PT Pertamina (Persero)

Bab I PT Pertamina (Persero)

Dalam Semester II Tahun Anggaran (TA) 2007 dan Semester I Tahun Anggaran (TA) 2008, BPK telah melaksanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas perhitungan subsidi Jenis BBM Tertentu (JBT) Tahun 2006 dan Tahun 2007 pada PT Pertamina (Persero) yang meliputi pemeriksaan di Kantor Pusat PT Pertamina (Persero) dan 8 (delapan) Unit Pemasaran (UPms) yaitu UPms I s.d. VIII.

Pemeriksaan bertujuan untuk menilai kewajaran perhitungan subsidi JBT Tahun 2006 dan Tahun 2007 dan menetapkan besaran nilai subsidi JBT Tahun 2006 dan Tahun 2007 yang layak dibayar oleh Pemerintah.

1. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Tahun Anggaran 2006

BPK telah memeriksa perhitungan subsidi JBT Tahun 2006 pada PT Pertamina. PT Pertamina mengajukan nilai subsidi JBT Tahun 2006 kepada Pemerintah sebesar Rp60,67 triliun. Hasil pemeriksaan mengoreksi perhitungan subsidi JBT sebesar Rp1,16 triliun, sehingga subsidi JBT Tahun 2006 yang layak dan dapat dibayar oleh Pemerintah sebesar Rp59,50 triliun. Beberapa temuan hasil pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut.

1.1 Perhitungan tagihan subsidi yang diajukan PT Pertamina menggunakan harga patokan yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No.71/ 2005, PMK No.15/PMK.02/2006 dan Keputusan Menteri ESDM No.2875K/ 22/2006 sehingga tagihan subsidi JBT Tahun 2006 PT Pertamina terlalu tinggi sebesar Rp1,07 triliun.

1.2 Temuan koreksi yang berpengaruh pada pengurangan volume penyaluran JBT bersubsidi Tahun 2006 sebesar 21.978,27 kl terdiri dari premium, minyak tanah dan solar masing-masing sebesar 3.095,46 kl, 14.108,86 kl dan 4.773,95 kl. Jumlah koreksi volume tersebut diperhitungkan dengan selisih harga patokan dengan harga jual eceran mengakibatkan perhitungan subsidi JBT PT Pertamina Tahun 2006 terlalu tinggi diperhitungkan sebesar Rp92,93 miliar. Koreksi pengurangan volume tersebut terutama tejadi karena penyaluran JBT tidak sesuai ketentuan seperti penjualan ke TNI/Polri dan industri, own use Pertamina dan pencatatan ganda penyaluran JBT. Selain itu juga disebabkan adanya penyaluran JBT kepada pihak-pihak yang tidak berhak, penyaluran ke industri yang bukan kategori usaha kecil dan penyaluran Tahun 2005 dan Tahun 2007 yang dibebankan ke Tahun 2006. Temuan penyimpangan juga terjadi pada penyaluran JBT ke kapal laut, baik melalui bunker Pertamina maupun SPBB seperti : 1.2 Temuan koreksi yang berpengaruh pada pengurangan volume penyaluran JBT bersubsidi Tahun 2006 sebesar 21.978,27 kl terdiri dari premium, minyak tanah dan solar masing-masing sebesar 3.095,46 kl, 14.108,86 kl dan 4.773,95 kl. Jumlah koreksi volume tersebut diperhitungkan dengan selisih harga patokan dengan harga jual eceran mengakibatkan perhitungan subsidi JBT PT Pertamina Tahun 2006 terlalu tinggi diperhitungkan sebesar Rp92,93 miliar. Koreksi pengurangan volume tersebut terutama tejadi karena penyaluran JBT tidak sesuai ketentuan seperti penjualan ke TNI/Polri dan industri, own use Pertamina dan pencatatan ganda penyaluran JBT. Selain itu juga disebabkan adanya penyaluran JBT kepada pihak-pihak yang tidak berhak, penyaluran ke industri yang bukan kategori usaha kecil dan penyaluran Tahun 2005 dan Tahun 2007 yang dibebankan ke Tahun 2006. Temuan penyimpangan juga terjadi pada penyaluran JBT ke kapal laut, baik melalui bunker Pertamina maupun SPBB seperti :

Tahun Anggaran 2007

BPK telah memeriksa perhitungan subsidi JBT Tahun 2007 pada PT Pertamina (Persero). Pertamina mengajukan nilai subsidi JBT Tahun 2007 kepada Pemerintah sebesar Rp82,87 triliun. Hasil pemeriksaan mengoreksi sebesar Rp6,60 triliun sehingga subsidi JBT Tahun 2007 yang layak dan dapat dibayar oleh Pemerintah sebesar Rp76,27 triliun.

Beberapa temuan hasil pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut.

1.3 Perhitungan tagihan subsidi yang diajukan PT Pertamina menggunakan harga patokan yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No.71/ 2005, PMK No.25/PMK.02/2007 dan Keputusan Menteri ESDM No.1720K/ 12/MEM/2007 sehingga tagihan subsidi JBT Tahun 2007 PT Pertamina terlalu tinggi sebesar Rp6,55 triliun.

1.4 Pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) atas penjualan solar kepada Dinas Pertambangan Pemda DKI dengan harga Rp3.739,13/liter (termasuk PBBKB) untuk keperluan genset di Kepulauan Seribu tidak sesuai dengan ketentuan yang mengatur bahwa PBBKB merupakan pajak yang dikenakan oleh Pemerintah Daerah terhadap kendaraan bermotor sehingga nilai subsidi BBM yang diperhitungkan pada Tahun 2007 lebih tinggi sebesar Rp736,94 juta.

1.5 Temuan koreksi yang berpengaruh terhadap pengurangan perhitungan volume subsidi JBT Tahun 2007 adalah sebanyak 21.981,81 kl terdiri dari premium sebesar 409,20 kl, minyak tanah sebesar 2.043,18 kl dan solar sebesar 19.529,43 kl. Jumlah volume koreksi tersebut diperhitungkan dengan selisih harga patokan dengan harga jual eceran mengakibatkan perhitungan subsidi JBT Tahun 2007 terlalu tinggi sebesar Rp48,93 miliar. Koreksi pengurangan volume tersebut terutama terjadi karena beberapa Agen Penyalur menyalurkan JBT tidak sesuai ketentuan seperti penjualan ke TNI/Polri dan industri. Selain itu juga disebabkan adanya penyaluran yang diragukan peruntukannya dan penyaluran ke industri yang bukan kategori Usaha Kecil. Temuan penyimpangan juga terjadi pada penyaluran JBT ke kapal laut, baik melalui bunker PT Pertamina maupun SPBB seperti : penyaluran yang melebihi kebutuhan kapal, penyimpangan rute perjalanan kapal ke luar negeri, penghitungan waktu berlabuh, trayek kapal yang sudah habis, penyaluran ke kapal yang memuat hasil industri, Surat Ijin Berlayar (SIB) maupun yang