Bank Indonesia

1. Bank Indonesia

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Bank Indonesia (BI) Tahun 2007, BPK memberikan pendapat “Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (WTP-DPP)” berkaitan dengan ketidakjelasan mengenai saat dan jumlah pelunasan Obligasi Negara Seri SRBI-01/MK/ 2003 senilai Rp129,34 triliun oleh Pemerintah di masa mendatang.

Laporan Surplus (defisit) BI Tahun 2007 menunjukkan realisasi penerimaan sebesar Rp29,04 triliun, realisasi pengeluaran sebesar Rp30,46 triliun, dengan demikian BI mengalami defisit sebesar Rp1,42 triliun. Neraca per 31 Desember 2007 menunjukkan total aktiva sebesar Rp973,03 triliun, total kewajiban sebesar Rp861,40 triliun, dan total ekuitas sebesar Rp111,63 triliun.

Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan BI Tahun 2007 yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut.

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern.

1.1 Pelaksanaan transaksi derivatif dalam rangka hedging pada tahun 2007 belum didukung dengan SOP yang memadai, sehingga terdapat selisih sebesar Rp106,69 miliar yang berasal dari penurunan nilai hedging instruments sebesar Rp1,50 triliun dan kenaikan nilai wajar hedged items sebesar Rp1,40 triliun.

1.2 Perhitungan HPS dan negosiasi harga dalam pengadaan barang dan atau jasa belum dilakukan secara optimal, sehingga terjadi kelebihan pembayaran kepada Perum Peruri sebesar Rp43,03 miliar dan ketidakhematan sebesar

1.3 Sistem Pengendalian Intern berupa pengamanan dan penatausahaan aset milik BI belum sepenuhnya dilakukan, yang mengakibatkan adanya resiko atas aset tetap dan nilai aset tetap yang dicatat di neraca menjadi tidak akurat.

1.4 Ketentuan pengadaan fasilitas Anggota Dewan Gubernur (ADG) dan penjualannya kepada ADG pada akhir masa jabatan tidak mencerminkan praktek yang sehat sebagaimana diatur dalam Manajemen Logistik Bank Indonesia (MLBI) sehingga pertanggungjawaban atas pengadaan dan penjualannya kepada ADG tidak dapat dinilai kewajarannya.

1.5 Penghasilan Anggota Dewan Gubernur (ADG) belum sesuai dengan Hasil Rapat antara Komisi XI DPR RI dan Bank Indonesia yaitu:

a. Terdapat pembayaran penghasilan ADG sebesar Rp5,45 miliar yang tidak sesuai dengan Keputusan Rapat antara Komisi XI DPR RI dan Bank Indonesia tanggal 22 Desember 2005 dan 4 Desember 2006.

b. Terdapat pembentukan jabatan Direktur Senior (DS) pada tahun 2005, sehingga tunjangan ADG meningkat dua kali namun tidak disertai pertimbangan kebutuhan organisasi dan tidak ada pejabat yang menduduki jabatan tersebut sampai dengan saat ini. Hal ini telah menaikkan gaji sebesar Rp439,83 juta per bulan atau Rp5,28 miliar per tahun untuk delapan orang ADG.

c. Inkonsistensi penetapan penghasilan ADG yakni dari sisi penghasilan DG mengikuti struktur penghasilan DS sedang dari sisi komposisi mengikuti komposisi pegawai umumnya, sehingga meningkatkan Tunjangan Akhir Masa Jabatan (TAMJ), untuk Gubernur sebesar Rp888,37 juta, DGS sebesar Rp755,11 juta, dan masing-masing DpG sebesar Rp666,27 juta, atau total sebesar Rp5,64 miliar.

1.6 Pemberian representasi, bantuan, dan sumbangan dalam rangka menjalin hubungan dengan mitra kerja dan pihak ketiga lainnya sebesar Rp61,98 miliar tidak didukung batasan dan prosedur yang jelas, sehingga dapat membuka peluang penyalahgunaan keuangan.

Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Peraturan Perundang-undangan

1.7 Kontrak pengadaan dan pemeliharaan mesin uang MRUK dan MSUK bertentangan dengan ketentuan MLBI sehingga mengakibatkan kelebihan pembayaran sebesar Rp28,57 miliar.

1.8 Pemberian biaya kepindahan kepada Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) sebesar Rp21,50 miliar tidak sesuai dengan ketentuan MLBI, sehingga terjadi pemborosan keuangan negara sebesar Rp21,50 miliar.

1.9 Proses beberapa kontrak pengadaan barang dan jasa senilai Rp48,07 miliar belum sepenuhnya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,

1.10 Bank Indonesia belum mengenakan denda keterlambatan sebesar Rp178,52 juta dan memungut PPh atas pekerjaan pihak ketiga sesuai dengan ketentuan sebesar Rp741,19 juta.

1.11 Pemanfaatan aset tetap milik BI berupa tanah dan bangunan seluas 45.352 m2 oleh pihak lain tidak sesuai dengan ketentuan dalam MLBI, sehingga berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari bagi aset BI.