Sistematika Penulisan Tinjauan Umum Tentang Pajak

Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistimatis.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan ke dalam Hiburanbab terperinci adapun bagiannya, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian serta sistematika penulisan. BAB II PENGATURAN PAJAK HIBURAN DI KOTA MEDAN Bab ini berisikan tentangan tinjauan umum tentang pajak, pajak hiburan sebagai salah satu pendapatan asli daerah dan pengaturan pajak hiburan di Kota Medan. BAB III IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DITINJAU DARI HUKUM ADMNISTRASI NEGARA Universitas Sumatera Utara Bab ini berisikan Gambaran Umum Kota Medan, implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan, Pengawasan terhadap Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan dan Sanksi Administratif terhadap Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan BAB IV KENDALA DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DITINJAU DARI HUKUM ADMNISTRASI NEGARA Bab ini berisikan Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan dan upaya dalam mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, penulis mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya. Universitas Sumatera Utara 25 BAB II PENGATURAN PAJAK HIBURAN DI KOTA MEDAN

D. Tinjauan Umum Tentang Pajak

Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar hukum pungutan pajak di indonesia yang berbunyi “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. 8 Beberapa pendapat sarjana tentang pengertian pajak antara lain : P.J.A Adriani diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelen garakan pemerintahan” 9 Pengertian pajak juga di kemukakan oleh Anderson Muhammad Djafar Saidi, 2010:30 yang mengemukakan bahwa : “tax is a compulsory contributon, levied by the state in the broad sense upon persons property income and privileges for purposes of defraying the expences of government pajak adalah pembayaran yang bersifat memaksa kepada negara yang dibebankan pada pendapatan kekayaan seseorang yang diutamakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah” 8 R Santoso Brotodiharjo. Pengatar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: Rafika Aditama 2003, hal 2 9 Ibid Universitas Sumatera Utara Menurut Mr. Dr. N.J Feldman dalam bukunya De overheidsmidsmiddelen van Indonesia , Leiden 1949, Belastigen Zijn Overheid Volgen Algemene doorhaar vastgesteelde nomen verschuldigde afwigbarepresstties waar tegenprestagie tegonever staat en uitsluiend dienen tot decking van uitgaven , pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran umum. 10 Selain itu juga MJH. Smeets 1951 yang disadur oleh Diaz Priantara :“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma -norma umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk menbiayai pengeluaran pemerintahan. 11 Defenisi pajak juga dikemukakan menrut ahli hukum perancis, termuat dalam buku karya Leroy Beaulieu yang berjudul Traite de la Science des Finances, 1906:“Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah”. 12 Dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak daerah dan Restribusi Daerah, defenisi pajak adalah sebagai berikut :“Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa 10 Erly Suandi, Hukum Pajak, empat, edisi 5 Bandung: Salemba, 2011 hal 8. 11 Diaz Priantara. Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Jakarta: Djambatan, 2000,hal 2 12 Adrian Sutedi. Hukum Pajak dan Retribusi Daerah. Bogor: Graha Indonesia, 2008, hal 55 Universitas Sumatera Utara berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan Negara karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman, tetapi menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan. Untuk itu, tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung misalnya untuk memelihara kesejahteraan umum. 13 Dari definisi-definisi tersebut di atas, mengemukakan beberapa unsur pokok dalam perpajakan, yakni : 14 a. Iuran atau pungutan Dilihat dari segi arah arus dana pajak, jika arah datangnya pajak berasal dari wajib pajak, maka pajak disebut sebagai iuran sedangkan arah datangnya kegiatan untuk mewujudkan pajak tersebut berasal dari pemerintah, maka pajak sebagai pungutan. b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang salah satu karakteristik pokok dari pajak adalah bahwa pemungutannya harus berdasarkan undang-undang. Hal ini disebabkan karena pada hakekatnya pajak adalah beban yang harus dipikul oleh rakyat banyak, sehingga dalam perumusan tentang macam, jenis dan berat ringan nyata arif pajak itu, rakyat harus ikut serta menentukan dan 13 Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum pajak, Edisi satu Malang: Alumni, 2006, hal 5 14 R Santoso Brotodiharjo, Op.cit, hal 23. Universitas Sumatera Utara menyetujui, melalui wakil-wakilnya di Parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat. c. Pajak dapat dipaksakan fiskus mendapat wewenang dari undang-undang untuk memaksa wajib pajak supaya mematuhi melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kekuasaan tersebut dapat dilihat dengan adanya ketentuan sanksi-sanksi administratif maupun sanksi pidana fiskal dalam Undang- Undang Perpajakan, khususnya dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Fiskus juga mendapatkan wewenang dari undang-undang untuk mengadakan tindakan memaksa Wajib Pajak dalam bentuk penyitaan harta, baik harta tetap maupun harta bergerak. Bahkan dalam sejarah hukum pajak di Indonesia dikenal adanya lembaga sandera atau gijzeling , yakni Wajib Pajak yang pada dasarnya mampu membayar pajak, akan tetapi selalu menghindar dengan berbagai dalih untuk tidak membayar pajak, maka fiskus dapat menyandera wajib pajak yang bersangkutan dalam memasukkannya ke dalam kurungan. d. Tidak menerima atau memperoleh kontraprestasi secara langsung ciri khas utama dari pajak adalah Wajib Pajak yang membayar pajak tidak menerima atau memperoleh jasa timbal balik atau kontra prestasi dari Pemerintah without receipt of special benefit of equal value; without reference to special benefit conferred . Jika seorang wajib pajak membayar pajak penghasilan, maka fiskus tidak akan memberi apapun kepadanya sebagai jasa timbalbalik. e. Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah pajak itu dipergunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah dalam menjalankan Universitas Sumatera Utara pemerintah. Dana yang diterima dari pemungutan pajak dalam pengertiandefinisi-definisi pajak tidak pernah ditujukan untuk sesuatu pengeluaran yang khusus Fungsi pajak menurut Erly Suandy ada dua, yaitu: 15 1. Fungsi Budgeter; 2. Fungsi Mengatur; Fungsi yang pertama, dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran negara.Dalam upaya meningkatkan penerimaan perpajakan, pemerintah secara konsisten melakukan berbagai upaya pembenhan baik aspek kebijakan maupun aspek sistem dan administrasi perpajakan melalui hal-hal berikut : a. Amandemen undang-undang perpajakan. b. Modernsisasi kantor pajak. c. Ekstensifikasi dan intensifikasi. d. Extra effort dalam pemeriksaan dan penagihan pajak. e. Pembangunan data base terintegrasi. f. Penyediaan layanan melalui pemanfaatan teknologi informasi. g. Penegakan kode etik pegawai untuk meningkatkan kedisiplinan dan Good Governance aparatur pajak. 15 Erly Suandy, Op.cit., hal .12 -13. Universitas Sumatera Utara Sedangkan fungsi yang kedua yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu. Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut. a. Pemberian intensif pajak misalnya tax holiday , penyusutan dipercepat dalam rangka meningkatkan investasi baik investasi dalam negeri maupun investasi asing. b. Pengenaan ekspor pajak untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri. c. Pengenaan bea masuk dan pajak penjualan atas barang mewah untuk produk-produk tertentu dalam rangka melindungi produk-produkdalam negeri. Disamping kedua fungsi diatas, pajak masih mempunyai tujuan-tujuan lain seperti untuk retribusi pendapatan dan menanggulangi inflasi. Dalam buku An Inquiry into the nature and causes of the wealth of nation yang ditulis oleh Adam Smith pada abad ke 18 mengajarkan tentang asas-asas pemungutan pajak yang dikenal dengan nama four cannons atau the four maxims dengan uraian sebagai berikut: 16 1. Equality Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemapuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintah. Dalam hal equility ini tidak diperbolehkan suata negara 16 Ibid. Universitas Sumatera Utara mengadakan diskriminasi diantara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama wajib pajak harus diperlakukan sama dalam keadaan berbeda wajib pajak harus diperlakukan berbeda. 2. Certainty Pajak yang dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak kenal kompromi not arbitary . Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya 3. Convenience of payment Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu saat dekat dengan saat diterimanya penghasilankeuntungan yang dikenakan pajak. 4. Economic of collection Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari pada penerimaan pajak itu sendiri.Karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang dikeluarkan lebiyh besar dari pada penerimaan pajak yang akan diperoleh. Beberapa teori yang memberikan dasar pembenaran untuk menjawab penelitian penulis dihubungan dengan Perda No 7 tahun 2010 tentang Pajak Daerah di Kota Medan sesuai dengan teori pemungutan pajak, yaitu : Teori Gaya Pikul. Teori ini mengemukakan bahwa pemungutan pajak harus sesuai dengan kekuatan dari membayar dari si wajib pajak individu-indvidu jadi tekanan semua pajak-pajak harus sesuai dengan daya pikul si wajib pajak dengan memperhatikan pada besarnya penghasilan dan kekayaan, juga pengeluaran Universitas Sumatera Utara belanja siwajib pajak tersebut. W.J. de Langen berpendapat dalam bukunya, daya pikul adalah besarnya kekuatan seseorang untuk dapat mencapai pemuasan kebutuhan setinggi-tingginya, setelah dikurangi dengan yang mutlak pada kebutuhan primer biaya hidup yang sangat mendasar. Kekuatan untuk menyerahkan uang kepada negara pajak barulah ada, jika kebutuhan primer untuk hidup telah tersedia. Hak manusia pertama adalah hak untuk hidup, maka sebagai analisir yang pertama adalah minimum kehidupan bestaans minimum . Mr. A.J. Cohen Stuart berpendapat bahwa, daya pikul diumpamakan sebuah jembatan, yamg pertama-tama harus memikul bobotnya sendiri sebelum dicoba untuk dibebani dengan beban yang lain. Beliau menyarankan bahwa yang sangat diperlukan dalam kehidupan tidak dimasukan kedalam daya pikul. Kekuatan untuk menyerahkan uang kepada negara barulah ada jika kebutuhan- kebutuhan primer untuk hidup sudah tersedia. Kelemahan dari teori ini adalah sulitnya menentukan secara tepat daya pikul seeorang karena akan berbeda dan selalu berubah-ubah.

E. Pajak Hiburan sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah

Dokumen yang terkait

Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Sekolah di Kota Medan Tahun 2014

23 220 103

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

7 150 212

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

1 64 108

Kebijakan Perpajakan Daerah Dalam Pengelolaan Pajak Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah ( Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan )

3 62 199

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

0 0 7

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

0 0 1

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

0 0 17

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

0 0 11

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Medan)

0 0 2

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

0 0 23