2 Dana Alokasi Umum, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang dialokasikan untuk pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi 3
Dana Alokasi Khusus, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD yang dialokasikan
kepada daerah-daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas sosial.
F. Pengaturan Pajak Hiburan di Kota Medan
Pemungutan Pajak Hiburan di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak
yang terkait. Dasar hukum pemungutan pajak hiburan pada suatu Hiburan atau kota adalah sebagaimana di bawah:
1. Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah 2.
Undang-Undang No.34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah 3.
Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 4.
Peraturan Daerah Kota Medan No. 7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan Pasal 2 ayat 1 Setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran
dikenakan pajak dengan nama Pajak Hiburan. 2 Objek Pajak Hiburan adalah
Universitas Sumatera Utara
jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. 3 Termasuk objek pajak hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 meliputi :
a. tontonan film;
b. pagelaran kesenian, musik, tari danatau busana;
c. kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya;
d. pameran;
e. diskotik, karaoke, klub malam dan sejenisnya;
f. sirkus, akrobat, dan sulap;
g. permainan bilyar, golf, bowling;
h. pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;
i. panti pijat, refleksi, mandi uapspa, dan pusat kebugaran
fitness center
; dan j.
Pertandingan olah raga. 4 Tidak termasuk dalam objek pajak hiburan sebagaimana dimaksud
pada ayat 3 adalah penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat,
kegiatan keagamaan dan sejenisnya.
Pasal 3 ayat 1 Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan. 2 Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan hiburan.
Universitas Sumatera Utara
36
BAB III IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2011
TENTANG PAJAK HIBURAN DITINJAU DARI HUKUM ADMNISTRASI NEGARA
E.
Gambaran Umum Kota Medan
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis
secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab
berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,
Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barangasa yang relatif besar. Hal ini tidak
terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis
dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan
regional rasional. Secara umum ada 3 tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja
pembangunan kota, 1 faktor geografis, 2 faktor demografis dan 3 faktor
Universitas Sumatera Utara
sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota
termasuk pilihan-pilihan disesuaikan dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan.
Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha,
meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor
66IIIPSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan
luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 1402271PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan
pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH
Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.222772.K1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefisitan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II
Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan
administratif ini, kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan
Universitas Sumatera Utara
secara sosial ekonomis akibat penanaman modal investasi. Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah
Hiburan Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan
salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Hiburan Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan
Sumber Daya alam SDA, Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya
Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka, Maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik
maupun luar negeri ekspor - impor. Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu
daerah terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.
Universitas Sumatera Utara
F.
Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksaan atau penerapan. Istilah implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Kamus Webster, merumuskan bahwa
to implement
mengimplementasikan berarti
to provide the means for carryingout
menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu,
to give practicia effect to
menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Pengertian tersebut mempunyai arti bahwa untuk mengimplementasikan sesuatu harus disertakan
sarana yang mendukung yang nantinya akan menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu itu.Pengertian implemntasi di atas apabila dikaitkan dengan
kebijakan adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang-undang dan kemudian didiamkan dan
tidak dilaksanakan atau diimplementasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang
diinginkan. Implementasi pemungutan pajak hiburan sebagai usaha untuk menjawab
sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011, di implementasikannya program pemungutan pajak hiburan ini tidak terlepas dari
berbagai kepentingan yang berhubungan dengan dana, material dan orang yang terlibat dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak Hiburan ini. Dana dalam
persoalan pemungutan adalah menyangkut penerimaan keuangan Negara melalui pajak. Material yang dimaksud adalah berbagai sarana dan prasarana penunjang
Universitas Sumatera Utara
dalam pemungutan maupun material sebagai objek pajak. Sementara itu orang yang dimaksudkan adalah orang sebagai pegawai pelaksana pemungut dan orang
sebagai objek pajak. Proses pelaksanaan pemungutan Pajak hiburan merupakan kebijaksanaan
daerah yang sangat menarik untuk diperhatikan dalam upaya meningkatkan penerimaan keuangan daerah namun dalam penerapannya di lapangan banyak
mengalami kesulitan terutama persoalan yang menyangkut ketetapan wajib pajak dan realisasinya. Ada enam kategori hambatan yang dapat menghadang jalan
untuk mencapai sasaran kebijakan dan program, yaitu: hambatan fisik, hambatan hukum, hambatan organisasional, hambatan politik, hambatan distribusi dan
hambatan anggaran
17
. Apabila dikaitkan dengan program pemungutan pajak Hiburan, maka kecendrungan hambatan yang terjadi dapat meliputi; hambatan
hukum dan hambatan organisasional mengingat organisasi yang tidak optimal dari pelaksanaan pajak hiburan serta lemahnya penegakan hukum yang diterapkan.
18
Pendaftaran dan Pendataan Wajib Pajak hiburan Pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak hiburan adalah proses awal sebelum obyek Pajak hiburan
dikenakan pajak, yaitu merupakan proses pengumpulan data subyek dan obyek pajak yang nantinya akan digunakan untuk melakukan penilaian dan penetapan
Pajak hiburan. Tujuannya adalah untuk mengetahui jumlah Wajib Pajak hiburan dan berapa omset yang dimiliki oleh masing-masing Wajib Pajak Hiburan sebagai
dasar penetapan Pajak hiburan untuk setiap Wajib Pajak hiburan. Sesuai dengan asas
self assessment
, yaitu suatu asas yang memberikan kepercayaan kepada
17
Winarno Budi, Kebijakan Publik Teori dan Proses, Yogyakarta: Media Pressindo,, 2007, hal 29
18
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban serta memenuhi haknya di bidang perpajakan maka Pemerintah Daerah Kota Medan telah memberikan kepercayaan
kepada Wajib Pajak hiburan yang ada di Kota Medan menunaikan kewajiban dan haknya tersebut. Salah satu pemberian kepercayaan tersebut adalah dengan
memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk mendaftarkan sendiri subyek dan obyek Pajak Hiburan ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kota Medan. Pendaftaran sendiri oleh Wajib Pajak dilakukan dengan cara mengambil
Formulir Pendaftaran Wajib Pajak, mengisinya dengan jelas, benar dan lengkap, kemudian ditanda tangani oleh wajib pajak, selanjutnya diserahkan kembali ke
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Medan. Apabila pengisiannya benar dan lampirannya lengkap, dalam Daftar Formulir Pendaftaran
diberi tanda dan tanggal penerimaan dan selanjutnya dicatat dalam Daftar Induk Wajib Pajak, Daftar Wajib Pajak hiburan, serta dibuatkan Kartu Nomor Pokok
Wajib Pajak Daerah NPWPD. Tetapi apabila belum lengkap, formulir pendaftaran dan lampirannya dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk dilengkapi.
Mengingat beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak serta tingkat kesadaran Wajib Pajak, maka belum seluruhnya wajib pajak yang ada di
Kota Medan dapat melaksanakan sendiri kewajibannya untuk mendaftarkan obyek pajak yang dikuasaidimilikinya. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan
yang lebih baik, maka Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Medan mengadakan kegiatan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak dengan asas
Official Assessment, yaitu kegiatan pendaftaran dan pendataan Pajak Hiburan
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan oleh pejabat bidang pendapatan kantor DPPKAfiscus dimana Wajib Pajak lebih bersifat pasif. Menurut Kepala Bidang Pendapatan dinyatakan
bahwa “Kegiatan pendaftaran lebih ditujukan pada upaya memperoleh data tentang Wajib Pajak, termasuk data jumlah obyek pajak yang dikuasai, sedangkan
kegiatan pendataan lebih ditujukan pada upaya memperoleh data tentang obyek pajak”.Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Medan, dalam
melakukan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak Hiburan dengan sistem Official Assessment dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Pendaftaran
2. Pendataan
Penetapan dan pemungutan Pajak hiburan adalah merupakan proses tindak lanjut kegiatan pendataan dalam rangkaian proses pemungutan Pajak Hiburan,
yaitu merupakan proses penghitungan berapa jumlah pajak terhutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak Hiburan atas dasar kartu data. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Pasal 4 ayat 1 dan 2 bahwa Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya
diterima oleh penyelenggara hiburan, Jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat 1 termasuk potongan harga dan tiket cuma-
cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan Sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Medan No. 7 Tahun 2011
tentang Pajak Hiburan besarnya Tarif Pajak Hiburan sebagai berikut : 1.
Tontonan film dikenakan pajak 10 sepuluh persen
Universitas Sumatera Utara
2. Pagelaran kesenian, musiktari danatau busana dikenakan pajak 10 sepuluh
persen dan pagelaran kesenian yang bersifat tradisional yang perlu dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi yang luhur dikenakan
pajak 5 Hiburanpersen; 3.
Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya dikenakan 30 tiga puluh persen;
4. Pameran dikenakan 10 sepuluh persen;
5. Diskotik, klab malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35 tiga puluh
Hiburanpersen; 6.
Karaoke dikenakan pajak 30 tiga puluh persen; 7.
Sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya dikenakan pajak 10 sepuluh persen; 8.
Permainan bilyard yang menggunakan AC
air conditioner
dikenakan pajak 20 dua puluh persen, dan permainan bilyard yang tidak menggunakan AC
dikenakan pajak 15 Hiburanbelas persen, 9.
Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan dikenakan pajak 20 duapuluh persen;
10. Panti pijat, refleksi, mandi uap, saunaSPA dan pusat kebugaranfitness
dikenakan pajak 35 tiga puluh Hiburanpersen; 11.
Pertandingan olah raga, dikenakan pajak 10 sepuluh persen;
Universitas Sumatera Utara
G.
Pengawasan terhadap Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
Pengawasan secara umum diartikan sebagai suatu kegiatan administrasi yang bertujuan mengandalkan evaluasi terhadap pekerjan yang sudah diselesaikan
apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Karena itu bukanlah dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah satu yang benar tetapi lebih diarahkan kepada upaya
untuk melakukan koresi terhadap hasil kegiatan. Pengawas mempunyai peranan yang penting dalam manajemen kepegawaian. Ia mempunyai hubungan yang
terdekat dengan pegawai-pegawai perseorangan secara langsung dan baik buruknya pegawai bekerja sebagian besar akan tergantung kepada betapa
efektifnya ia bergaul dengan mereka. Terry dan Leslie menyatakan bahwa Pengawasan adalah dalam bentuk
pemeriksaan untuk memastikan, bahwa apa yang sudah dikerjakan adalah juga dimaksudkan untuk membuat sang manajer waspada terhadap suatu persoalan
potensial sebelum persoalan itu menjadi serius.
19
Sarwoto menyatakan bahwa : ” Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki
20
Iman dan Siswandi mengemukakan bahwa pengawasan adalah sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.
Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang
19
Terry, R, George dan Leslie W, Rue, Dasar-dasar Manajemen, edisi bahasa Indonesia, cetakan ketigabelas, Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hal 232
20
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, cetakan keenambelas, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2010. hal 94
Universitas Sumatera Utara
direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan pengawasan.
21
Pelaksanaan pengawasan terhadap perda oleh pejabat yang berwenang selama ini selain memperhatikan kriteria khusus, dan alasan-alasan dalam rangka
mencegah pelaksanaan pengawasan tersebut, juga dilakukan berdasarkan pada kriteria-kriteria yang ditentukan, antara lain dalam bentuk Surat Mendagri yang
dikaitkan dengan syarat teknis dan proses perundang-undangan atau bentuk luar dari suatu perda.
22
Pelaksanaan pengawasan terhadap perda ini hanya dilakukan perubahan pada susunan konsideran dan bahasa, sementara asas-asas formal dan asas-asas
materil maupun “kriteria umum” serta asas-asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada umumnya tidak diperhatikan.
23
Pelaksanaan pengawasan selama ini tidak ditentukan secara tegas perda yang tidak memerlukan pengawasan,
sehingga dalam praktik untuk memperoleh kepastian hukum bagi daerah, nampaknya semua perda diajukan untuk memperoleh pengesahan dan sebagai
syarat untuk dapat diundangkan atau berlakunya suatu perda agar sesuai dengan tertib hukum yang berlaku.
24
Demikian juga, sifat dan bentuk pelaksanaan pengawasan terhadap perda banyak mengikuti keputusan-keputusan yang ditentukan atau dibuat oleh pejabat
21
Siswandi dan Indra Iman, Aplikasi Manajemen Perusahaan, edisi kedua, Penerbit : Mitra Wicana Media, Jakarta, 2009, hal 95
22
Soehino, Hukum Tata Negara Penyusunan dan Penetapan Peraturan Daerah, Yogyakarta, Liberty ,1998, hal.40
23
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, ”Temu Kenal Citra Hukum dan Penerapan Azas-
azas Hukum Nasional”, Rumusan Hasil Seminar dalan Majalah Hukum Nasional, Edisi Khusus No. 1 tanggal 22
– 24 Mei 1995, hal. 167
24
Bagir Manan, Sistem dan Teknik Pembuatan Peraturan Perundang-undangan Tingkat Daerah, Pusat Penerbitan LPPM Universitas Islam, Bandung, 1995, hal. 5
Universitas Sumatera Utara
berwenang yang memperoleh atribusi dari UU dan merangkap sebagai wakil pemerintah dalam bentuk pedoman, bimbingan, arahan dan konsultasi, sehingga
pelaksanaan pengawasan terhadap perda tidak mengikuti ketentuan dalam tingkat undang-undang , melainkan tunduk pada aturan yang dikeluarkan atau berlaku
dalam lingkungan organisasi di mana pejabat berwenang berada sebagai pelaksana asas dekonsentrasi.
Perluasan sifat dan bentuk-bentuk pelaksanaan pengawasan terhadap perda selama ini telah membuat suatu perda telah sesuai dengan tertib hukum yang
berlaku dan hampir tidak ada perda yang dilakukan pengawasan represif, karena bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Dengan kata lain, dengan adanya pelaksanaan pengawasan terhadap perda
pajak hiburan dan berlakunya perda selama ini hampir tidak mendatangkan pertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Sifat dan bentuk-bentuk pelaksanaan pengawasan tersebut telah membuat pula kewenangan daerah otonom untuk mengatur sesuatu urusan
pemerintah menjadi sangat tergantung pada pejabat yang berwenang, sehingga keleluasaan dan kemandirian daerah membentuk perda dalam rangka otonomi
daerah tidak ada. Dengan kata lain, otonomi daerah tidak ada berada pada daerah, melainkan berada pada pejabat berwenang, sehingga telah membuat hubungan
hirarkis dengan Pemerintah atau Pemerintah Daerah tingkat atasnya dalam pembentukan perda di mana pejabat berwenang tersebut berada.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan adalah menentukan apa yang telah dicapai, mengevaluasi dan menerapkan tindakan korektif, jika perlu memastikan hasil yang sesuai dengan
rencana. Pengertian pengawasan yang lain adalah kegiatan untuk menilai suatu pelaksanaan tugas secara dovacto, sedangkan tujuannya terbatas pada
pencocokan. Apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, pengawasan merupakan proses kegiatan
pemantauan, evaluasi dan membandingkan apa yang direncanakan dengan apa yang dicapai daya guna, hasil guna dan tepat guna terhadap pelaksanaan
rencana kegiatan. Pengawasan masyarakat terhadap pelayanan publik adalah pengawasan
yang dilakukan oleh masyarakat, berupa laporan atau pengaduan masyarakat tentang penyimpangan dan kelemahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Sedangkan, fungsi pengendalian melalui pengawasan melekat harus terbuka terhadap pengawasan masyarakat, yang harus dikembangkan sebagai penunjang
pengawasan fungsional. Pengawasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik
merupakan salah satu bentuk pengawasan eksternal, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 18 UU Nomor 25 tahun 2009, dimana masyarakat berhak antara
lain : a mengawasi pelaksanaan standar pelayanan, b mendapatkan tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan, c memberitahukan kepada pimpinan
penyelenggara untuk memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan, d mengadukan pelaksana yang
melakukan penyimpangan standar pelayanan danatau tidak memperbaiki
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kepada
penyelenggara dan
ombudsman, e
mengadukan penyelenggaran yang melakukan penyimpangan standar pelayanan danatau tidak
memperbaiki pelayanan kepada pembina penyelenggara dan ombudsman, dan f mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujan pelayanan.
Apabila masyarakat atau
stakeholders
merasa haknya untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan tidak terpenuhi, masyarakat hendak untuk menyampaikan pengaduan, laporan danatau gugatan. Dalam
perspektif hukum, pengaduan dilakukan terhadap penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban danatau melanggar larangan dan pelaksana yang
memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan. Pengaduan tersebut disampaikan kepada Penyelenggara, Ombudsman
danatau Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Hiburan Kota. Sedangkan laporan adalah
tindakan hukum yang dilakukan masyarakat apabila penyelenggara diduga melakukan tindak pidana dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan
disampaikan kepada aparat penegak hukum Kepolisian, Kejaksaan dan KPK. Selanjutnya, gugatan merupakan tuntutan hukum yang disampaikan oleh
masyarakat kepada penyelenggara atau pelaksana pelayanan publik melalui Pengadilan Tata Usaha Negara danatau melalui Pengadilan Negeri dalam hal
penyelenggara melakukan perbuatan melawan hukum aspek perdata dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat seluruh pihak, baik warganegara maupun penduduk sebagai orang perorangan, kelompok maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai
penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung yang melakukan pengaduan dijamin hak-haknya oleh peraturan perundang-
undangan. Dalam ketentuan Pasal 42 UU Nomor 25 Tahun 2009, pengaduan diajukan oleh setiap orang yang dirugikan atau oleh pihak lain yang menerima
kuasa mewakilinya dan disampaikan paling lambat 30 tiga puluh hari sejak pengadu menerima pelayanan. Pengaduan disampaikan secara tertulis memuat
nama dan alamat lengkap dalam keadaan tertentu dapat dirahasiakan, uraian pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan dan uraian kerugian mterial
atau immaterial yang diderita, permintaan penyelesaian yang diajukan dapat memasukkan tuntutan ganti kerugian, tempat, waktu penyampaian dan
tandatangan. Pengaduan tersebut disertai dengan bukti-bukti sebagai pendukung pengaduannya.
Penyelenggaraan pelayanan publik wajib menerima, merespon dan memeriksa pengaduan dari masyarakat mengenai pelayanan publik yang
diselenggarakannya. Pemeriksaan tersebut wajib berpedoman pada prinsip independen, nondiskriminasim tidak memihak dan tidak memungut biaya.
Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan usaha milik negara, Badan usaha milik daerah dan Badan hukum milik
negara serta Badan swasta atau perorangan yang diberi tugas menyelenggarakan
Universitas Sumatera Utara
pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara danatau anggaran pendapatan daerah
Pasal 1 angka 1 UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.
Ombudsman dalam menjalankan tugas dan wewenangnya mendasarkan pada asas: kepatutan, keadilan, non-diskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas,
kesimbangan, keterbukaan dan kerahasiaan Pasal 3 UU Nomor 37 Tahun 2008. Adapun fungsi, tugas dan wewenang Ombudsman sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 UU Nomor 37 Tahun 2008. Pasal 6, Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayan
publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan baik dipusat maupun di daerah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan usaha milik
negara, Badan usaha milik daerah, dan Badan hukum milik negara serta Badan swasta atau perorang yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu. Pasal 7, Ombudsman bertugas : a Menerima laporan atas dugaan
maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; b melakukan pemeriksaan substansi atas laporan; c menindaklanjuti laporan yang tercakup
dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman; d melakukan investiasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik; e melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakan dan
perseorangan; f membangun jaringan kerja; g melakukan upaya pencegahan
Universitas Sumatera Utara
maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; dan h melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.
Salah satu tugas Ombudsman adalah memeriksa laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Maladministrasi
dimaksud dalah perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang
tersebut, termasuk kelalaian atau pengabdian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara negara dan
pemerintah yang menimbulkan kerugian materiil danatau imateriil bagi masyarakat dan orang perorangan Pasal 1 angka 3 UU Nomor 37 Tahun 2008.
Selanjutnya, Laporan dimaksud adalah pengaduan atau penyampaian fakta yang diselesaikan atau ditindak lanjuti oleh Ombudsman yang disampaikan secara
tertulis atau lisan oleh setiap ornga yang telah menjadi korban maladministrasi Pasal 1 angka 4 UU Nomor 37 Tahun 2008.
Wewenang Ombudsman sebagaimana atur dalam ketentuan Pasal 8 ayat 1 dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan
Pasal 7, Ombudsman berwenang : a Meminta keterangan secara lisan danatau tertulis dari pelapor, atau pihak lain yang terkait mengenai laporan yang
disampaikan kepada Ombudsman; b Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pelapor atau pun terlapor untuk mendapatkan kebenaran
suatu laporan; c Meminta klarifikasi danatau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi manapun untuk pemeriksaan laporan dari instansi
terlapor; d Melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor, dan pihak lain
Universitas Sumatera Utara
yang terkait dengan laporan; e Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak; f Membuat rekomendasi mengenai
penyelesaian laporanm termasuk rekomendasi atau membayar ganti rugi danatau rehabilitsi kepada pihak yang dirugikan; g Demi kepentingan umum
mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Dalam melaksanakan wewenang Ombudsman tersebut, berupa antara lain
memeriksa laporan tidak hanya mengutamakan kewenangan yang bersifat memaksa, misalnya pemanggilan, namun dituntut pula untuk mengutamakan
pendekatan persuasif kepada para pihak agar penyelenggara negara dan pemerintahan mempunyai kesadaran sendiri dalam penyelenggaraan pelayanan
publik. Dengan pendekatan persuasif berarti tidak semua laporan harus diselesaikan melalui mekanisme rekomendasi. Hal ini yang membedakan
Ombudsman dengan lembaga penegak hukum atau pengadilan dalam menyelesaikan laporan atas dugaan maladministrasi.
Dalam melakukan pemeriksaan atas laporan yang diterimanya, Ombudsman dapat memanggil terlapor dan saksi untuk dimintai keterangannya.
Apabila terlapor dan saksi telah dipanggil tiga kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang sah, Ombudsman dapat meminta bantuan Kepolisian
untuk menghadirkan yang bersangkutan secara paksa
subpoena power
. Selanjutnya, Ombudsman menyampaikan laporan berkala dan laporan
tahunan, atau dapat menyampaikan laporan khusus kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden yang dapat dijadikan bahan bagi Dewan Perwakilan Rakyat
atau Presiden untuk mengambil kebijakan dalam membangun pelayanan publik
Universitas Sumatera Utara
yang lebih baik. Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan wewenang Ombudsman di daerah, jika dipandang perlu Ombudsman dapat mendirikan
perwakilan di daerah Provinsi dan HiburanKota yang mempunyai hubungan hirarkis dengan Ombudsman dan dipimpin oleh seorang kepala perwakilan Pasal
43 UU Nomor 37 Tahun 2008. Namun, sejak diberlakukannya UU Nomor 37 Tahun 2008 hingga kini sudah 2 tahun 8 bulan saat ditulis buku ini belum
dibentuk perwakilan di Daerah Provinsi dan HiburanKota, sehingga penanganan pengaduan atas pelanggaran maladministrasi di bidang pelayanan publik di daerah
tidak efektif.
H.
Sanksi Administratif terhadap Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
Dengan demikian peranannya dalam melaksanakan penegakan hukum dministrasi bersifat utama dan oleh karenanya sangat strategis. Peraturan Daerah
Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan juga mengatur Jenis- Jenis Sanksi Administratif dan Kewenangan Pejabat Pengawas baik pengawas di
tingkat pusat maupun daerah. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Hibuaran menetapkan sanksi berupa bunga, denda dan
kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya. Mengurangkan atau membatalkan, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, atau
SKPDLB yang tidak benar. Mengurangkan atau membatalkan STPD.
Universitas Sumatera Utara
Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan ; mengurangkan
ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak; dan mengurangkan atau membatalkan
ketetapan pajak terutang dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa. Tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administratif
dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat 5 Peraturan Daerah dikenakan sanksi administratif berupa denda paling banyak sebesar Rp.
50.000.000,00 Hiburan juta rupiah. Sanksi administratif tersebut berlaku bagi semua kalangan, baik kecil,
menengah, maupun besar. Pemerintah kota Medan akan membantu penyusunannya. Perubahan sanksi administratif diharapkan akan mempersempit
peluang para wajib pajak di kota Medan untuk tetap menjalankan usaha tanpa izin usaha. Selain itu perubahan tersebut juga sebagai dasar wewenang bagi
pemerintah kota Medan untuk memberikan sanksi tegas bagi para pengusaha hiburan. Dengan demikian jumlah hiburan illegal di kota Medan akan berkurang
karena adanya sanksi tegas bagi mereka.
25
Disamping itu diperlukan pula peran serta Ombudsman untuk memaksimalkan pelaksanaan perubahan sanksi administratif pada Perda Kota
Malang no.8 tahun 2010. Peran serta Ombudsman dalam mengawasi
25
Hasil Wawancara dengan Andi Yan Wahyudi, selaku Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Wilayah IV Kota Medan, tanggal 19 Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
pemerintah daerah kota Malang akan semakin mendorong pemerintah daerah untuk segera melakukan perubahan. Perubahan sanksi administratif yang
dipercepat atas dorongan Ombudsman tersebut akan menekan jumlah industri illegal di kota Malang sehingga kesehatan lingkungan akan tetap terjaga.
Universitas Sumatera Utara
56
BAB IV KENDALA DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH
NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DITINJAU DARI HUKUMADMNISTRASI
NEGARA
A.
Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
Kendala-kendala yang selalu timbul dalam suatu sistem perpajakan adalah bagaimana menciptakan sistem yang dapat menghasilkan suatu pengertian yang
baik antara masyarakat sebagai pembayar pajak dan pemerintah selaku pembuat peraturan dan undang-undang perpajakan. Pemerintah selaku fiskus pajak
merencanakan dan menggodok undangundang perpajakan atas dasar dan prinsip perpajakan yang seadil-adilnya, yang memliki nilai dan manfaat bagi masyarakat
maupun bagi negara itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya selaku perancang dan pembuat undang-undang perpajakan, pemerintah harus membuat peraturan itu
sedemikian rupa sehingga mudah dimengerti. Jika produk peraturan yang dibuat sulit dimengerti oleh masyarakat, otomatis akan timbul suatu bentuk perlawanan
pajak, yang cara bentuk dan dalihnya bisa bermacam-macam Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan, antara lain :
26
26
Hasil Wawancara dengan Andi Yan Wahyudi, selaku Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Wilayah IV Kota Medan, tanggal 19 Mei 2015.
Universitas Sumatera Utara
1. Kesadaran Hukum Masyarakat Kesadaran hukum tersebut ditunjang
oleh pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap produk hukum tersebut. Untuk itu pihak pemerintah telah melakukan sosialisasi dalam
bentuk seminar-seminar kepada masyarakat, melalui spanduk-spanduk milik pemerintah yang disebar di tempat-tempat umum, media massa,
radio, selebaran maupun dengan menggunakan mobil infokom yang mengitari Kota Medan apabila ada sesuatu yang harus di beritahukan
kepada khalayak ramai. Sosialisasi mengenai adanya peraturan ini ada yang dilakukan lewat media massa seperti, radio, koran, mobil
infokom, spanduk-spanduk, papan billboard, dsb. Namun animo masyarakat untuk melaksanakan adanya Peraturan Daerah tersebut
masih kurang. Padahal dengan adanya Peraturan Daerah ini sangat membantu sekali guna untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan
dan supaya tercipta masyarakat yang teratur dan patuh terhadap aturan. Meskipun sosialisasi telah dilakukan, hal itu tidaklah menjadi jaminan
bagi seseorang untuk mematuhi aturan yang telah dibuat tersebut. Sebagian orang yang melakukan pelanggaran karena ketidaktahuan
mereka, tetapi sebagian lagi karena ketidak pedulian mereka terhadap peraturan yang ada. Apabila masyarakatnya tidak mempedulikan
peraturan yang berlaku maka peraturan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang
wajib pajak yang tidak melakukan pelaporan pajak atas usahanya, bahwa peraturan yang dibuat pemerintah memang untuk menciptakan
Universitas Sumatera Utara
keteraturan namun kenyataanya usaha yang saya miliki selalu dalam keadaan rugi. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh
pemerintah untuk memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat sebagai Wajib Pajak mengenai peraturan perpajakan
adalah dengan mengadakan kegiatan sosialisasi. Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses yang menempatkan masyarakat untuk
mengetahui dan memahami norma-norma atau nilai-nilai dimana mereka menjadi anggotanya agar dapat berperan sesuai dengan norma-
norma atau nilai-nilai tersebut. Dengan kegiatan sosialisasi diharapkan masyarakat sebagai Wajib Pajak dapat memahami dan melaksanakan
peraturan perpajakan dengan baik sesuai peran masing-masing. Dalam upaya memperlancar proses pemungutan pajak hiburan terhadap
masyarakat atau dunia usaha selaku Wajib Pajak, persiapan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
DPPKA Kota Medan tidak hanya dilakukan pada petugas semata, akan tetapi juga terhadap Wajib Pajak melalui kegiatan sosialisasi.
Dengan adanya sosialisasi diharapkan akan terbangun pengertian dan pemahaman terhadap tujuan perlu dilakukan pemungutan pajak
hiburan, termasuk peruntukannya. Dengan demikian masyarakat dan dunia usaha selaku Wajib Pajak dapat memahami dan mengerti
hakekat dari pemungutan pajak tersebut dan dapat mendukung proses pemungutan pajak hiburan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
2. Partisipasi dan Laporan dari Masyarakat Kurangnya dukungan
masyarakat terhadap program-program yang ada, karena pandangan masyarakat yang berpendapat bahwa pemerintah bertanggung jawab
dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang seharusnya menjadi
tanggung jawab semua pihak di dalam masyarakat. Seperti yang dikemukakan
oleh Kepala
Bidang penegakan
Perda, yang
menyebutkan bahwa selama ini kami tidak memperoleh data dari masyarakat, siapa dan dimana wajib pajak berada dan melaksanakan
usahanya, kami baru melaksanakan penegakkan Perda apabila ada pelanggaran yang telah dilaporkan ke Pemerintah Daerah.
27
3. Koordinasi yang belum optimal diantara masing-masing SKPD dan
antara SKPD dengan pihak eksternal Pemerintah Kota Medan Masih lemahnya usaha-usaha koordinasi dengan instansi terkait dengan
personil dilapangan, seperti dengan instansi terkait Hiburan Hiburan Kota, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
DPPKAD serta unsur-unsur masyarakat, karena peranan mereka sangat penting karena dengan adanya kerjasama yang baik diantara
mereka maka pengawasan, serta pengontrolan dapat dijalankan dengan baik dan persoalan dapat ditanggulangi. Faktor dukungan ini menjadi
salah satu kendala yang dihadapi pihak Satpol PP, dalam penegakkan Perda ini, seperti yang disampaikan oleh Penyidik Pegawai Negeri
27
Hasil Wawancara dengan Andi Yan Wahyudi, selaku Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Wilayah IV Kota Medan, tanggal 19 Mei 2015.
Universitas Sumatera Utara
Sipil PPNS Satpol PP yang mangatakan bahwa: pihaknya sebagai aparat yang bertindak dalam penertiban Peraturan Daerah ini, tidak
bisa hanya berjalan sendiri tanpa adanya koordinasi dengan pihak atau instansi lainnya. Seharusnya hal ini juga dilakukan oleh instansi terkait
serta Kecamatan juga harus berperan aktif guna mengantisipasi terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini.
28
4. Tidak Optimalnya Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS
Berdasarkan Peraturan Dearah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2 011 tentang Pajak hiburan pada pasal 84 disebutkan bahwa Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan Daerah, sebagai mana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Dengan adanya
kewenangan ini merupakan suatu keharusan bagi Aparat Penegak Perda memahami dan menguasai ketentuan Perundangan serta
menguasai prosedur dan mekanisme baku standar yang telah diatur dengan bekal kemampuan seperti ini dan pelaksanaan penegakkan
perda secara profesional maka diharapkan fisi dan misi yang ditetapkan akan tercapai.Dalam pelaksanaannya personil dilapangan
harus melaksanakan kewenangan ini, namun kenyataannya selama ini personil dilapangan belum mampu mengaplikasikan wewenang
tersebut artinya personil dilapangan sebagai salah satu Instansi
28
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Penegak Peraturan Daerah belum bahkan tidak pernah diberi wewenang tersebut yaitu untuk melakukan penindakan terhadap
Pelanggaran Peraturan Daerah Pajak ini. Meskipun berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak hiburan ini
PPNS diberi kewenangan untuk menindak para pelanggar Peraturan Daerah Pajak ini namun tidak satupun yang terealisasi.
5. Kurangnya Koordinasi dengan Instansi Terkait
Diketahui bahwa
lingkungan ektern
maupun intern
dapat mempengaruhi kekuatan yang timbul di luar batas-batas organisasi dan
memperngaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Karenanya perlu dilakukan kerjasama dengan kekuatan yang
diperkirakan mungkin timbul. Kerjasama tersebut dapat didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing orang untuk
mencapai tujuan.Keberhasilan suatu organisasi sangatlah dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menanggapi lingkungan. Dimana tepat
tidaknya tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan. Situasi lingkungan yang terjadi saat ini dan adanya masukan yang terkait
dengan pertimbangan-pertimbangan kondisi yang dihadapi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset DPPKA Kota Medan
harus diantisipasi dan diadaptasikan. Kerjasama dengan isntansi lain yakni instansi teknis diluar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset DPPKA merupakan wujud daripada karakteristik lingkungan kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Universitas Sumatera Utara
DPPKA yang menjadi salah satu fokus kegiatan koordinasi kerja. Kerjasama dengan instansi lain dapat dijadikan sebagai model yang
menjelaskan karakteristik lingkungan kerja Dinas Pendapatan Daerah, karena dengan adanya kerjasama dengan instansi teknis lainnya maka
program kerja dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui pemungutan pajak hiburan dapat benar-benar dilaksanakan dan
tersosialisasi di masyarakat, serta masyarakat akan lebih tahu tentang perkembangan aturan pemerintah. Melalui kegiatan kerjasama akan
didapat teknologi baru, informasi baru untuk dianalisis, diproses, diambil dan disebarkan, karena suatu organisasi dengan kekosongan
informasi tidak dapat membuat keputusan yang rasional. Disamping itu dengan adanya hubungan yang harmonis dari masing-masing unit
pelaksana di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset DPPKA sendiri dengan unit-unit teknis pada Instansi terkait lainnya
dalam mengantisipasi perkembangan situasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik akan berpengaruh terhadap efektivitas pemungutan
pajak hiburan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan. Koordinasi dengan instansi terkait dalam proses pemungutan
pajak hiburan masih sangat kurang dilakukan. Instansi terkait yang bekaitan dengan proses pemungutan pajak hiburan di Kota Medan
adalah Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu KPTSP sebagai instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha hiburan Satuan Polisi
Pamong Praja yang berwenang mengamankan dan menertibkan
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan Peraturan Daerah dan Camat sebagai pengemban pelimpahan sebagian kewenangan walikota di wilayah kecamatan. Hal
ini terungkap dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang pendapatan yang mengatakan “Selama kurun waktu Tahun 2012 sampai dengan
Tahun 2014 tidak pernah dilakukan pertemuan dengan Instansi terkait seperti KPTSP, Satuan Polisi Pamong Praja dan Camat untuk
membicarakan pengelolaaan pajak hiburan”.Akibat dari kurangnya koordinasi antara Instansi terkait seperti dikemukakan di atas maka
tidak diperoleh informasi yang akurat tentang berapa jumlah pengusaha hiburan yang telah memiliki ijin usaha dan berapa yang
belum memiliki ijin usaha. Selain itu, tidak ada tindakan dari instansi penegak Peraturan Daerah yaitu Satuan Polisi Pamong Praja terhadap
pengusaha hiburan yang tidak memiliki izin usaha, bahkan tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan karena tidak memiliki informasi
data tentang itu 6.
Lemahnya Sikap Pelaksana Faktor sikap pelaksana sangat berpengaruh terhadap efektifitas
pemungutan pajak hiburan. Jika petugas pemungut setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan pemungutan pajak hiburan maka
mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses pemungutan
pajak hiburan akan mengalami banyak masalah. Komitmen seorang pemimpin juga berpengaruh dalam pelaksanaan sebuah kebijakan,
Universitas Sumatera Utara
pimpinan mempunyai peran yang bisa memberikan disposisi terhadap pelaksanaan kegiatan. Sikap dan peran aktif pimpinan di suatu daerah
menjadi penting, sebab berjalan atau tidaknya sebuah kebijakan salah satunya adalah adanya komitmen dari seorang pemimpin yang bisa
memperlancar jalannya implementasi kebijakan. Dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai
sasaran program. Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi proses pemungutan pajak hiburan sehingga dapat mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan
pelaksana dengan
orang-orang yang
mendukung program,
memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana
yang cukup guna memberikan insentif bagi petugas pemungut agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan
pemungutan pajak hiburan. Berdasarkan penelitian terhadap dokumen perpajakan Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset DPPKA Kota Medan bahwa sikap pelaksana program kebijakan pemungutan pajak hiburan
masih kurang maksimal. Hal ini terbukti dengan kurangnya upaya dari pelaksana program untuk memutahirkan data objek pajak hiburan,
demikian juga dalam penetapan pajak hiburan tidak berdasarkan Peraturan
Daerah, melainkan
berdasarkan pada
pernyataan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan bayar dari wajib pajak hiburan. Hal serupa juga terjadi pada
penentuan target
penerimaan pajak
hiburan, dimana
penentuannya tidak berdasarkan atas kajian dan analisis terhadap potensi riil yang ada, melainkan atas dasar realisasi tahun sebelumnya,
sehingga peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui penerimaan pajak hiburan masih dirasakan kurang
Berkaitan dengan sikap pelaksana, profesionalitas petugas pemungut sangat menentukan efektifitas pemungutan pajak hiburan. Untuk
melaksanakan tugas sebagai pemungut pendapatan dilapangan membutuhkan tingkat pengalaman yang tinggi dan komunikasi yang
baik. Hal ini disebabkan peran petugas pemungut dilapangan berhubungan langsung dengan masyarakat wajib pajak maka keadaan
mentalitas aparat yang cukup bagus sangat diperlukan untuk mencapai target penerimaan pendapatan yang maksimal.
Untuk mengatasi hambatan tersebut Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset DPPKA Kota Medan mengadakan orientasi
secara berkala. Orientasi lapangan yang diberikan berbentuk pengarahan
–pengarahan lapangan yangbertujuan untuk memotivasi para aparat pemungut pajak untuk memperbaiki kinerjanya di lapangan
sehingga memenuhi target yang diharapkan. Hasil dariorientasi di lapangan belum seluruhnya menunjukkan dampak yang positif, sebab
para aparat membutuhkan penyesuaian terhadap berbagai tugas yang
Universitas Sumatera Utara
diembannya dan dapat dimungkinkan tidak semua aparat dapat memahami materi orientasi secara komperhensif.
7. Personil dan Beban Kerja
Personil dilapangan merupakan penegak Peraturan Daerah khusus Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak iburan di Kota Medan,
tentu membutuhkan personil yang cukup agar terlaksana penegakkan Perda tersebut. Namun kenyataanya personil yang ada dirasa belum
memadai karena pekerjaan yang banyak tidak sebanding hal ini berdasarkan wawancara dengan Kabid Penegak Perda personil
dilapangan bahwa untuk petugas yang ada, memang masih dirasa belum cukup, bahkan ada beberapa anggota yang harus membagi
waktu untuk dapat berperan serta dalam penegakkan Perda. Karena personil di personil dilapangan tidak semua diturunkan ke lapangan
karena ada beberapa orang yang harus berada di kantor-kantor tertentu dan Rumah-rumah dinas seperti Walikota, Wakil Wakil Walikota dan
Seretaris Daerah. Berdasarkan hal tersebut diatas ternyata jumlah personil yang ada memang tidak mencukupi karena banyaknya tugas
dan pembagian kerja, oleh karena itu jumlah personil menjadi kendala terbesar dalam proses penegakkan Perda di Kota Medan Tidak
seimbangnya antara beban kerja dan personil yang mengakibatkan personil dilapangan harus memilah-milah masalah yang harus di atasi.
Keterbatasan kualitas dan profesionalisme yang dimiliki personil masih kurang, seperti dalam hal pembagian kerja, kedisiplinan,
Universitas Sumatera Utara
tanggungjawab. Seperti yang dikemukakan oleh, Kabid Penegakkan Perda bahwa dalam pembagian kerja di Instansi ini belum terkordinir
dengan baik sehingga banyak pekerjaan mereka yang tumpang tindih.Kekurangan personil di instansi ini juga akan berdampak pada
pemerataan pelaksanaan tugas ke seluruh wilayah Kota Medan yang sangat luas . Dalam pelaksanaan penegakkan Perda Nomor 7 Tahun
2011 ini sangat dipengaruhi juga oleh luasnya wilayah kerja. Sebagaimana diketahui bahwa wilayah Kota Medan 21dua puluh satu
Kecamatan yang lokasinya yang sangat jauh dari pusat pemerintahan apalagi pada Kecamatan yang ditempuh dengan kendaraan roda 4
selama 2-3 Jam perjalanan. 8.
Lemahnya Penegakan Hukum Peraturan Daerah adalah produk hukum Pemerintah Daerah yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh aparat Pemerintah Daerah dan seluruh masyarakat daerah. Selama ini Peraturan Daerah tentang Pajak
hiburan di Kota Medan belum dapat ditegakkan dengan baik. Hal ini dikarenakan oleh lemahnya sanksi hukum yang diberikan kepada wajib
pajak yang tidak memenuhi kewajibannya.Pelaku usaha hiburan sebagai wajib pajak akan sangat menentukan keberhasilan pemungutan
pajak hiburan di Kota Medan, terutama menyangkut kepatuhan mereka atas kewajiban mereka sebagai Wajib Pajak hiburan. Tingginya
kepatuhan wajib pajak hiburan memenuhi kewajibannya akan sangat mendukung kelancaran pemungutan pajak hiburan, sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya akan dapat menghambat kelancaran pemungutan pajak hiburan.
B.
Upaya dalam mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan Peraturan Daerah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan
Pajak Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap pembangunan, namun kenyataanya dalam
penegakan Perda ini masih juga di temui hambatan sehingga jumlah Pajak Daerah yang akan di pungut seringkali tidak sesuai dengan jumlah wajib pajak dan jumlah
target yang telah di tentukan. Untuk itu agar wajib pajak tidak melalaikan kewajibannya maka personil selaku instansi pemerintah yang memiliki tugas
menegakkan Perda bekerjasama dengan DPPKAD Kabupeten Hiburan Kota berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi hambatan tersebut agar wajib
pajak mau menyetorkan pajaknya dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut :
29
1. Sosialisasi Peraturan Daerah PERDA Nomor 7 Tahun 2011 Salah satu cara
pembinaan wajib pajak adalah sosialisasi produk hukum termasuk di dalamnya Peraturan Daerah PERDA ini. Hal tersebut tidak dapat
dilaksanakan secara sekaligus akan tetapi bertahap dan berkesinambungan, sehingga masyarakat akan memahami arti pentingnya ketaatan dan kepatuhan
terhadap produk hukum tersebut. Program sosialisasi merupakan salah satu program pengenalan yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat, supaya
29
Ibid
Universitas Sumatera Utara
masyarakat mengetahui mengenai proses hukum yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga terbentuk pengetahuan dan pemahaman tentang
Peraturan Daerah tersebut dalam diri masyarakat. Di samping itu, hal ini dilakukan pemerintah karena ingin merubah perilaku masyarakat. Salah satu
cara sosialisasi peraturan daerah ini adalah pertemuan yang dilaksanakan di tingkat Kota Medan dan Kecamatan serta Hiburan dimana sosialisasinya
hanya dilaksanakan 2 kali sosialisasi semenjak Perda Tentang Pajak Daerah ini dikeluarkan dan juga pesertanya belum mencakup keseluruhan artinya
masih beberapa Nagari dan Kecamatan saja. Hal ini terbukti dari penelitian yang penulis lakukan, dimana dari beberapa anggota masyarakat yang penulis
temui, menyatakan tidak mengetahui kalau ada Peraturan Daerah yang mengatur tentang pajak daerah, hanya orang-orang yang tertentu saja dan
itupun merupakan perangkat negeri dan pegawai pemerintah serta beberapa masyarakat yang mengetahui tentang Peraturan Daerah dan itupun hanya
secara umum 2.
Melakukan Penertiban Terhadap Pelanggar Perda Nomor 7 Tahun 2011Penertiban dilakukan dalam rangka meningkatkan ketaatan masyarakat
terhadap peraturan, tetapi tindakan tersebut hanya terbatas pada tindakan peringatan dan penghentian sementara kegiatan yang melanggar Peraturan
Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya. Sedangkan putusan final atas pelanggaran tersebut merupakan kewenangan instansi atau
pejabat yang berwenang. Program-program penertiban yang dibuat oleh pemerintah Hiburan bersama dengan pihak legislatif yaitu DPRD Kota
Universitas Sumatera Utara
Medan, yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 merupakan produk hukum daerah yang memiliki kekuatan hukum, dimana
adanya sanksi yang dapat diberikan kepada para pelanggarnya. Dan selanjutnya program-program tersebut akan diterapkan dalam masyarakat oleh
pihak pemerintah Hiburan melalui instansi terkait yang ada, yang memiliki wewenang terhadap yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dalam
penegakkan PERDA ini personil dilapangan mempunyai program antara lain: tindakan pengamanan dan penertiban serta pembinaan bagi yang melanggar
Peraturan Daerah. Operasi penertiban yang dilakukan oleh aparat terkait terbagi dua bentuk: operasi mandiri yang dilakukan oleh instansi itu sendiri
dan operasi gabungan dengan instansi yang lain. Operasi gabungan dilaksanakan oleh tim koordinasi seperti SK4, Polisi, dan instansi yang terkait
dengan permasalahan ini dimana sebelum pelaksanaannya diadakan terlebih dahulu pertemuan koordinasi untuk menentukan waktu pelaksanaan operasi
atau razia, lokasi yang akan dirazia, dan hal-hal yang akan mendukung terlaksananya operasi tersebut. Untuk operasi gabungan waktunya hanya
diketahui oleh tim koordinasi itu sendiri karena bersifat rahasia, maka untuk pelaksanaan operasional di lapangan dilakukan oleh petugas gabungan antara
Satuan Polisi Pamong Praja dan pihak-pihak terkait lainnya. Hal ini seperti yang dikemukakan Kepala Bidang Penegakkan Perda yang menyatakan bahwa
: Dalam pelaksanaan razia ini kita bagi dalam dua bentuk yaitu operasi mandiri dan operasi gabungan dengan instansi lainnya seperti tim SK4, Polisi.
Selanjutnya penertiban terhadap pelanggaran Perda Nomor 7 Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat pada penertiban Pajak hiburan yang digunakan oleh konsumen hampir di sepanjang jalan umum. Penertiban ini dilaksanakan bagi yang
melanggar artinya pajak hiburan yang sudah habis batas waktu kontraknya sehingga pengguna papan hiburan tersebut harus membuka iklannya namun
kenyataanya selama ini pengguna papan hiburan ini kurang memperhatikan kedispilinan dan juga ada beberapa oknum yang kurang bertanggung jawab
memakai fasilitas umum untuk mengiklankan hiburannya tanpa melalui prosedur membayar pajak hiburan sehingga terjadi kecurangan yang
merugikan daerah sehingga demi ketertiban dan penegakan Perda Kota Medan bertindak tegas dengan membuka paksa setiap hiburan yang menyalahi
peraturan yang ada 3.
Meningkatkan SDM Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam hal ini personil Satpol PP Hiburan Hiburan Kota melalui pelatihan-pelatihan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Hiburan maupun Pemerintah Provinsi sebagaimana yang dijelaskan oleh Kabid Penegakkan Perda bahwa untuk
meningkatkan keahlian dan pengetahuan personil, kami mengirimkan anggota sampai ke tingkat provinsi, meskipun dalam keterbatasan dana yang ada, kami
berusaha untuk mengirimkan personil kami tersebut guna menunjang kelancaran tugas yang akan kami laksanakan. Berdasarkan keterangan diatas
ternyata Satpol PP juga berusaha meningkatkan keahlian personilnya salah satunya mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi.
4. Mengoptimalisasikan Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS
Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS mempunyai wewenang Yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah agar keterangan tersebut lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana; d.
Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah; g.
Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda dan atau dokumen yang dibawa; h.
Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi; j.
Mengehntikan penyidikan; danatau
Universitas Sumatera Utara
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
l. Wewenang PPNS merupakan suatu bentuk
5. Koordinasi dengan Pihak-Pihak Terkait
Penegakkan Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2011 Kota Medan, ini bukan hanya kewajiban dari pihak Satuan Polisi Pamong Praja saja sebagai salah
satu lembaga teknis di daerah, akan tetapi dalam persoalan ini juga mempunyai hubungan koordinasi dengan pihak-pihak lain baik itu dengan lembaga-lembaga
yang ada di daerah maupun unsur-unsur yang ada dalam masyarakat itu sendiri yang memiliki perhatian dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan Peraturan
Daerah Kota Medan ini seperti Instansi terkait salah satunya DPPKAD, Camat serta unsur-unsur masyarakat seperti yang ada di Kota Medan. Sehingga sudah
seharusnya antara pihak-pihak tersebut mengadakan hubungan kerjasama dengan setiap lapisan yang ada di dalam masyarakat.
6. Anggaran
Untuk mendukung terlaksananya program dan kegiatan, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan menganggarkan dana setiap tahunnya melalui DPA.
Anggaran yang tersedia dipergunakan untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang telah disusun sebelumnya. Karena banyaknya pekerjaan yang harus
didukung oleh Satuan Polisi Pamong Praja ini maka instansi ini melakukan upaya dengan mengajukan anggaran kepada daerah melalui program prioritas sehingga
kendala dalam segi anggaran bisa teratasi dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan