Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)
22. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tahun 2007, BPK menyatakan “Tidak Memberikan Pendapat (TMP).” karena adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kelemahan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam penyusunan laporan keuangan, pengelolaan aset, persediaan, barang bukti dan penerimaan hibah serta adanya pembatasan lingkup pemeriksaan, sehingga BPK tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Polri Tahun 2007 menunjukkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1,48 triliun atau 97,36 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1,52 triliun. Realisasi belanja sebesar Rp19,95 triliun atau 97,45 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp20,46 triliun. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aset sebesar Rp89,49 triliun, total kewajiban dan ekuitas dana investasi masing-masing sebesar Rp133,25 miliar dan sebesar Rp89,35 triliun.
Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Polri Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.
Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
22.1 Sistem pencatatan dan pelaporan atas pengelolaan BMN/aset tetap dan persediaan belum memadai, sehingga laporan BMN dan persediaan belum akurat serta tidak dapat dinilai kewajarannya.
22.2 Hasil pemeriksaan secara uji petik atas pertanggungjawaban keuangan Penetapan MAK di lingkungan Polri diketahui realisasi belanja tidak sesuai dengan klasifikasi dalam DIPA/ RKA- KL dan realisasi MAK, yaitu belanja barang digunakan pengadaan aset tetap sebesar Rp1,99 anggaran belanja miliar dan belanja modal digunakan pengadaan barang habis pakai sebesar tidak sesuai ke- Rp723,20 juta, mengakibatkan nilai aset tetap dalam neraca tidak dapat diyakini tentuan.
kewajarannya.
22.3 Kewajiban Polri kepada pihak ketiga (PT PLN dan PT Perpamsi) atas Hutang kepada pemakaian listrik dan air pada beberapa Polda belum dibayar sebesar pihak ketiga dalam Neraca per
Rp625,49 juta dan belum dilaporkan dalam Neraca per 31 Desember 2007
31 Desember 2007
sehingga saldo akun utang disajikan terlalu rendah sebesar Rp625,49 juta belum disajikan mengakibatkan neraca Polri per 31 Desember 2007 belum menyajikan secara akurat
informasi secara akurat mengenai posisi kewajiban dan dana untuk
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
22.4 Penyelesaian beberapa kontrak pengadaan barang/jasa terlambat dan terhadap rekanan belum dikenakan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sebesar Rp852,60 juta, sehingga hasil pengadaan barang/jasa tidak dapat dimanfaatan tepat waktu dan negara kehilangan potensi penerimaan dari denda yang belum dikenakan sebesar Rp852,60 juta.
Terdapat
22.5 Pemeriksaan secara uji petik atas pertanggungjawaban keuangan
kelebihan pembayaran
kegiatan dan pemeriksaan fisik pada satker di lingkungan Polri terdapat
dalam realisasi
pekerjaan yang tidak dilaksanakan sesuai kontrak sebesar Rp366,35 juta,
belanja barang
duplikasi pembayaran untuk delapan kegiatan sebesar Rp446,93 juta dan
dan modal Tahun 2007 sebesar
perhitungan harga kontrak melebihi yang seharusnya sebesar Rp42,23 juta
Rp2,60 miliar
serta pengeluaran biaya untuk 15 kegiatan melebihi kebutuhan nyata sebesar Rp1,74 miliar, sehingga kelebihan pembayaran sebesar Rp2,60 miliar.
Pertanggungjawab- an keuangan di
22.6 Hasil pemeriksaan secara uji petik atas pertanggungjawaban keuangan
lingkungan Polri
dan kontrak pengadaan barang dan jasa diketahui hal sebagai berikut.
tidak transparan dan akuntabel.
- Realisasi belanja modal dan saldo akun Dana Yang Dibatasi Penggunaannya pada Laporan Keuangan Polri Tahun 2007 tidak mencerminkan nilai yang wajar karena adanya pencairan anggaran pada akhir tahun yang dananya disimpan dalam bentuk rekening penampungan namun tidak dilaporkan.
- Pada beberapa satker Mabes dan Polda pertanggungjawaban keuangan sebesar Rp15,99 miliar tidak tertib, yaitu bukti pertanggungjawaban tidak lengkap, dan tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya serta tidak sesuai peruntukkannya, sehingga pengeluaran anggaran minimal sebesar Rp15,99 miliar tidak jelas dan berpotensi merugikan keuangan negara.