PENDIDIKAN PLURALISME DI SEKOLAH
BAB IV PENDIDIKAN PLURALISME DI SEKOLAH
A. Kegiatan Sekolah Berwawasan Pluralisme
Bagaimana menerapkan pendidikan pluralisme di sekolah. Merujuk dari apa yang sudah dilakukan oleh Keuskupan Agung Semarang yang menerapkan pembelajaran religiositas pada sekolah-sekolah Katolik di wilayahnya telah dirasakan sebagai pendidikan yang mengajak peserta didik untuk melakukan dialog antar agama dan kepercayaan. Pendidikan religiusitas adalah pendidikan yang mengajarkan kepada para siswanya kebaikan dan nilai-nilai kehidupan dari semua agama dan kepercayaan, sehingga para siswa dapat saling belajar dan mengenal agama-agama lain sehingga terbangunlah sikap toleransi dan persaudaraan.
Pendidikan religiusitas mengajarkan kepada para siswa dari pelbagai agama untuk mendapatkan kesempatan
bebas untuk mengkomunikasikan pengalaman imannya masing- masing mengenai pelbagai peristiwa pengalaman hidup kemanusiaannya. Dalam pendidikan religiusitas para siswa tidak hanya diajarkan dengan pengetahuan saja tetapi juga membentuk paguyuban umat beriman sehingga diharapkan dapat terbangun relasi atau kerja sama dalam kehidupan sehari-hari. Relasi yang dimaksudkan adalah relasi antara manusia dengan dirinya sendiri, relasi manusia dengan sesamanya, relasi manusia dengan alam sekitarnya dan relasi
seluas-luasnya
dan
manusia dengan Tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
Pendidikan Religiositas yang berjiwa pluralisme merupakan sebuah pola pendidikan yang mengajak peserta didik untuk mengalami dan meresapi anugrah- anugrah Tuhan dalam dirinya, sesama dan alam ciptaan/ semesta. Dalam arti bahwa pendidikan religiositas mengantar peserta didik kepada inti terdalam dari hidup dan kehidupannya, yaitu cinta kasih kepada Tuhan dan diwujud nyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan-perbedaan bukan diperuncing, namun untuk saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain. Diharapkan sikap batin ini membuahkan persaudaraan sejati dan dipergunakan demi kelangsungan hidup manusia dan kehidupan bersama, yaitu perasaan dan tingkah laku saling mencintai, percaya, menghargai, menghormati, merindukan, menolong, kerja sama. Kesemua sikap itu diharapkan diterapkan dengan sebaik-baiknya dan dilakukan dengan ketulusan hati supaya, diri dalam diri mengalir rahmat kehidupan yang menyejukan dan menyegarkan hati bagi setiap makhluk Tuhan.
Dengan menyadari kebaikan-kebaikan Tuhan, diharapkan siswa merefleksikan dan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari menurut penghayatan agama
dan kepercayaan masing-masing yang diolah.Melalui pendidikan religiusitas diharapkan sikap para siswa dapat berubah secara ara pada cara berpikir dan bertindak. Dimana para siswa dapat dan mampu menghormati
hidup manusia, memperjuangkan
martabat
kebaikan
hidup bersama,
menyebarkan sikap dan semangat solidaritas dengan sesama khususnya yang lemah, miskin, kecil, tersingkir dan tertindas. Transformasi kehidupan seperti inilah
yang diharapkan tumbuh dan berkembang dalam diri siswa. Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan religiositas adalah komunikasi iman yang bertitik tolak pada pengalaman hidup dan iman siswa, bukan indoktrinasi. Komunikasi iman tersebut meliputi pribadi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan teks, siswa dengan suasana, dan siswa dengan Tuhan. Komunikasi ini hendaknya terjadai dalam proses
berkesinambungan untuk merefleksikan,
terarah
dan
mengintepretasikan dan mengaplikasikan ajaran iman dari agam dan kepercayaan dalam hidup nyata sehingga semakin menjadi orang beriman. Pendepatan refleksi digunakan sebagai pendekatan yang meliputi tiga unsur urama sebagai satu kesatuan di dalam proses pembelajaran meliputi pengalaman, refleksi dan aksi.
1. Pengalaman. Pengalaman yang melatarbelakangi baik secara faktual maupun aktual dari siswa. pengalaman yang akan direflesi ini digali dari siswa dengan menampilkan kisah kepada mereka yang bisa diambil dari koran, kisah nyata, pengalaman guru atau pengalaman sendiri bahkan dari cerita rakyat.
2. Refleksi, kegiatan untuk menemukan makna lebih, nilai, kesadaran, semangat serta sikap baru.
3. Aksi, perwujudan atas gerakan, dorongan batin yang tumbuh sebagai dari proses refleksi, tindak lanjut
dari proses pendidikan yang perlu diarahkan dan dipantau baik berupa aksi batiniah maupun lahiriah.
Melihat pandangan dari berbagai agama tentang perlunya pluralisme di masyarakat, maka sangat tepat apabila sekolah sebagai tempat untuk mendidik dan membudayakan semangat pluralisme sehingga tercipta keharmonisan dari keberagaman yang ada.
Jenis kegiatan pendidikan pluralisme di SMA dapat dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler
1. Kegiatan Intrakurikuler Pendidikan pluralisme dirancang tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran, namun terintegrasi pada setiap mata pelajaran. Penekanan di sini adalah pembiasaan sikap dan perilaku dalam kegiatan pembelajaran yang menghormati setiap perbedaan yang ada. Pembiasaan tersebut dapat dilakukan di saat kegiatan diskusi kelompok, kerja kelompok, penugasan kelompok. Guru mata pelajaran dapat membentuk kelompok dengan mempertimbangkan perbedaan gender, suku, agama dan kemampuan. Dengan demikian, anggota kelompok dapat terdiri dari berbagai unsur yang berbeda. Pembiasaan untuk menjalin kerjasama dari unsur-unsur yang berbeda ini akan menumbuhkan perilaku pluralisme saling menghormati satu sama lainnya.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan pluralisme dirancang terintegrasi pada kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi yang ada di sekolah, seperti Kepramukaan, OSIS dan kegiatan
kerohaniaan. Sebagai contoh terintergrasi dalam program OSIS yaitu mencoba melakukan kegiatan seminar ilmiah lintas agama dengan mengundang para pemuka agama untuk membahas topik tentang pluralisme.
Berikut ini contoh-sontoh program-program riil yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan pluralisme antara lain: Tabel 1. Rencana Program Kegiatan Riil dalam Rangka
Pendidikan Pluralisme
No Kegiatan Uraian kegiatan Tujuan
1 Kunjungan ke Melakukan Mengenal lebih Masjid,
dalam tentang Gereja,
diskusi
interaktif antara agama-agama Wihara, Pura siswa
yang di Indonesia dan Klenteng beragam dengan
pemuka agama
2 Diskusi
Menumbuhkan Ilmiah Lintas mengundang
OSIS
jiwa pluralis Agama
untuk membahas pluralisme
3 Kegiatan Live Selama 3 hari Menumbuhkan in
peserta didik
jiwa pluralis
yang menjadi
melalui
ujicoba
kegiatan nyata
pendidikan pluralis melakukan kegiatan hidup bersama di tempat keluarga yang berbeda agama
No Kegiatan Uraian kegiatan Tujuan
4 Melakukan
Menumbuhkan kemah bakti
Siswa
jiwa pluralisme Lintas agama kemah bakti di melalui
melakukan
desa
tertentu kegiatan nyata
yang
terdapat tempat ibadah beragam. Dalam kemah tersebut siswa melakukan kerja
bakti
seperti di masjid untuk membersihkan lingkungan masjid maupun lingkungan gereja,tempat ibadah lainnya
Tumbuh Iddul Addha
5 Perayaan
Kegiatan
dilakukan oleh kerjasama OSIS
dengan antar siswa
melibatkan
yang berbeda siswa yang non agama muslim dalam kepanitian
Iddul Fitri di pemuka agama kerjasama Sekolah
Islam untuk
antara guru,
memberikan
siswa yang
ceramah,
berbeda agama
dengan melibatkan guru dan siswa non muslim dalam kepanitiaan
No Kegiatan Uraian kegiatan Tujuan
7 Perayaan
Tumbuh Natal di
Melakukan
missa bersama kerjasama sekolah
antara siswa dengan
dengan
yang berbeda mengundang siswa
melibatkan
muslim agama umat Nasrani dalam di wilayah
kepanitian
setempat
8 Penggalangan Melibatkan Tumbuh dana untuk
siswa kerjasama anak panti
panitia
dari siswa yang antara siswa asuhan
berbeda-beda
yang berbeda
agama
agama
B. Implementasi Pembelajaran PPKn Berwawasan Pluralisme
Mata pelajaran PPKn sangat erat hubungannya dengan pendidikan pluralisme. Coba kita lihat cuplikan kompetensi dasar pada silabus PPKn SMA kelas X sesuai kurikulum 2013 sebagai berikut.
1. Mengamalkan sikap toleransi antar umat beragama dan kepercayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (2.4)
2. Mengamalkan perilaku toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia (2.5)
(Silabus PPKn, 2013) Kompetensi dasar tersebut secara tegas memberikan penekanan bahwa pembelajaran yang dikehendaki menuju pada sikap dan perilaku toleransi antar
Bagaimana mengimplementasikan pembelajaran tersebut? Guru
umat
beragama.
memiliki keleluasaan untuk menerapkan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru perlu melakukan persiapan untuk melakukan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru perlu menyiapkan RPP sebagai acuan dalam melakukan pembelajaran dan melakukan kerjasama dengan pihak- pihak terkait di luar sekolah. Berikut contoh rencana Pelaksanaan
Pembelajaran PPKn berwawasan Pluralisme yang dikembangkan penulis sebagai acuan bagi pembaca untuk melakukan pembelajaran.