Hubungan Kadar BUN dengan Gejala Pruritus
Responden yang mengalami gejala pruritus dengan kadar BUN yang rendah-normal sebanyak 21 orang, sedangkan kadar yang tinggi 19 orang. Hasil
uji statistik diperoleh p value = 0.262 maka disimpulkan tidak ada hubungan antara kadar BUN dengan gejala pruritus pada pasien HD reguler.
5.1.4.2. Analisa Multivariat
Hasil bivariat menghasilkan p value 0.25, maka variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat. Dalam analisis multivariat ini digunakan
model analisa Backward Wald yaitu dimana yang tidak signifikan langsung dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisa didapatkan CaxP yang tinggi memiliki
faktor resiko 17 kali lebih besar di banding dengan kadar CaxP yang normal dengan nilai p = 0.008.
5.2. Pembahasan 5.2.1. Usia
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan usia yang paling banyak mengalami pruritus di antara usia
≥ 50 tahun 27 orang. Ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Kentaro et al 2001, dimana usia yang lebih muda dari 30 tahun
dikaitkan dengan risiko lebih rendah untuk pruritus. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value = 0.485, dimana tidak
ada hubungan usia dengan gejala pruritus pada pasien HD reguler. Beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa pruritus tidak dipengaruhi oleh faktor
usia Kato et al, 2000; Mesic E et al, 2004.
5.2.2. Jenis Kelamin
Pada tabel 5.4 didapatkan dari total keseluruhan pasien yang mengalami gejala pruritus laki-laki lebih banyak mengalami pruritus yaitu 25 orang,
sedangkan perempuan 15 orang. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Narita et al 2006, bahwa pruritus paling banyak dialami oleh pria. Tetapi
menurut Szepietowski et al 2002 gatal lebih sering terjadi pada wanita.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisa bivariat didapatkan p value = 0.639 yaitu tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan gejala pruritus pada pasien HD.
Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa pruritus tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin Akhyani et al, 2005; Urbonas et al, 2001.
5.2.3. Frekuensi dan Lama HD
Berdasarkan tabel 5.4, kelompok lama HD terbanyak yang mengalami gejala pruritus pada pasien HD yaitu pada kelompok
≥ 48 bulan sebanyak 37 orang. Hal ini sejalan dengan penelitian Stahle-Backdahl et al 1988, dimana
pruritus cenderung terjadi pada pasien yang sudah lama menjalani HD. Berdasarkan hasil analisa bivariat didapatkan p value = 0.305 yaitu tidak ada
hubungan lama HD dengan gejala pruritus pada pasien HD. Dalam sebuah studi yang dilakukan Altmeyer 1982 juga menjelaskan tidak ada signifikan hubungan
jangka waktu yang panjang dengan terjadinya pruritus. Frekuensi HD paling terbanyak terdapat pada kelompok kunjungan 2 kali
seminggu yaitu sebanyak 24 orang dengan nilai p value = 0.651 yaitu tidak ada hubungan frekuensi HD dengan gejala pruritus pada pasien HD reguler. Hal ini
berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Szepietowski et al 2002, menunjukkan hubungan signifikan antara total skor pruritus dan durasi
HD.
5.2.4. Kalsium dan Fosfor
Frekuensi kadar kalsium yang paling banyak pada rensponden yang mempunyai nilai kalsium normal yaitu sebanyak 21 orang dengan nilai p value =
0.115 yaitu tidak ada hubungan kadar kalsium dengan gejala pruritus pada pasien HD reguler. Penelitian yang dilakukan Akhyani et al 2005 juga tidak
menemukan hubungan yang signifikan antara kalsium dan fosfor dengan pruritus uremik.
Sedangkan kadar fosfor paling banyak pada kadar yang tinggi yaitu sebanyak 28 orang dengan nilai p value = 0.024 yaitu ada hubungan kadar fosfor
dengan gejala pruritus pada pasien HD reguler. Penelitian ini sejalan dengan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Kentaro et al 2001, dimana hiperfosfatemia ≥ 5.6mgdl diakui
sebagai faktor risiko untuk pruritus uremik parah dan hiperkalsemia ≥ 9.7mgdl
juga menjadi salah satu faktor risiko.
5.2.5. Produk Kalsium-Fosfor CaxP