41
4.2. PROFIL INFORMAN
Dalam penelitian tentang “bagaimana proses adaptasi Bahasa Simalungun, Karo dan Toba pada masyarakat Saribudolok, Kelurahan Saribudolok”. Maka untuk
menjawab penelitian tersebut peneliti telah melakukan wawancara terhadap beberapa orang informan. Adapaun profil informan dapat dilihat dibawah ini, yaitu:
4.2.1. Barman Girsang
Bapak Barman sebagai keturunan dari Si Pungka Huta dikenal sebagai Tuan Sardolok ataupun Sipungka Huta pembuka kampung yang tinggal di Sardolok Atas
urung warga 02. Dia merupakan pnduduk asli Kelurahan Saribudolok karena lahir dari daerah ini, yang beragama Kristen Protestan, pendidikan terakhir adalah SPG
Sekolah Pendidikan Guru dan untuk kegiatan sehari-harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan bertani setelah dia pensiun sebagai guru dari sekolah.
Beliau dipilih sebagai informan karena mengetahui sejarah dan perkembangan Saribudolok. Dia juaga mengetahui lebih dari satu bahasa yaitu ; bahasa Simalungun,
Karo dan Batak Toba. Dalam mempelajari bahasa lain, bapak Girsang tidak butuh waktu lama untuk menguasainya, karena melalui pergaulan melalui interaksi sehari-hari
dengan penduduk sekitar dimana dia tinggal.
4.2.2. Martuah Situmorang
Martuah adalah salah satu informan sebagai penduduk pendatang dari suku Batak Toba. Dia ini lahir di Samosir, 12 Agustus1973, bertempat tinggal di Kelurahan
Saribudolok sekitar tahun 1992. Bapak ini tinggal di Saribudolok di Jalan Merdeka no 13 urung warga 03. Beragama Kristen Kharismatik, pendidikan terakhir SMU dan
bermata pencaharian sebagai petani.
Universitas Sumatera Utara
42 Tujuan utama kedatangannnya ke Kelurahan Saribudolok untuk mengubah
status ekonomi keluarga, dengan inisiatif sendiri dan tidak memiliki keluarga di Saribudolok. Pada awalnya bapak dia hanya bisa menguasai bahasa batak toba dan
bahasa Indonesia. Jadi ketika berkomunikasi dengan penduduk setempat dia memakai Bahasa Indonesia. Akan tetapi setelah 3 tahun tinggal di Saribudolok, bapak ini sudah
bisa berbahasa Simalungun. Untuk belajar bahasa Simalungun ini, bukanlah melalui proses pembelajaran akan tetapi karena hasil pergaulan sehari-hari dengan masyarakat
setempat.
4.2.3. Edy Suranta Ginting
Daerah asal Suranta adalah desa Panribuan yang merupakan daerah Karo. Lahir di Panribuan, 17 April 1978 dan beragama Kristen Protestan. Pendidikan terakhir SMU
dan tinggal di Jalan Singgalang urung warga 10 bermata pencaharian sebagai wiraswasta. Tinggal di Saribudolok sejak tahun 2002.
Tujuan awal datang ke Saribudolok untuk mencari pekerjaan, datang ke Saribudolok karena ajakan dari abang kandungnya yang lebih telah merantau ke
Saribudolok. Pada awalnya dia juga hanya bisa menguasai bahasa ibunya saja akan tetapai setelah tinggal di Saribudolok dia bisa menguasai Bahasa Simalungun sebagai
bahasa pergaulan sehari-hari. Untuk dapat menggunakan Bahasa Simalungun ini bapak ini hanya membutuhkan waktu 1 tahun yaitu melalui pergaulan.
4.2.4. Robin Pakpahan
Robin Pakpahan adalah suku pendatang yaitu Batak Toba, daerah asal dari Tanah Jawa yang lahir pada tanggal 22 November 1970, bertempat tinggal di jalan
Kartini urung warga 08. Agama yang dianut oleh bapak Robin adalah Kristen
Universitas Sumatera Utara
43 Protestan, pendidikan terakhir SMU dan pekerjaan sebagai petani. tinggal di
Saribudolok sejak tahun 1992, tujuan awal datang ke Saribudolok untuk mencari pekerjaan. Awal kehadirannya di Saribudolok karena keluarganya membawanya yang
sudah lama yang terlebih dahulu tinggal di daerah tersebut. Awalnya dia tidak mengerti Bahasa Simalungun akan tetapi kalau ditanya sekarang maka dia akan menjawab sudah
bisa menggunakan bahasa Simalungun. Untuk menguasai Bahasa Simalungun dia membutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk dapat menggunakannya dan inipun bisa dia
pelajari adalah melalui pergaulan sehari-hari.
4.2.5. Jhon Mada Simanjuntak
Jhon Mada Simanjuntak adalah suku bangsa Batak Toba. Lahir di Perdagangan, 16 Januari 1959. Beliau bertempat tinggal di Jalan Sutomo urung warga 07, Agama
Kristen Protestan, pendidikan terakhir adalah S-1 dan bekerja sebagai pegawai swasta.Bapak ini tinggal di Saribudolok sejak tahun 1992.
Awal dimana kedatangannnya ke Saribudolok karena pindah tugas dari Pematang Siantar. Sebagai orang Batak pada umumnya dia juga menggunakan bahasa
batak toba. Akan tetapi untuk bahasa lain seperti bahasa Simalungun, tidak tidak mampu. Sejak tinggal di Saribudolok, dia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Batak Toba karena dari awal dia sudah mengetahui bahwa orang Simalungun Saribudolok bisa atau setidaknya mengerti bahasa lain seperti Bahasa Toba dan Karo.
Pada saat ini bapak ini sudah dapat menggunakan Bahasa Simalungun dan penguasaan Bahasa Simalungun inipun tidak membutuhkan waktu yang begitu lama karena dalam
jangka setahun bapak ini sudah dapat menguasainya. Penguasaan bahasa ini juga melalui pergaulan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
44
4.2.6. Pardomuan Sitinjak
Lahir di Sidikalang, 23 November 1972, beragama Kristen Protestan dan awal kedatangannya ke Saribudolok untuk memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga. Dia
merantau ke Saribudolok sejak tahun 1997 bersama dengan keluarganya, mereka hanya menguasai bahasa ibu mereka. Akan tetapi mereka tahu bahwa masyarakat
Saribudolok mampu beradaptasi dengan penduduk setempat. Dalam hal penguasaan bahasa Simalungun maka bapak ini tidak begitu canggung memakai bahasa ini dalam
kesehariannya. Proses penguasaan bahasa Simalungun yang dilakukan bapak ini juga tidak begitu lama, dia hanya membutuhkan waktu 1,5 tahun untuk dapat menguasai
Bahasa Simalungun.
4.2.7. Randiman Damanik
Randiman Damanik adalah informan yang berasal dari Suku Simalungun, lahir di Bandar Raya, 17 Februari 1965. bertempat tinggal di jalan besar Pematang Siantar
desa Bandar Raya, beragama Kristen Protestan. beliau dapat menguasai bahasa pendatang tidak tahu kapan pastinya. Informan penduduk asli Saribudolok
memperistrikan suku Karo yaitu boru Tarigan. Dalam kesehiriannya mereka sering menggunakan dua bahasa yaitu Simalungun dan Karo. Anak-anak mereka yang semula
diajarkan bahasa Indonesia pada akhirnya hilang karena lingkungan anak-anak mereka lebih didominasi Bahasa Simalungun dan untuk bahasa Karo dan Batak Toba juga
mereka mengerti artinya.
4.2.8. Ricardo Tarigan
Ricardo Tarigan adalah informan yang berasal dari Suku Karo, lahir di Saribudolok, 27 Januari 1975, bermata pencaharian sebagai salah satu guru swasta,
Universitas Sumatera Utara
45 tinggal di Jalan Kartini dan beragama Katholik. Walaupun suku Karo akan tetapi beliau
ini tidak mau disebutkan sebagai suku pendatang karena merasa bahwa dia sudah sangat lama tinggal di Saribudolok bahkan lahir di daerah ini juga. Jadi pad awalnya
bapak ini lebih mnguasai bahasa Simalungun dan bahasa Karo. Sedangkan untuk bahasa lain seperti Bahasa batak Toba dia dapat melalui proses pergaulan setiap harinya
dan jika ditanya masalah berapa lama dia dapat menguasai bahasa itu maka bapak ini tidak bisa menjawab kapan karena itu mengalir begitu saja tanpa disadari.
4.2.9. M. Sitepu
Ibu M. Sitepu ini adalah informan dari Suku Karo, lahir di Tanah Karo, 18 Mei 1954, beragama Kristen Protestan, berdomisili di Jalan Kartini. Pada awalnya sebagai
pedagang, yaitu membuka toko mas sewaktu suaminya masih hidup. Awal kedatangan keluarga ini pertama kali ke Saribudolok adalah untuk membuka usaha tersebut.
Kedatangan mereka di Saribudolok itu sudah sejak tahun 1980-an. Anak-anak mereka juga sudah lahir di Saribudolok. Masalah penguasaan bahasa ibu ini lebih fasih
memakai bahasa Karo dan Simalungun sedangkan untuk Bahasa Toba dia hanya bisa mengerti saja dan untuk pengucapan ibu ini masih canggung. Hal ini dikarenakan
bahasa yang mereka pakai dalam kesehariannya adalah Bahasa Karo dan Bahasa Indonesia, apabila berkomunikasi dengan suaminya J. Ginting maka mereka pakai
Bahasa Karo sedangkan dengan anak-anaknya mereka pakai Bahasa Indonesia. Walaupun anak-anakanya diajarkan dirumah memakai bahasa Indonesia akan tetapi
pada akhirnya anak-anaknya juga bisa menguasai bahasa Karo, Simalungun dan Batak Toba hal ini dipengaruhi pergaulan anak-anak mereka dengan penduduk setempat.
Universitas Sumatera Utara
46
4.2.10. Sinar Girsang
Sinar Girsang adalah inforaman dari Suku Simalungun, lahir di Saribudolok, 28 Januari 1952. Bermata pencaharian sebagai pedagang, dalam kesehariannya bapak ini
bergaul dengan penduduk setempat dengan suku yang berbeda. beliau memperistrikan dari Suku Karo. Dalam masalah penguasaan bahasa, informan sudah dengan baik bisa
menggunakan bahasa pendatang maupun bahasa penduduk setempat. Sama halnya dengan masyarakat penduduk asli lain bapak ini juga tidak tahu kapan pastinya bapak
ini dapat bisa menguasai bahasa pendatang. Kalau masalah Bahasa Karo mungkin karena istri bapak ini adalah dari suku karo akan tetapi seperti Bahasa Toba, bapak ini
cuma bisa menyatakan tidak tahu kapan yang pasti sejak anak buah saya banyak dari Suku Toba yang lama-lamaan saya juga bisa menyapa mereka dengan bahasa mereka
juga.
4.2.11. Nelson Sipayung
Nelson Sipayung adalah salah satu informan dari penduduk asli yaitu Suku Simalungun, lahir di Bandar Raya, 24 Maret 1974. Beragama Khatolik. Kesehariannya
bekerja sebagai PNS dan mengolah lahan pertanian. Sebagai penduduk asli berinteraksi untuk menjalin hubungan dengan penduduk setempat, hal ini didukung tempat tinggal
yang juga dekat dengan pemukiman warga pendatang yaitu pemukiman kencana. Penduduk pendatang yang ada di daerah ini didominasi pendatang suku Batak Toba.
Setiap harinya bapak ini lebih banyak memakai Bahasa Toba dalam berinteraksi dengan penduduk yang ada di lingkungannya. Awalnya bapak ini dapat menguasai Bahasa
Toba itu karena faktor interaksi yang kuat dengan penduduk pendatang, khususnya jika
Universitas Sumatera Utara
47 hendak mencari orang upahan untuk bekerja di ladangnya maka harus medekatkan diri
dengan para buruh tersebut dengan memakai bahasa mereka agar lebih akrab.
4.2.12. Kencana Karo-Karo
Kencana Karo-karo adalah salah satu informan yang berasal dari Suku Karo, lahir di Medan 27 Desember 1947 dan beragama Khatolik. Dalam kesehariannya informan
membuka usaha dagang. Bapak ini sudah cukup lama tinggal di daerah Saribudolok yaitu sejak tahun 1978. Sama dengan informan lain awal kedatangan bapak ini ke
Saribudolok karena alasan ekonomi, beliau melihat peluang usaha karena didaerah tersebut belum ada toko perabot. Jika ditanya mengenai penguasaan bahasa maka bapak
ini bisa menguasai tiga bahasa yaitu, Bahasa Karo, Toba dan Simalungun. Tetapi awal kedatangannnya ke daerah ini beliau hanya mengerti Bahasa Karo
dan Toba sehingga ketika pertama kali datang Ke Saribudolok dia berkomunikasi dengan masyarakat setempat dengan memakai bahasa Indonesia. Akan tetapi ketika
penduduk setempat tahu bapak ini orang Karo maka penduduk setempat menyapanya dengan Bahasa Karo. Bapak ini dapat memahami bahasa lain itu tidak membutuhkan
waktu lama karena dalam jangka waktu 7 bulan bapak ini sudah dapat memahami walaupun untuk pengucapannya tidak sefasih bapak ini berbahasa Karo. Anak-anaknya
juga yang sebagaian besar sudah berkeluarga ini lebih menguasai Bahasa Simalungun bahkan dalam keseharian dalam rumah tangganya mereka sudah memakai bahasa
penduduk setempat.
4.2.13. Jankosan Sitopu
Jankosan Sitopu suku Simalungun akan tetapi bukan penduduk asli setempat karena tidak lahir di daerah Saribudolok. Lahir di Nagoridolok, 02 Maret 1951.
Universitas Sumatera Utara
48 Beragama Kristen Protestan, berdomisili di jalan besar Pematang Siantar desa Bandar
Raya. Awal kedatangan bapak ini ke Saribudolok karena pindah tugas ke SMA negeri 1 Saribudolok. Sebagai suku asli Simalungun sudah tentu ketika pertama kali datang ke
Saribudolok informan sudah biasa berkomunikasi dengan penduduk setempat. Sedangkan untuk Bahasa Karo dan Toba. Bapak ini baru bisa setelah 3 tahun tinggal di
Saribudolok. Dari 2 bahasa tersebut, maka bapak ini lebih fasih di bahasa Batak Toba sedangkan untuk Bahasa Karo bapak ini hanya bisa mengerti dan untuk pengucapannya
masih kaku.
4.2.14. Rodearni Sipayung
Ibu Rodearni Sipayung penduduk asli, lahir di Bandar Raya 18 Agustus 1954, Agama Kristen Protestan dan dalam keseharianya ibu ini bekerja sebagai petani.
Bahasa pendatang yang bisa ibu ini kuasai adalah Bahasa Batak Toba. Hal ini juga disebabkan interaksi yang tidak terbatas dengan penduduk pendatang dari Suku Toba
khususya dalam hal untuk meminta tenaga untuk diupah bekerja di ladangnya. Ibu ini juga tidak tahu kapan pastinya dapat menguasai bahasa pendatang tersebut, tapi yang
pasti ibu ini tidak mengalami proses yang sulit dalam penguasaan bahasa tersebut. Walaupun pada awalnya bahasa itu sedikit bercampur-campur. Sedangkan anak-anak
ibu ini rata-rata dapat menguasai bahasa pendatang itu tampak ketika anaknya berhadapan dengan temannya yang orang karo maka anaknya akan berbahasa Karo dan
jika dengan orang Toba maka anaknya juga pakai Bahasa Toba.
Universitas Sumatera Utara
49
4.2.15. Salom Girsang
Salom Girsang adalah informan yang belum berkeluarga, lahir di Saribudolok, 23 April 1983, beragama Kristen Protestan. Sebagai putra daerah Saribudolok, maka
dalam kesehariaanya membuka usaha sendiri yaitu uasaha kolam pancing. Walaupun umur masih muda dan hanya berpendidikan tingkat SMA saja akan tetapi pekerja keras
dan sebagai tulang punggung keluarga yang lahir sebagai anak kedua dari dua orang bersaudara.
jika ditanya masalah penguasaan bahasa maka dengan secara gamblang fasih dapat menguasai Bahasa Karo, Toba dan Bahasa Simalungun. dilihat dari intensitas
penggunaan bahasa maka bahasa pendatang juga sering digunakannya. Hal ini dipengaruhi oleh peraulan sesama anak muda di daerah ini sangat tinggi didukung anak
buahnya kebayakan dari suku pendatang yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ibu anak buahnya agar lebih dekat hubungan kerja diantara mereka. Informan
menguasai bahasa tersebut maka abang iini hanya dari peragaulan sehari-hari dengan tema-teman yang berbeda suku dan hal ini tidak membutuhkan waktu yang lama, cukup
7 bulan mereka sudah bisa akrab.
4.2.16. Tanda Hasahatan Saragih
Tanda Hasahatan Saragih Saribudolok, 26 Desember 1982, beragama Kristen Protestan, sebagai anak pertama dari empat orang bersaudara. Pendidikan terakhirnya
adalah SMA. Sebagai anak pertama berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa menggantungkan beban kepada orangtua dan dia juga membantu adik-adikya dalam
mencari nafkah dengan membuka usaha. Dalam hal penguasaan bahasa, informan menguasai dua bahasa selain bahasa ibunya sendiri. Sebagai seseorang yang bergerak
Universitas Sumatera Utara
50 di bidang jasa maka informan ini sering berhadapan dengan orang-orang dari berbagai
suku bangsa oleh sebab, informan harus bisa menjalin hubungan interaksi yang baik yaitu dengan penguasaan bahasa pelanggannya sendiri. Dalam proses penguasaan
bahasa ini tidalah proses yang sulit baginya karena bahasa itu tumbuh dengan sendirinya tanpa melalui proses yang rumit melalui interaksi secara langsung dengan
pelanggan.
4.2.17. Jimmy Tarigan
` Jimmy Tarigan lahir di Tanah Karo, 12 September 1980.. Pendidikan terkhir
SMU. Berdomisili di Jalan Kartini, dalam kegiatan sehari-harinya sebagai penjaga di Toko Mas L. Tarigan. Dalam hal penguasaan bahasa informan fasih menggunakan tiga
bahasa yaitu Bahasa Karo, Toba dan Simalungun. dalam hal penguasaan bahasa ini maka informan memahami dan mengerti adalah melalui proses pergaulan sehari-
harinya dengan tema-teman pergaulan sehari-harinya yang datang dari berbagai suku. Dalam hal penguasaan proses adapatasi bahasa maka informan hanya membutuhkan
waktu 8 bulan saja.
4.3. PEMBAHASAN PENELITIAN 4.3.1. Kekerabatan pada Masyarakat Saribudolok