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian), BA 96 (Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri), dan BA 98 (Penerusan Pinjaman), karena BPK tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang memadai dan lingkup pemeriksaan tidak memungkinkan untuk menyatakan pendapat. BPK memberi pendapat “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)” atas laporan keuangan BA 61 (Cicilan dan Bunga Hutang), BA 097 (Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Dalam Negeri) dan BA 99 (Penyertaan Modal Pemerintah).Berikut saldo akun neraca dan Realisasi Anggaran BAPP Tahun 2007 sebagaimana dimuat dalam tabel berikut.

(dalam miliar rupiah)

Pendapatan

Pembia

BA Uraian Aset Kewajiban Ekuitas Dana dan Hibah

Cicilan dan Bunga

WTP BA 061

Hutang 0,00 0,00 0,00 0,00 79.197,72 0,00 Pembayaran Cicilan Pokok Hutang

WTP Dalam BA 097

0,00 57.172,87 Penyertaan Modal

BA 099 Pemerintah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4.700,00 WTP Subsidi dan BA 062

Transfer 0,00 0,00 0,00 16.672,21 179.644,57 0,00 TMP Belanja Lain-

BA 069 lain 4.447,73 1.867,06 2.580,67 1.630,38 20.198,89 0,00 TMP Dana

BA 070 Perimbangan 0,00 0,00 0,00 0,00 244.114,54 0,00 TMP Dana Otonomi

TMP Khusus dan BA 071

Penyesuaian 0,00

0,00 9.296,00 0,00 Pembayaran Cicilan Pokok

TMP Hutang Luar

BA 096 Negeri 0,00 590.740,00 -590.740,00 0,00 0,00 20.302,55 Penerusan

BA 098 Pinjaman 60.919,40

0,00 2.817,32 TMP

Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan BAPP Tahun 2007 antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

Temuan Sistem

73.1 Penyusunan Laporan Keuangan BA 062, 069, BA 070, dan BA 071

Pengendalian Intern

Tahun 2007 tidak sesuai dengan Sistem Akuntansi yang ditetapkan.

73.2 Laporan Keuangan beberapa Kementerian/Lembaga pengguna Bagian Anggaran Belanja Lain-lain (BA 069) Tahun 2007 disusun berdasarkan data SAU.

73.3 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan belum memiliki mekanisme pencatatan kewajiban Pemerintah Pusat kepada Daerah dan retur yang memadai.

73.4 Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp16,67 triliun yang disajikan dalam Laporan Keuangan BA 062 (Subsidi dan Transfer Lainnya) Tahun 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya.

73.5 PNBP sebesar Rp1,63 triliun yang disajikan dalam Laporan Keuangan BA 069 (Belanja Lain-lain) Tahun 2007 belum sepenuhnya direkonsiliasi dengan PNBP yang tercatat dalam Bendahara Umum Negara.

73.6 Pencatatan kode mata anggaran atas pengembalian Belanja TKPKN BA 069 minimal sebesar Rp30,95 miliar yang berasal dari Belanja Bagian Anggaran 069 Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan tidak tertib.

73.7 Pengembalian sisa subsidi TA 2006 sebesar Rp70,38 miliar yang ditempatkan pada Rekening-rekening Escrow belum disajikan dalam Laporan Keuangan BA 062 Tahun 2007.

73.8 Metode pencatatan atas Belanja Pensiun melalui PT Asabri (Persero) berbeda dengan metode pencatatan atas Belanja Pensiun yang melalui PT Taspen (Persero).

73.9 Verifikasi atas jumlah tonase pupuk bersubsidi tidak dapat diyakini kewajarannya.

73.10 Dana bantuan pasca bencana senilai Rp2,54 triliun tidak dipertanggungjawabkan secara memadai.

73.11 Belanja Dana Bagi Hasil dalam Laporan Realisasi Anggaran BA 070 Tahun 2007 disajikan lebih besar Rp140,64 miliar.

73.12 Terdapat pengeluaran Belanja lain-lain sebesar Rp512,56 miliar dengan menggunakan SP2D Langsung ke rekening Bendahara Pengeluaran yang pertanggungjawabannya belum selesai.

73.13 Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang dilaporkan dalam LK BA 062 per 31 Desember 2007 sebesar Rp11,16 miliar belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

73.14 Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang dilaporkan dalam LK BA 069 per 31 Desember 2007 sebesar Rp108,39 miliar tidak dapat diyakini kewajarannya.

73.15 Dana yang dibatasi penggunaannya sebesar Rp4,51 triliun pada Neraca Bagian Anggaran 062 Per 31 Desember 2007 tidak didasarkan atas Neraca Unit Akuntansi di bawahnya.

73.16 Aset Tetap hasil pengadaan dari belanja BA 062 dan BA 069 belum sepenuhnya dipertanggungjawabkan dan belum dicatat pada Neraca Per 31 Desember 2007 secara memadai.

73.17 Nilai Investasi Jangka Panjang Rekening Dana Investasi dalam Neraca BA 098 Tahun 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya.

73.18 Saldo outstanding utang luar negeri serta akun-akun lain yang terkait dengan saldo outstanding utang luar negeri yaitu bagian lancar utang jangka panjang Accrued Interest dan selisih kurs tidak dapat diyakini kewajarannya.

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

73.19 Penyampaian Laporan Keuangan Bagian Anggaran 061 Tahun 2007 Temuan Kepatuh-

Unaudited an Terhadap keten- tidak sesuai dengan ketentuan sehingga mengakibatkan LK BA

tuan Peraturan

061 Tahun 2007 unaudited yang disampaikan oleh Menteri Keuangan masih Perundang-un- terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak segera terdeteksi dan baru ditemukan dangan

pada saat pemeriksaan BPK.

73.20 Laporan Keuangan BAPP (BA 061, 062, 069, 070, 071, 096, 097, 098, dan 099) Tahun 2007 tidak dilengkapi dengan Pernyataan Telah Direviu oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah, sehingga Laporan Keuangan BAPP tersebut tidak dapat digunakan oleh pimpinan/manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pelaksanaan dana perimbangan dan dana otonomi khusus serta dana penyesuaian.

73.21 Penganggaran dan Penggunaan Belanja pada BA 062 dan 069 belum sepenuhnya sesuai dengan maksud pembentukan BA tersebut, sehingga penggunaan anggaran APP tidak jelas peruntukkannya dan ada kecenderungan digunakan untuk kegiatan lain-lain yang sudah dapat diperkirakan akan terjadi. Meskipun terdapat belanja-belanja yang sebenarnya sudah dapat diperkirakan pengeluarannya pada saat penyusunan APBN awal seperti untuk belanja barang dan belanja pegawai.

73.22 Realisasi Belanja Subsidi BPHTB kepada PT Pertamina sebesar Rp1,51triliun tidak sesuai dengan ketentuan dan menimbulkan potensi beban baru bagi APBN, serta mengakibatkan Belanja Subsidi BPHTB sebesar Rp1,51 triliun tidak layak diakui sebagai belanja.

73.23 Realisasi Belanja Subsidi Pajak Ditanggung Pemerintah sebesar Rp17,11 triliun tidak sesuai dengan ketentuan, sehingga Belanja subsidi PPN dan PPh sebesar Rp17,11 triliun tersebut tidak layak diakui sebagai belanja.

73.24 Pencairan anggaran subsidi ke rekening penampungan senilai Rp3,85 triliun tidak mencerminkan realisasi belanja yang sebenarnya.

73.25 Verifikasi atas belanja Subsidi BBM belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan sehingga mengakibatkan adanya kelebihan pembayaran atas subsidi BBM Tahun 2006 dan 2007 yang besarnya perlu perhitungan lebih lanjut.

73.26 Terdapat indikasi pembayaran Subsidi Minyak Goreng fiktif sebesar Rp24,29 juta, mengakibatkan terjadinya kerugian negara sebesar Rp24,29 juta atas pembayaran subsidi minyak goreng.

73.27 Terdapat kelebihan pembayaran dari tujuh jenis subsidi yaitu subsidi premium, minyak solar, minyak tanah, listrik, benih, PT KAI, dan PT Pelni untuk TA 2007 sebesar Rp2,98 triliun.

73.28 Pengeluaran belanja Cadangan Dana Reboisasi sebesar Rp1,76 triliun dan pengeluaran konversi minyak tanah ke LPG sebesar Rp544,08 miliar ke rekening penampungan tidak mencerminkan realisasi belanja yang sebenarnya serta pengungkapannya dalam CALK tidak memadai. Hal tersebut mengakibatkan realisasi belanja lain-lain BA 069 disajikan terlalu tinggi minimal sebesar Rp2,30 triliun serta pertanggungjawaban pengeluaran dari rekening escrow tidak termonitor di BA 069.

73.29 Pengeluaran Pembiayaan atas Penyertaan Modal Negara berupa Dana Dukungan Infrastruktur kepada Direktorat Jenderal Perbendaraan dalam Laporan Keuangan BA 099 per 31 Desember 2007 sebesar Rp2,00 triliun tidak mencerminkan substansi yang sebenarnya.